17 | PAPA SETUJU?

144 80 104
                                    

🄷🄰🄿🄿🅈🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🄷🄰🄿🄿🅈
🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶

Aku berharap papa gak akan patahkan semangatku lagi, andai papa tau aku adalah anak perempuan yang selalu menyembunyikan sakitnya sendirian dan memeluk erat semua luka yang aku rasakan sendiri. Aku gak akan cerita atau berbagi lukaku ke orang lain, sekalipun itu kalian, keluargaku sendiri.
-Asha Asmita-

Asha mengambil kursi yang ada di ruang makan untuk mengobrol dengan Arsyad, papanya jauh lebih intens dan seksama.

Senyumnya tampak disudut bibirnya, tangannya mencoba membuka tutup kaleng bekas itu lalu menumpahkan isinya. Betapa terkejutnya Arsyad melihat tabungan Asha sepenuh kaleng bekas yang ia bawa dari atas.

"Ini kamu nabung dari kapan?" pekik Arsyad masih tidak percaya.

"Dari awal Asha masuk SMK, saat itu Asha tau keluarga kita lagi krisis ekonomi, karena pandemi melanda negara kita. Asha bertekad buat nabung sampai lulus gak akan Asha buka, biar nantinya uang ini bisa Asha pakai sesuai kebutuhan Asha–" Belum selesai Asha mengutarakan apa yang ingin ia ucapkan, tiba-tiba Arsyad menyela penjelasan putri sulungnya itu.

"Jadi, kamu mau pakai tabungan kamu itu buat usaha sesuai yang kamu bilang tadi?" Arsyad menyela, menaikkan sebelah alisnya dengan tatapan mengintimidasi.

Asha mengangguk antusias, sorot mata Asha tidak bisa berbohong bahwa ia begitu berharap agar Arsyad merestui niatnya itu.

"Kamu mau pakai buat usaha apa?" Arsyad bertanya langsung pada intinya.

"Asha mau buka usaha kayak rumah makan sederhana dulu, nanti kalau ada rezekinya Asha pasti bangun lagi yang lebih baik dari sekarang. Tapi, Asha mau para pekerjanya diambil dari anak-anak disabilitas dan anak istimewa. Gimanapun Asha mau bermanfaat buat semua orang, gimanapun mereka juga layak mendapatkan pekerjaan kayak kita, hidup kayak kita. Bukannya kata Papa memanusiakan manusia itu termasuk perilaku paling baik seumur hidup?" tutur Asha lembut, saat ini Asha sudah mulai bisa berbicara pelan-pelan dengan papanya, mengutarakan apa yang ia inginkan menggunakan intonasi lembut dan baik.

"Papa ikut jadi donatur bisnis gimana? Anggap aja Papa kasih modal, nantinya kamu bisa balikin ke Papa kalau uangnya tercukupi. Papa juga bakal bantuin kamu pasarkan usaha restoran kamu itu ke semua konsumen, atau ke rekan kerja Papa?" tawar Arsyad membuat Asha tidak percaya papanya akan berkata seperti ini.

Ingin rasanya ia menitikkan air matanya, ia tidak percaya papanya yang sedari dulu keras kepala, sulit menerima opini dari anaknya, kini papanya menjadi sosok yang sangat amat mendukungnya.

Asha memeluk papanya tanpa meminta izin dulu ke Arsyad, ia tidak peduli nantinya akan diledeki oleh papanya atau keluarganya nanti, yang terpenting ia ingin berterima kasih kepada Arsyad, karena sudah mau mendengarkan opininya.

STOP, SAY IDIOT! (TAMAT!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang