22 | RUMAH SINGGAH

63 24 58
                                    

🄷🄰🄿🄿🅈🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🄷🄰🄿🄿🅈
🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶

Kata mereka ... cinta pertama seorang anak perempuan itu adalah ayahnya, tapi bagaimana kalau dia gak dapat peran ayah dari dulu? Yang padahal sosok itu ada.
-Asha Asmita-

Empat bulan lamanya Arsyad menyuruh para pekerja bayarannya untuk merenovasi rumah tua yang ia beli diubah menjadi rumah singgah atas permintaan Asha, putri sulungnya.

"Paaa, Asha kasih nama rumah singgah ini dengan nama Galih boleh gak?" usul Asha seraya menoleh ke arah Arsyad yang sedang memantau rumah singgahnya itu.

"Boleh dong, kamu mau kasih nama apa?" Arsyad menjawab lembut.

"Asha mau kasih nama Rumah Singgah Galih Shamita, boleh? Nama itu mengartikan sederhananya sebuah harapan atas kebahagiaan yang selama ini masih terbelenggu dan belum bertemu dengan titik kebahagiaannya," beritahu Asha sambil dirinya menatap begitu dalam rumah singgah yang begitu besar, namun tampak begitu sederhana.

"Asha berharap anak-anak istimewa dan temen-temen disabilitas bisa merasakan kebahagiaan yang selama ini mereka belum dapatkan, Asha juga berharap lewat ini ... Galih bisa jauh lebih dihargai sama semua orang. Nanti kalau Asha pergi, titip Galih, ya Pa. Jaga dia, dia gak pernah meminta untuk dilahirkan seperti ini." Air matanya sudah tidak bisa ia tahan lagi, ia menyeka lalu menoleh ke arah Arsyad sambil tersenyum.

"Kamu gak boleh ngomong gitu, kamu harus bertahan kalau kamu Kakak yang baik dan hebat buat Galih. Dia pasti bangga sama kamu, selama ini kamu yang rawat dia, kamu tulus menjalani perjanjian sama Papa. Meskipun, berat buat kamu ... tapi, kamu masih mau merawat dia dan sering banget kamu hadapin cacian di luar sana," ujar Arsyad seraya menggelengkan kepalanya.

'Tapi, Asha udah gak sanggup lagi, Pa. Kepala Asha sakit kalau terus memilih bertahan dan Asha juga udah mulai bergantung sama obat penenang. Sampai kapanpun, Asha tetap sayang sama kalian, Asha gak bisa benci sama kalian, meskipun kalian udah menghancurkan mental Asha selama ini,' batin Asha sakit, air matanya kembali meluruh.

Arsyad menyeka air mata Asha yang sudah meluruh dipelupuk mata, ia memeluk anak sulungnya itu seraya mengusap puncak kepala Asha sangat lembut.

"Papa sayang Asha, Papa gak akan kasih celah siapapun untuk orang yang menyakiti kamu. Bertahan demi Papa dan Galih bisa, ya? Besok juga hari peresmian rumah singgah ini. Kamu bukannya bilang Papa pengen lihat para anak istimewa dan anak disabilitas itu tersenyum bahagia atas kehadiran rumah singgah punya kamu?" bisik Arsyad masih berada di dalam dekapan Asha.

Asha mengangguk pelan, sesekali dirinya menghela napas berat setelah mendengar penuturan dari papanya.

"Dua hari lagi juga kita harus datang ke acara perlombaannya Galih, 'kan? Kamu harus temani dia, ya? Cuman, kamu yang mengerti setiap ucapan dan permintaan Galih. Kamu gak mau bikin dia kecewa, karena kamu akan pergi selamanya ninggalin Galih, 'kan?" lanjut Arsyad berbisik lembut ditelinga Asha dan membuat Asha terdiam untuk kesekian kalinya saat mendengar setiap ucapan yang dilontarkan oleh papanya.

STOP, SAY IDIOT! (TAMAT!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang