🄷🄰🄿🄿🅈
🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶Kalau yang capek dan penuh luka di batin sama mental, gak bisa disembuhin secepat itu.
-Asha Asmita-Asha memberhentikan sepeda listriknya ditepi jalan lalu mengunci sepedanya dengan alarm dikunci sepeda listrik yang ia genggam itu.
"Hai cantik, ayok sini bangun. Jangan duduk di aspal gitu, kotor tau itu, nanti celana kamu ikut kotor lho," ujar Asha sangat lembut seraya membantu seorang pengemis anak kecil yang usianya kurang lebih sama seperti Farzan, adik laki-lakinya yang ke dua.
"Kamu di sini sendiri? Orang tua kamu ke mana?" tanya Asha masih dengan intonasi suaranya lembut dan tulus.
"Orang tua aku lagi mulung kak di daerah lain, aku mulung di sini," jawab pengemis kecil itu.
Asha mengintip ke arah seberang jalan sana, banyak sekali satuan polisi pamong praja yang menangkapi para pengemis dan pedagang kaki lama untuk diangkut bersama dengan mereka.
"Ini Kakak kasih uang, kamu pergi beli makan buat kamu dan orang tua kamu, ya. Tapi, Kakak minta kamu pergi dari sini. Lihat di sana ada satpol pamong praja, kalau kamu ke tangkap bisa-bisa orang tua kamu nyariin, bisa dipahami omongan Kakak?" seru Asha seraya memberikan selembar uang bernominal Rp. 50.000 kepada pengemis kecil itu.
"Iya, Kakak cantik. Makasih atas kebaikan Kakak, semoga kebaikan Kakak di balas dengan setimpal," ujar pengemis kecil itu lalu pergi meninggalkan Asha yang masih terpaku dengan tatapan iba dan sedih.
"Aamiin. Kakak berharap, kelak kamu bisa lebih baik dari sekarang. Rasanya sakit banget lihat anak sekecil kamu harus ikut bekerja demi bertahap hidup di kota ini," gumam Asha.
Ia mengambil sepeda listriknya lalu mengendarai sepedanya menuju ke sekolah. Saat dirinya sampai di komplek sekolahnya, seseorang terus memanggilnya dari belakang. Ia menoleh ke arah sumber suara itu sambil menampakkan seulas senyumannya.
"Pasha? Kenapa?" Asha bertanya sambil mengendarai sepedanya hingga masuk ke dalam area sekolah.
Pasha ikut memarkirkan motornya tepat di samping sepeda listrik berwarna kuning milik Asha. Ia menaruh helm lalu melanjutkan niatnya untuk berbicara dengan Asha.
"Tadi gue lihat lo ngasih duit gocap ke pengemis anak kecil tadi, emangnya duit jajan lo gak bakalan kurang?" tanya Pasha penasaran, karena memang tadi ia tidak sengaja melihat Asha dari arah kejauhan memberikan uang kepada pengemis.
"Ngasih duit gocap ke dia, gak bikin gue miskin, Sha. Lagi pula niat gue mau nolongin dia, kita gak pernah tau apa keluarga dia udah makan atau belum? Apalagi mulung tuh gak bisa sejam atau dua jam langsung dapat, berbagi itu gak bakalan bikin kita kering kerontang sampai besok, 'kan Sha?" Asha menjawab langsung pada pointnya, sejujurnya ia paling tidak suka mendapat pertanyaan semacam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
STOP, SAY IDIOT! (TAMAT!)
Teen Fiction"Rantai kehidupan setiap orang itu berbeda-beda, jangan selalu merasa bahwa kamu orang yang paling sakit di dunia ini. Dunia belum jahat sama kamu, kalau kamu belum pernah ngerasain rasanya dikucilkan dan dianggap idiot juga oleh orang-orang di luar...