🄷🄰🄿🄿🅈
🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶Nyatanya dari dulu aku gak pernah dikasih kesempatan untuk mengatakan aku kecewa dengan semuanya, aku selalu dimarahi setiap mengucapakan hal itu, hingga aku pun menjadi tidak berani untuk mengatakan aku kecewa akan semua hal. Pada akhirnya aku sadar, kalau aku pun gak pernah dikasih kesempatan untuk membela diri aku sendiri yang padahal aku juga gak salah sama sekali.
-Asha Asmita-"Kamu udah makan belum? Ayok, makan sama aku!" ajak Asha antusias saat dirinya melihat Galih sedang bermain di depan televisi yang padahal dirinya baru sampai rumah.
"Galih belum makan, gih sana kamu suapin. Mama capek tau ngerjain pekerjaan rumah, kerja, terus urus adik-adik kamu. Sedangkan kamu? Rebahan mulu, keluyuran mulu, gak mikir biaya kuliah kamu mahal banget, eh kamunya malah ongkang-ongkang kaki doang," cetus Laksmi sengaja menyindir anaknya dan melirik putri sulungnya itu dengan tatapan sinis.
Asha menghela napasnya dalam-dalam, mengatur rasa emosinya yang mulai terpanggil mendengar sindiran dari ibu kandungnya sendiri.
Ia tersenyum sambil menatap mata Laksmi penuh ke beranian. "Maa, aku gak minta kalian buat kuliahin aku, lagi pula aku bisa milih kerja kok kalau aku emang sebeban itu buat kalian. Aku tau Mama capek, tapi apa Mama tau aku capek mental juga? Apa Mama tau anak Mama ini seorang pasien dokter psikolog? Apa Mama tau anak Mama ini nyaris gila, karena semua masalah di keluarga selalu dilampiaskan ke aku." Asha mengungkapkan.
"Apa karena, aku anak pertama makanya dengan mudah kalian melampiaskan semuanya ke aku? Semuanya harus aku yang mengerti kondisi kalian, kapan kalian mengerti kondisi aku? Apa perlu aku ketemu Tuhan dulu biar kalian bisa mengerti artinya diri aku di hidup kalian?" ungkap Asha sekali lagi, air matanya sudah meluruh ke pelupuk mata.
"Aku selalu ikutin alur benang merah yang kalian pasang di hidup aku, kenapa aku gak dituntun untuk menyelesaikan benang merah itu? Aku sendirian nyari penyelesaiannya, aku juga yang sakit sendirian tanpa harus ngelibatin kalian. Kalau aku tau semuanya akan kayak gini, saat Tuhan ingin melahirkan aku, seharusnya aku gak minta dilahirkan." Napas Asha terasa sesak dan berat ketika ia terus berujar seperti ini, ia merasa tidak sopan berbicara bernada bantah kepada mamanya, akan tetapi rasa sakit yang Asha rasakan sudah tidak bisa lagi ia tahan.
Byuuur!!
Asha menutup matanya ketika Laksmi menyiram seluruh tubuh Asha menggunakan seteko air minum yang ia bawa. Air matanya kini menjadi satu dengan air siraman dari mamanya itu.
"Mama gak sekalian bunuh aku aja? Biar gak ada tuh beban lagi di hidup kalian. Mama tau? Aku kangen sosok Mama yang dulu, tapi sekarang Mama udah berubah, ya? Karena, aku dewasa makanya Mama memperlakukan kayak gini?" Asha kembali berucap, sesegukan tangisnya menjadi tak terkendali.
KAMU SEDANG MEMBACA
STOP, SAY IDIOT! (TAMAT!)
Teen Fiction"Rantai kehidupan setiap orang itu berbeda-beda, jangan selalu merasa bahwa kamu orang yang paling sakit di dunia ini. Dunia belum jahat sama kamu, kalau kamu belum pernah ngerasain rasanya dikucilkan dan dianggap idiot juga oleh orang-orang di luar...