06 | DUA PILIHAN

164 95 1
                                    

🄷🄰🄿🄿🅈🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🄷🄰🄿🄿🅈
🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶

Terbaik menurut orang tua, belum tentu terbaik menurut kita sebagai anak.
-Pasha Radhika-

Pasha mengusap wajahnya gusar, rambutnya bahkan ia berantaki. Pikirannya mendadak penuh, pertanyaan demi pertanyaan terus muncul di dalam benaknya.

"Aakkhh!! Pasha kenapa lo bisa jatuh cinta sama dia sih!! Jadi sakit sendiri, 'kan lo!!" teriak Pasha kesal seraya memukul lemarinya sendiri.

Ia kembali mengusap wajahnya gusar, entah mengapa rasanya perasaan dirinya terasa lebih menggebu. Ada rasa kesal, kecewa, dan enggan melepaskan berkecamuk menjadi satu.

Di tengah keberisikan isi kepalanya, seseorang terus mengetuk pintu kamarnya. Dengan rasa malas, ia membukakan pintu kamarnya dan mendapati seorang asisten rumah tangga yang sudah paruh baya berada diambang pintu kamarnya.

"Ada apa Sus Dini?" Pasha bertanya sambil menutupi sebelah tangannya.

"Aa Pasha di dalam gapapa? Tadi Suster denger bunyi kenceng banget dari dalam kamar aa Pasha," tanya Suster Dini berlogat Sunda.

"E-eh itu darah dari mana aa?" Suster Dini terkejut saat melihat darah mengalir ke kakinya dari dalam kamar Pasha.

Tanpa berpikir panjang dan tidak meminta izin terlebih dulu kepada Pasha, Suster Dini menarik tangan anak majikannya itu. Ia semakin tercengang ketika melihat tangan anak majikannya itu berlumuran darah, ia menoleh ke arah kaca lemari yang sudah retak bercampur darah di sana.

"Gusti aa! Ini kalau bapak dan ibu bos tau, bisa-bisa Suster yang kena omel sama mereka! Ayok sini Suster obatin!" oceh Suster Dini seraya menarik paksa tangan Pasha.

"Sus kenapa peduli banget sih sama aku? Padahal ayah sama bunda aja gak sepeduli itu, haha," celetuk Pasha sambil mengikuti langkah kaki Suster Dini.

"Gelo kamu, bapak sama ibu bos itu peduli sama kamu! Sus tuh sayang sama kamu, karena Sus rawat kamu dari kecil sampai udah sebesar ini. Suka ngadi-ngadi kamu mah kalau ngomong," oceh Suster Dini lagi berlogat Sunda menjadi ciri khasnya.

Pasha tertawa melihat kejahilannya itu membuat Suster Dini kesal. Namun, di satu sisi ia pun menyayangi Suster Dini selayaknya keluarga sendiri. Terlebih Suster Dini, asisten rumah tangga yang setia pada keluarganya, kurang lebih sudah delapan belas tahun dirinya mengabdi untuk keluarga Pasha.

Suster Dini mengambil kotak P3K yang sengaja ditaruh di area dapur, ia mengambil ponselnya lalu memberitahu seseorang di seberang sana. Setelah itu Suster Dini kembali menghampiri anak majikannya yang sedari tadi duduk di sofa ruang tamu.

STOP, SAY IDIOT! (TAMAT!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang