eps 34

528 90 26
                                    

EPS 34

Kau dipanggil ke ruangan Direktur Park.

Dahyun mengisi paru-parunya dengan udara. Dia baru mendapatkan info tersebut sesaat dia ditelpon oleh Sona. Masalahnya, adalah untuk apa? Mengapa Dahyun perlu repot menemui ayah Jimin? Untuk urusan apalagi?

Dahyun pun mengumpulkan secuil tenaganya yang tersisa. Dia dan Direktur Park bagaikan bumi dan lagi—punya nasib berbeda. Jika Dahyun tersungkur dan tercoreng noda kelam, nama Park justru sudah pulih bagaikan mutiara mengkilap yang diusap kain satin putih. Skala mereka berbeda. Dahyun? Kini, masih tersaruk-saruk di ujung kariernya. Sejujurnya, Dahyun tengah berpikir apakah dia perlu pulang kepada ibunya dan mencari pekerjaan lain. Ataukah dia tetap harus menjadi produser saja, ibaratnya; sudah terlanjur basah kuyub di sini dan lanjutkan saja.

Tetapi, jelas, meskipun itu yang dia mau, kenyataan tidak semudah itu.

"Duduklah."

Dahyun agak bersyukur karena pagi tadi terbangun dan masih sempat mencari kemeja dan celana bahan yang layak di dalam lemari. Karena sosok yang bersama Direktur Park nampak anggun dan berwibawa, dan menyambut Dahyun dengan senyuman.

"Kenalkan, ini Kim Dahyun ..."

"Senang bertemu dengan Anda, PD-nim. Ternyata Anda memang cantik di kehidupan nyatanya."

Dahyun mengulum senyuma canggung. "Oh terima kasih. Dan Anda adalah?"

"Saya Jeon Jungkook." Sosok itu menjabat tangan Dahyun sembari membungkuk singkat. Keduanya pun duduk bersisian di depan meja besar Direktur Park.

"Jadi, Dahyun-ssi, sebenarnya aku mengundangmu untuk datang karena satu hal ini."

"Maaf, tapi apa?"

"Kurasa Jungkook yang lebih tahu dan akan menjelaskan kepadamu," ujar si pria paruh baya tersebut. Jungkook pun mengangguk dan memiringkan posisi duduknya. Bahu pria itu tegap dengan dada yang juga terbentuk bagaikan dia berlatih lama di area gym. Jangan lupa dengan otot bisep yang bertonjolan di lengannya, dan gagal disembunyikan oleh potongan kemeja putih itu.

"Saya akan membantu Anda untuk program selanjutnya."

Dahyun terkesiap. "Apa maksudnya? Saya tidak berencana untuk mengambil proyek apapun di masa ini. Bahkan, apakah saya masih bekerja di sini?" Takut-takut Dahyun melirik Direktur Park yang justru menarik senyuman hangatnya. "Tapi ... bagaimana dengan masyarakat ... bagaimana jika ..."

"Maka dari itu, aku ingin kau bekerja sama dengan Jungkook. Dia masih baru, tapi aku mengenalnya selama studi di Amerika. Dia juga sangat handal, dan kau pun punya jam terbang yang tinggi sebagai asisten Tuan Myun sebelumnya kan?" Jungkook mengangguk. "Jangan terlalu khawatir, kupikir, ini justru kesempatan untukmu muncul di televisi dan membuat heboh banyak orang."

"Ini tidak main-main! Maksudku, akan ada banyak yang protes jika aku kembali ..."

"Kau kan belum tahu pastinya," ujar Direktur Park dengan yakin.

*

*

Dahyun menerima berkas kasar dari program acara tersebut. Jeon Jungkook terlihat santai dan tenang duduk berdua dengannya di ruangan meeting di lantai delapan. Keduanya pun tidak banyak berdiskusi selain menekuni kertas demi kertas tersebut. "Hah, kau tahu kan? Sebelumnya ... acaraku ..."

"Anda sangat terkenal, sungguh. Tuan Myun membicarakan Anda seperti membicarakan putrinya sendiri," sahut Jungkook.

"Begitukah? Mungkin dia berniat meledekku."

Jungkook balas tertawa. "Tidak sama sekali. Pria itu sangat keras dan tidak berhati, mana mungkin dia berencana meledekmu? Lagipula, tidak ada yang dapat menyangkal bagaimana Anda dengan lihai menyajikan acara populer. Beberapa produser memang lebih pergalaman tapi mereka justru terkendala di penonton. Hanya sedikit yang menjadi pusat perhatian. Tapi Anda?"

Dahyun menghela napas, dia menekuni kembali kertas tersebut. "Ini hanya alasan pribadi, tapi aku masih trauma dengan acara perjodohan seperti ini. Mengerikan. Aku dan partnerku sebelumnya, maksudku, kandidat sebelumnya masih terlibat beberapa hal dan mereka tidak akan segan menuntutku. Kemudian, aku muncul lagi seolah tidak bersalah?"

"Anda bisa pikirkan dahulu. Ini baru rancangan awal, kedepannya dan setiap keputusannya masih dapat dibicarakan dan dipertimbangkan."

"Dengar," Dahyun pun menutup kertas itu dan memandang lurus Jungkook. "Apa yang membuatmu yakin bahwa kau bisa membawaku kembali ke kursi produser? Apa alasanmu begitu yakin?"

"Karena aku melihat api dalam dirimu."

"Api bagaimana?"

"Kau punya api semangat itu, PD-nim. Apakah kau rela itu redup sekarang? Sayang sekali, bukan? Mengapa harus mematikan api yang harusnya menyala terang itu?"

Jeon Jungkook membiarkan pertanyaannya itu menggantung begitu saja, karena dia hanya mengulas senyuman simpul dan melihat kembali daftar rancangan acara. Tidak hanya ada satu proposal utama yang akan diajukan ke Direktur Park, tapi sebanyak lima. Itu artinya akan ada banyak kemungkinan untuk proyek ini. Dahyun, entah bagaimana, justru merasa sedikit tersentil untuk itu.

*

*

"Aku menunggu kabar darimu, Nona. Jangan berpikir untuk menghindar! Aku serius:)." – Nyonya Park. Dahyun baru saja keluar untu mencari kopi sesaat dia menengok ponselnya dan pesan bernada mengerikan itu sampai kepadanya. Jujur, emoticon di sana bermakna ganjil. Itu artinya dia tidak akan segan melakukan apapun jika Dahyun ingkar janji. Dan arti lainnya, mungkin si wanita tua itu akan mencelakainya dengan cara tidak terduga. Bukankah keduanya mengerikan? Sama-sama mencekam?

Kenapa pula dia menjajikan itu semua?

"Jadi, bagaimana, Nona?"

Sona sudah menunggu di lobi dengan wajah lebih cerah, berbanding dengan Dahyun yang memasang wajah tenang nan datar. "Apakah kau jadi ... menandatangi kontraknya? Kau akan kembali lagi sekarang? Kumohon, pungut aku lagi! Aku tidak betah di tempat yang baru itu. Hish."

"Belum."

"Apa maksudnya belum?" Sona tergelak beberapa saat.

"Aku masih memikirkannya."

"Ah! Kenapa banyak berpikir sih! Kau ini ... bisa tua nanti karena terlalu banyak berpikir!" protes gadis tersebut. Namun, karena mereka sudah menarik perhatian beberapa pegawai lain, dia akhirnya melipat bibirnya. "Jadi, kapan kau akan menerimanya? Aku sudah tidak sabar."

"Pertama, aku perlu memikirkan dahulu apa yang perlu aku lakukan jika aku kembali. Kedua, aku perlu memastikan bahwa si Jeon Jungkook itu serius dan tidak berniat jahat. Ketiga, aku perlu mengurus Nyonya Park ... dia berisik bagaikan ibuku saja."

"Nyonya Park ... siapa?"

"Ibu Jimin, mantan istri Direktur Park. Dia merengek terus, aku tahu, aku tahu dia agak membantu saat aku disidang. Tapi, apakah keinginannya itu dapat dipenuhi dengan cepat? Astaga, bikin pening saja!" Dahyun pun menghentikan taksi, disusul dengan Sona yang ikut masuk dan terduduk dengan wajah penuh tanda tanya. "Dia ingin dicarikan jodoh."

"Hah?! Apa?"

"Dia ingin kalau aku memulai acaraku lagi, dia jadi kandidat yang akan dijodohkan dengan kontestan lain. Tentu saja, itu agak sinting. Maksudku, target penontonku bahkan usia remaja dan dewasa muda sekitar 17-24 tahun. Dia? Nyaris kepala lima? Ingin bermesraan dan dicarikan pendamping? Hah!"

Sona membulatkan matanya, masih terkejut.Bagaimana bisa? Bagaimana begitu? "Tapi ... itu justru akan jadi hiburan tersendiri, Nona. Kau kan tidak pernah tahu, mungkin saatnya kau agak bergeser ... mencari audiens yang lebih dewasa dan kontestan yang ... berumur?"

"Kau mau aku pukul yak?"

[]

starlight channel | park jm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang