🄷🄰🄿🄿🅈
🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶Aku, cuman mau dingertiin aja. Aku mau kalian memahami apa yang aku rasakan, aku mau kalian jadi pendengar baik buat aku, meskipun mustahil ... tapi, aku berharap kelak bisa terjadi sebelum aku pergi menghadap Tuhan.
-Asha Asmita-Ia menghela napas berat berulang kali, mengatur emosinya agar stabil dan energinya kembali pulih setelah keluar habis selesai berinteraksi dengan Pasha. Meskipun, pertemuannya dengan Pasha cukup membuat perasaannya tenang dan bahagia, namun bagi Asha berada di luar cukup menguras energi.
Asha membuka pintu kamarnya yang sedari tadi ia tutup rapat, akan tetapi tidak ia kunci. Ia menemukan Galih sudah berada di dalam kamarnya sambil membongkar hasil kerajinannya yang sudah ia buat satu minggu belakangan ini.
"Galih! Ini kerajinan Kakak kenapa kamu rusak?!" teriak Asha histeris seraya mengambil paksa kerajinannya yang ada digenggaman Galih.
"Kamu tau gak sih? Kakak tuh capek ngerjain ini, Kakak bergadang buat ngerjain tugas ini tau! Seenak jidat kamu ngerusak kerajinan Kakak!" omel Asha seraya memukul meja belajarnya.
Teriakan dari emosi Asha terdengar hingga ke lantai dasar, bergegas Arsyad langsung menghampiri keributan di dalam kamar anaknya.
"Asha! Kamu berisik banget sih! Ada apa?" Arsyad bertanya, intonasi suaranya lumayan meninggi.
"Papa lihat ini! Tugas kerajinan Asha dirusak sama Galih! Asha tuh capek ngerjain ini sampai berhari-hari, terus dia ngerusakin gitu aja? Asha gak bakalan dapat toleransi pengumpulan," kata Asha, ia sudah menangis menahan kekesalannya terhadap Galih seraya memperlihatkan kerajinannya sudah dirusak.
"Adik kamu gak tau, Asha! Tinggal bikin lagi apa susahnya? Bahannya masih ada, 'kan? Udah deh jangan kayak anak kecil gitu, ngalah kek sama adiknya! Udah tau Galih beda, dia tuh gak paham kayak kita," jawab Arsyad semakin Asha dibuat kecewa dengan pelontaran dari papanya itu.
"Ngalah lagi! Ngalah lagi! Bisa gak sih kalian yang sekali ngalah sama aku? Kenapa aku mulu? Mentang-mentang aku anak pertama, jadi kalian suruh aku ngalah? Aku juga mau ngerasain rasanya kalian ngalah demi aku," ungkap Asha dirinya sudah tidak bisa menahan amarah, tangis, dan kekecewaannya yang berkumpul menjadi satu.
Praaanngg!!
Reflek Asha menutup telinganya rapat-rapat ketika papanya itu membanting gelas beling ke lantai kamar Asha.
"Egois kamu! Selama ini Papa selalu diam dengan semua tingkah kamu, sekarang kamu itu bener-bener keras kepala dan susah diatur! Kalau tau kamu bakalan sesusah ini diatur dan dikasih tau, udah dari dulu Papa bawa kamu ke kampung biar kamu gak kenal yang namanya hidup enak di kota!" Amarah Arsyad menggebu, Asha hanya menatap papanya itu lekat dan tangisnya semakin tak berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
STOP, SAY IDIOT! (TAMAT!)
Teen Fiction"Rantai kehidupan setiap orang itu berbeda-beda, jangan selalu merasa bahwa kamu orang yang paling sakit di dunia ini. Dunia belum jahat sama kamu, kalau kamu belum pernah ngerasain rasanya dikucilkan dan dianggap idiot juga oleh orang-orang di luar...