i see that i'm icy

571 108 14
                                    

.

"Kau berusaha mencemoohku ya?"

Jimin terlonjak beberapa saat. "Apa maksudmu?"

"Aku ini es, aku ini pasti meleleh, aku ini pasti enyah. Kau mau aku meleleh kemudian lenyap atau bagaimana? Aku ini manusia, bukan es. Apakah kau tidak pakai matamu dengan baik? Aku tidak suka ya kalau kau mulai mencari-cari cara agar kau bisa menjatuhkanku. Ini namanya pelecehan verbal. Kau membuatku terluka dengan pemilihan katamu itu," ujar Dahyun dengan panjang lebar. Seumur-umur belum pernah ada pria yang sampai berani mengatainya dengan sebutan 'Es' apalagi dengan berbagai rayuan menggelikan seperti itu.

"Astaga, kau ini pasti selalu saja mengira orang lain berusaha menyerangmu!" Jimin terbatuk pelan. "Kau tidak pernah tahu niat tulus orang lain."

Dahyun mendecih pelan dan menunduk, mendapati kalung itu seperti meledeknya. "Ini bukan salah satu hadiah yang tadinya mau kau berikan kepada perempuan lain tapi karena kau tidak punya cukup keberanian dan niat akhirnya kau sumbangkan kepadaku kan?"

"Astaga!"

"Karena aku akan memotong lehermu kalau itu benar," sahutnya lagi. Dahyun mengembuskan napasnya panjang. "Ibuku pasti akan sangat senang kalau kau memberikan ini langsung kepadanya."

Jimin mengerang. "Itu untukmu, sungguh. Apakah kau tidak pernah diberi hadiah sebelumnya?"

"Tidak. Tidak pernah yang konyol seperti ini."

"Kau ini!" Jimin menekuk wajahnya. Memang susah mendekati perempuan seperti Kim Dahyun. Jimin sudah mengira tapi ia tidak menyangka reaksi perempuan itu jadi semakin membuatnya tidak habis pikir seperti ini.

Dahyun mengamati wajah Jimin dengan mata mendelik. "Kau pasti sedang mengumpat dalam hati kan?"

"Hish, tidak," katanya dan mulai merapikan selimutnya. "Terima kasih untuk semuanya. Aku akan istirahat dengan baik. Selamat bekerja!" Ia meninggikan suaranya kemudian berdecak.

"Kalau sampai besok kau tidak sembuh, kau tidak akan di sini lagi."

"Ya!"

"Jangan keluyuran." Dahyun pun berbalik kemudian berjalan keluar melewati pintu. Dia tidak habis pikir mengapa dia biarkan Jimin masih di sini. Padahal dia bisa saja langsung mengusir pria itu. Apakah karena Jimin anak dari Presdir? Atau karena Jimin memang seperti kuman yang susah sekali dienyahkan? Mungkin keduanya. "Ah, bikin pening saja."

"Nona, apakah kau butuh sesuatu?" Sona mendekatinya, membuat Dahyun menoleh singkat. "Kau tidak terlihat ... kau terlihat pucat dan .."

"Pastikan Park Jimin minum obatnya dan tidak pergi kemanapun. Kalau sampai dia sakit lebih lama dan Ibu kembali datang kemudian menyuruh macam-macam, aku yang susah."

"Siap, Nona!"

Dahyun berdecak dan melenggang pelan. Bikin susah saja!

[]

starlight channel | park jm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang