eps 40 (end)

912 87 35
                                    

EPS 40

Mengapa aku mau ya? Dahyun jadi bertanya-tanya selama ia mengemudi menuju lokasi tersebut. Padahal, kalau boleh ia memprotes, ia sudah kepayahan sekarang. "Hah, Kim Dahyun, inilah mengapa kau membutuhkan seorang supir." Dahyun memutar roda kemudinya untuk memasuki wilayah tersebut. Nampak sudah banyak kendaraan yang berdatangan dan memenuhi area parkir. "Sempurna," katanya.

Dia pun bergegas melepaskan sabuk pengamannya meski harus meringis sesaat memaksakan diri untuk membuka pintu dan keluar. "Park Junoo, kau memang menyusahkan ..."

Di siang hari itu, tidak berapa lama bel pun melengking hingga memunculkan beberapa anak kecil yang berhamburan bersama dengan tas di bahu mereka. Dahyun menghalau sinar matahari sedangkan pinggulnya mulai kram dan pegal seperti biasa.

"Nyonya, kau mencari seseorang?" Orang itu menunduk dan terfokus kepada wajah Dahyun. Wajahnya nampak khawatir, mungkin karena tampilan Dahyun sekarang—siapapun khawatir dengan gundukan yang sekarang menghiasi perutnya. Tidak, gundukan ini akan segera punya nama dan sama menyusahkan dengan Junoo.

"Yah, putraku ..."

"Eomma!" Pekikan itu menggelegar sampai Dahyun cepat melambaikan tangannya. Dia kembali meringis sesaat perutnya terasa berdenyut lagi. "Kau datang? Menjemputku?" Junoo, bocah dengan rambut hitam dan senyuman kecil itu langsung saja menoleh ke sisi Dahyun. "Siapa ini?"

Sosok itu langsung membungkuk dan pamit.

"Aku juga tidak kenal. Ayo, kita harus pergi. Adikmu nih terus saja tidak mau diam," gumam Dahyun langsung mengandeng tangan putranya. Junoo baru berusia sekitar tujuh tahun tapi bocah itu terus saja mencerocos entah soal pelajaran, teman sekelasnya, para guru bahkan prakaryanya yang jadi tugas bulanan. Dahyun berjuang sampai duduk di belakang kemudi dan membantu Junoo yang sudah menutup pintu. Wanita itu memasangkan sabuk pengaman untuk Junoo sampai terdengar bunyi klik.

"Appa sudah di sana?"

"Yah, kita akan makan siang di sana."

Junoo mengerucutkan bibirnya. "Mau beli es krim dulu! Dekat sini!"

"Astaga, apakah kau tidak lihat? Eomma tidak kuat jika harus mampir dulu." Dahyun pun mulai menyalakan mesin mobil dan mengecek dari spion samping untuk mundur dan pergi dari area parkir. Dia agak kesulitan karena takut menabrak beberapa orang, sampai perlu mengklakson. "Hih, mereka itu ... apakah ingin tertabrak?" Akhirnya dia berhasil keluar dari sana meskipun penuh dengan gerutuan dan makian singkat.

"Eomma! Jangan bicara kasar ... nanti kena hukuman .."

"Hm, maaf."

Junoo terduduk nyaman dan memandangi sekitar jalanan. Sedangkan, Dahyun mulai menoleh singkat. Jika dilihat, Junoo tidak mirip dengannya sama sekali—mungkin peringainya? Dia mewarisi mata, hidung bahkan kerlingan mata Jimin. Bentuk wajahnya mirip ibu Dahyun dan rambutnya juga. Tidak ada yang mirip dengan Dahyun, sampai Dahyun pikir, Junoo tidak menyukai ibunya. Sampai-sampai tidak ada yang tertinggal darinya untuk Junoo.

"Belinya nanti saja ya? Minta tolong Bibi Sona."

"Ah!"

"Adikmu merengek nih di perut Eomma, kalau dia melompat keluar bagaimana?"

Junoo melotot. "Melompat bagaimana? Mau es krim! Es krim, Eomma!"

Dahyun pun melajukan mobilnya. Tentu saja, memang ide ekstrem untuk memperlakukan sistem jemput ini. Padahal Jimin sudah melarangnya, tetap saja, Dahyun sangsi untuk mengalah begitu saja. Junoo pasti akan merengek tidak mau pulang—dia keras kepala dan ingin perhatian Dahyun. Apalagi sejak sebelum hamil, waktuDahyun tersita untuk beberapa program acara sekaligus. Dia bekerja keras siang dan malam untuk menebus liburan cuti hamilnya yang terlampau panjang tersebut.

starlight channel | park jm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang