eps 21

643 103 42
                                    

EPS 21

Dahyun tidak pernah membenci suatu tempat secara spesifik. Sekarang, ia yakin bahwa kantor polisi adalah tempat yang menempati urutan pertama. Bahkan, dalam mimpi buruknya sekalipun, ia tidak sampai harus mengunjungi tempat ini. Karena satu panggilan terkutuk—Dahyun terduduk dengan ekspresi dingin di wajahnya.

"Nona Dahyun, terima kasih sudah berkenan datang."

"Hish, sok sibuk sekali kau ini," gerutu sosok di sisi Dahyun. Sejak mereka berpapasan tadi dan ditempatkan untuk duduk bersisian, Dahyun sudah mengunci mulutnya. Melelahkan sekali berurusan seperti ini.

Sang polisi di depan mereka berdeham, dia fokus kepada laptopnya, mengetik sibuk kemudian mulai memandang keduanya secara bergantian. "Jadi, Nona Soojin dan Nona Dahyun, kami mendapatkan laporan pengaduan perihal perkelahian di kafe—"

"Bisakah tidak berbasa-basi lagi?" Dahyun mulai angkat suara. "Aku benar-benar sibuk. Malam ini, masih ada beberapa hal yang perlu kurus." Ia menoleh sengit. "Kau juga, apakah kau bahkan tidak mau duduk diam di rumah?"

"Ya! Kim Dahyun, aku mau kau minta maaf sekarang!"

"Ya! Itu bahkan bukan salahku!"

Pekikan itu terus memuncak. Soojin mengertakkan giginya. "Wah, kau benar-benar ingin cari mati ya?" Ia meninggikan suaranya lebih tinggi lagi. Dahyun tidak mau kalah, ia sudah melipat lengan kemejanya sampai ke siku kemudian mengetatkan rahangnya.

"Kau pikir aku takut?!"

"Kau mau ditonjok lagi sampai babak belur?" tantangnya.

"Aku tidak takut!" Dahyun mengertak keras. Terlihat bagaimana keduanya mulai saling melotot satu sama lain. Dahyun hendak bergerak tetapi si polisi sudah bangkit dan menahan mereka di tengah-tengah.

"Nona! Nona! Tenanglah!"

"Dia yang mulai!"

"Tenang!"

*

*

Dahyun mengibaskan rambutnya dengan napas masih memburu. Secepat mungkin dia melangkah jauh dari bangunan di belakangnya. Polisi itu punya stok kesabaran yang memprihatinkan, bahkan dibanding mereka berdua, lengkingan polisi itu begitu menganggu pendengaran. Setelah dilerai sedemikian rupa sebelum ada bangku hantam lebih jauh, akhirnya, mereka diminta untuk membuat surat pernyataan dan melakukan mediasi singkat. Dahyun acuh, jelas sekali, apalagi menurutnya dia tidak pernah berbuat salah terhadap wanita tersebut.

Jimin sudah menunggu di mobil, tatapannya terlihat bingung. "Bagaimana di dalam?"

"Aku tidak mau membahasnya." Ia langsung menutup pintu mobil dan memasang sabuk pengamanan. Jimin masih memperhatikan dengan menelengkan wajah, enggan untuk menyalakan mesin mobil.

"Dia itu siapa sebenarnya?"

"Hah, tidak penting." Dahyun melirik kecil. "Dan bukan urusanmu."

"Kau ini. Ckck, memang seburuk itu cerita kepadaku." Jimin pun mulai menyalakan mesin mobil dan meninggalkan pelataran kantor polisi. Tidak ada yang senang setelah datang ke kantor polisi, begitu pun Dahyun. Seolah ada tanda hitam di dahinya dan bisikan tajam soal dia yang berbuat kriminal. Dahyun tidak mau repot mencoreng namanya maupun pekerjananya di tahan ini. Soojin mungkin hanya ingin uang dan kepopuleran. Mungkin wanita itu akan mengatur strategi lain yang Dahyun tidak dapat bayangkan.

Jimin berdeham pelan. "Aku tidak tahu apakah kita bisa ke tempat syuting atau tidak dengan keadaanmu yang seperti itu."

"Aku baik! Oke?" Ia menghela napas. "Maafkan aku. Hanya saja, aku benar-benar tidak mau berurusan dengan dia lagi. Aku sudah cukup dengan semua itu. Memang tidak bisa ya membiarkan aku hidup tenang sehari saja?" Gadis itu memijat pelipisnya berusaha menghilangkan pening yang mulai mendera. "Aku sudah merelakan Taehyung, sungguh. Mengapa harus dibahas lagi?"

starlight channel | park jm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang