🄷🄰🄿🄿🅈
🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶Kalau emang belum siap memulai hubungan sama orang baru, buat apa meyakinkan seolah-olah serius yang padahal pada akhirnya tetap orang lama yang akan menang?
-Asha Asmita-Tawa Asha benar-benar lepas saat Pasha membawanya ke pantai yang terlihat seperti berisik, namun sangat menenangkan pikiran yang sedang rumit.
Dari arah kejauhan Pasha memotret Asha menggunakan kamera canggihnya. Ada senyum bahagia terlukis disudut bibir Pasha beberapa kali ia melihat hasil fotonya.
"Cantik, tapi objeknya jauh lebih cantik," gumam Pasha dari arah kejauhan.
Asha berlari menghampiri Pasha yang tengah terduduk sambil memotret momen seperti ini yang mungkin saja, tidak akan pernah terulang lagi di masa depan.
"Ayook main ke sana! Percuma ih ngajak gue healing, tapi lo malahan duduk aja," ajak Asha antusias seraya menarik paksa tangan Pasha.
"Okaay, gue bangun nih. Kita mau main apa?" Tatapan Pasha begitu lekat menatap Asha, tak sungkan pula ia menampakkan senyumannya.
"Udah senyumnya gak selebar itu, kalau gue pingsan gara-gara senyum lo gimana? Haha," celetuk Asha sambil tertawa lalu berlari ke tepi pantai.
Pasha hanya menyeringai, ia menuruti segala permintaan Asha hari ini, ia pun tidak mau mood Asha hancur, karena masalah sekecil itu.
"Kalau lo suka momen ini, gue bisa kok ajak setiap saat ke sini. Atau pas lagi luang aja, hitung-hitung self healing buat kita," ucap Pasha seraya menoleh ke arah Asha.
Kala itu mereka memilih duduk ditepi pantai sambil menatap matahari tenggelam. Pasha pun masih menatap Asha, menunggu Asha menyahuti ucapannya.
"Kalau lo, cuman ngajak gue ke sini dan nikmati momen kayak gini, gue juga bisa kok sendiri. Sebelum lo hadir ke dalam hidup gue ... gue tuh selalu melakukannya semua sendiri, capek, nangis, gila gue pendam semuanya sendiri sampai gue bener-bener udah gak kuat sama semua itu," sahut Asha seraya menoleh ke arah Pasha dengan tatapan dalam.
"Lo emang udah biasa sendiri, tapi gue mau lo ngelewatin itu bareng sama gue. Gimanapun kita tuh gila pun butuh temen, dan lo gak boleh selalu sendiri, sekarang ada gue. Ada gua yang bisa bantu lo, support lo, bikin mental lo tetap sehat sambil ngegapai impian lo itu," ujar Pasha lembut dan tidak sungkan tersenyum lebar.
"Janji? Gue, cuman mau mastiin aja kalau omongan lo itu gak bakalan diingkarin." Asha mengacungkan jari kelingkingnya.
Dengan cepat Pasha meraih kelingking Asha, kini kelingking mereka bersatu, Pasha tersenyum lebar lalu mengusap puncak kepala Asha, dan tanpa ragu Asha menyandar di bahu Pasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
STOP, SAY IDIOT! (TAMAT!)
Teen Fiction"Rantai kehidupan setiap orang itu berbeda-beda, jangan selalu merasa bahwa kamu orang yang paling sakit di dunia ini. Dunia belum jahat sama kamu, kalau kamu belum pernah ngerasain rasanya dikucilkan dan dianggap idiot juga oleh orang-orang di luar...