eps 23

516 105 45
                                    

EPS 23

Jenna tersenyum dan menyesap kopinya. Dia terduduk manis berhadapan dengan Jimin yang sedari tadi masih menatapnya. "Aku senang bisa kembali. Aku benar-benar akan mampir, malam ini?"

"Ah, aku sibuk. Sungguh, kau lihat sendiri bagaimana Bosku itu," sahutnya.

"Hmm, begitu."

Jimin menegakkan duduknya. "Mungkin lusa? Aku akan kabari." Jimin meminta ponsel Jenna agar ia dapat dengan cepat memasukkan nomor ponselnya ke dalam kontak wanita tersebut. Setelahnya, Jenna menerima kembali ponselnya. "Nomorku yang biasa akan sibuk karena panggilan dari beberapa staff akhir-akhir ini, sejujurnya. Itu nomorku yang lain, belum banyak yang tahu. Maaf tidak bisa lama-lama, aku harus kembali lagi ke sana. Senang bertemu denganmu."

"Jimin, bagaimana sore ini? Aku akan bawakan makanan—"

"Ah, mengapa merepotkan begitu?" sahutnya kemudian terkekeh. "Tidak perlu. Kau bisa makan sendiri saja." Akhirnya, pria itu pun bangkit. Jenna mengerucutkan bibirnya dan keluar dari area syuting tersebut menuju mobil di mana Han sudah menunggunya dengan wajah tidak sabar. Terlihat rasa penasaran yang mencolok.

"Bagaimana, Nona? Apakah berjalan lancar?"

Jenna membuka pintu dan terduduk di kursi penumpang, tepat di sisi Han yang sudah bertugas menjadi supir pribadinya di hari tersebut. Pengawalnya berada di mobil lain, tepat di belakang mereka. Jenna memiringkan tubuh, menghadap Han yang masih terlihat penuh tanda tanya. "Dia sangat sibuk sekarang. Huh."

"Begitukah?" sahut pria itu. "Kalian kan sudah lama tidak bertemu."

"Ah, dia begitu sibuk, bahkan tidak sempat makan denganku. Tapi tidak apa-apa." Jenna mengulas senyuman. "Aku suka dia bekerja segigih itu." Bahkan Jenna tidak ingat kapan terakhir kali Jimin jadi terlihat "sehidup itu" selama di Australia, Jimin merangkap menjadi asisten utamanya, kemudian Jimin memiliki beberapa pekerjaan sampingan. Tetapi, terlepas itu, Jimin adalah pria lanjang yang bebas. Jenna kerap mendapati Jimin jalan dengan beberapa gadis tetapi tidak berlangsung lama.

Hanya bersamanya yang terlama.

Namun, Jenna pikir, itu sudah lama berlalu. Ketika Jimin memutuskan untuk ke Korea, mereka seolah mengubur kenangan lama mereka—yang pernah menjadi kekasih. Jenna tahu, Jimin tidak ingin hal canggung terus berlangsung di tengah mereka. Padahal, Jenna mengatakan jujur bahwa mereka cocok jadi sahabat dekat.

Jenna mengulum senyumannya. "Aku selalu suka dia."

"Nona."

"Ini perasaan yang tidak mudah hilang kan?"

***

Bad day. Bad day!

Sona meneguhkan dirinya lantas melangkah mendekati Dahyun yang sedaritadi memasang mode serius khasnya. "Ini laporannya terbarunya, Nona. Ada kemajuan pesat sejak episode sebelumnya."

"Hmm."

"Apakah ada lagi yang Anda butuhkan?"

Dahyun menggeleng. "Ini cukup." Ia mengangkat wajahnya sejenak. "Aku akan memanggilmu kalau ada perlu.Dan ... jika ada penyusup yang masuk lagi, langsung kabari aku. Bilang, dia harus berhadapan empat mata denganku." Sona langsung mengangguk. "Dan bereskan kotak-kotak di luar sana. Aku tidak mau melihatnya setelah aku keluar dari ruangan ini."

Sona mengangguk ragu. "Baiklah, saya pamit."

Sementara itu, Dahyun mulai memijat puncak hidungnya seraya mengerang rendah. Ada apa denganku? Mengapa perasaanku jadi serba tidak enak seperti ini? Dahyun tidak ingin disangka arogan secara berlebihan, apalagi dia tidak dapat mengendalikan dirinya sewaktu wanita itu muncul. Sejujurnya, mendengar kata Jimin di kalimat wanita itu semakin memicu Dahyun geram. Entah mengapa.

starlight channel | park jm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang