eps 31

635 91 19
                                    

EPS 31

*

"Pd-nim, ada yang ingin bertemu denganmu."

Dahyun mengangkat wajahnya dan merapikan mantelnya. Dia membungkuk sewaktu mendapati berjalan masuk ke dalam ruangannya, kemudian menyipitkan matanya tajam. Seorang wanita paruh baya bergaun lebar warna putih dan topi berenda yang antik, dengan dua orang; perempuan dan laki-laki berjas hitam di belakangnya.

"Bisa kita bicara berdua saja?"

Dahyun melirik Pengacaranya dan mengangguk singkat. "Biarkan kami bicara berdua saja." Akhirnya, dia mempersilahkan si wanita dan dua asistennya untuk terduduk. Ruangan itu hanya ruangan emegersi di kantor pengacaranya, dan dia sengaja mengklaimnya dalam beberapa hari, jadi ini resmi jadi tempat "persembunyiannya" sebelum siang nanti, dia akan menemui Park Jimin.

"So?"

Si wanita itu pun mengulum senyuman dan mengulurkan tangannya yang berbalut sarung tangan putih. "Aku Ibu Park Jimin. Kau pasti mengenalnya kan?" tuturnya hangat.

"Ah, Nyonya. Senang bertemu denganmu." Sejujurnya, Dahyun tidak dapat menemukan suaranya dan hanya terkesiap. Ibu Jimin? Mengapa dia di sini? Mengapa dia menemuiku.

"Kau pasti bingung. Tapi jangan khawatir, aku hanya ingin memberikan bantuan dan sedikit kerjasama denganmu. Aku mendengar kasusmu dan kasus mantan suamiku, dan kurasa semuanya jadi begitu rumit, uh?"

Dahyun berdecak, "Begitulah, sebelumnya, terima kasih banyak karena berkenan datang bahkan mau repot untuk peduli. Tapi saya rasa, semuanya akan berjalan baik-baik saja."

"Tenanglah, Nona Dahyun. Kau belum dengar kan apa yang akan aku tawarkan untukmu?"

Dahyun menaikkan satu alisnya dan terdiam beberapa saat. Ibu Jimin balas tersenyum penuh makna dan memandangnya lurus. Catat, Dahyun punya insting aneh tiap dia bertemu orang baru. Dahyun pun dapat merasakan aura-aura yang menurutnya agak menganggu maupun mengusik. Dari tampilan, kalau oleh menilai Ibu Jimin ini agak nyentrik sih; dia tidak malu menggunakan gaun kuno khas orang-orang Belanda maupun menggunakan hiasan yang terlampau mencolok untuk usianya. Bibirnya dipoles merah delima dan mata yang mendelik tajam. Dahyun tahu, dia sebaiknya berhati-hati.

*

*

Sembari menggulung lengan kemejanya, Dahyun pun menyerahkan mantel di tangan dan melangkah lebar-lebar. Dari ketukan sol sepatunya yang berisik maupun suaranya yang lantang; Mana si Park Jimin?! Seluruh kru tahu betul akan ada Perang Dunia di tempat syuting mereka. Sontak, mereka menarik diri agar tidak menghalangi Bos mereka yang sudah lama tidak nampak batang hidungnya.

"Aku bilang mana Park Jimin ...."

Sona muncul dan membungkuk. "Nona, saya tidak tahu Anda ..." Dengan decihan, Dahyun melewati bahu Sona kemudian bersuara lebih keras.

"Park Jimin! Muncul sini!" Ia berteriak keras.

Dari satu ruangan, satu sosok itu muncul dengan langkah tenang. Jimin menarik senyuman dan hendak melebarkan tangan sewaktu Dahyun langsung mendorong dadanya.

"Kau sinting ya?! Apa yang kau ... aigoo. Kau ini, aku bisa saja memecatmu. Kau mau menghancurkan karierku dalam waktu cepat? Aku bahkan belum selesai dengan Ayahmu dan kau ..."

"Tenang."

Dahyun cepat meraih kerah pakaian Jimin, membuat semua orang terkesiap. Matanya melebar dengan nyalang dan bibir tertarik naik, nampak sinis. "Kau mau mati ya?!"

starlight channel | park jm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang