eps 26

639 115 31
                                    

EPS 26

***

Jimin = berbahaya. Perlu diwaspadai.

Dahyun baru sadar bahwa ada satu bagian dalam dirinya yang telah berusaha menyerukan peringatan sedari awal: Jauhi dia! Dia akan menyusahkamu! Pria itu tidaklah baik!

Tetapi tetap saja, Dahyun mengabaikan suara kecil itu sampai akhirnya dia terlibat sejauh ini. Sekarang, semuanya jadi rumit jika melibatkan hati dan perasaannya yang sudah lama tersembunyi di balik sikap angkuh dan cueknya.

Jimin mengesalkan!

Dahyun terus mengutuk dalam hati—mengutuk dirinya pula.

"Ah, pusing sekali," keluh perempuan tersebut dan mulai meneguk kopinya lagi. seharusnya, ia menghindari kafein atau laju jantungnya jadi tidak terkendali; kerap berdebar-debar tidak karuan. Kali ini, pengecualian. Dibanding berdebar, Dahyun lebih takut karena terus memikirkan Jimin, suara Jimin, wajah Jimin, eksistensi Jimin, tubuh Jimin, senyuman Jimin, dan segala hal tentang Jimin.

Ketika Dahyun tengah menepuk-nepuk bahunya yang sakit, Sona muncul terburu-buru. "Nona! Nona! Ada yang datang!"

"Uh? Siapa sekarang? Apakah tidak ada yang mau aku istirahat—" Ia bangkit dengan bibir mencebik.

"Tapi ini Direktur Park, Nona!"

Dahyun membelalak. Direktur Park?! Apakah aku buat kesalahan? Apakah dia tidak puas sekarang? Raut wajah Dahyun berubah drastis. Dari yang lemah lesu menjadi waspada dan sadar secara penuh. "Kau bercanda?"

"Tidak! Kami juga tidak tahu dia mau datang. Dia sepertinya ... ingin melihat Tuan Jimin dan bagaimana syuting."

Dahyun berdecak seraya merapikan rambutnya. "Tapi kan dia tidak pernah peduli."

"Entahlah."

*

*

Kau dapat bayangkan inspeksi oleh Ketua Kelas. Kau juga dapat bayangkan inspeksi dari Badan Kesehatan. Kau juga dapat bayangkan Ibumu yang mendadak muncul setelah menerima rapot kenaikan kelas. Intinya, kedatangan Direktur Park membuat semua orang terkena serangan panik dan kebingungan.

Dahyun maju paling depan dengan wajah kaku. Dia berdiri tegak ketika akhirnya mobil limosin hitam itu berhenti di depan area syuting, dekat dengan rumah grandprize. "Kalian sudah menyiapkan kursi dan semacamnya kan?" Ia menoleh kecil ke arah Sona.

"Tentu! Semuanya sudah siap."

"Bagus." Dahyun kembali menatap lurus dan mendapati satu pria berjas hitam dengan empat pengawal serta satu sekretaris berwajah cantik. Dahyun membungkuk sesaar Direktur Park berhenti di depannya. "Selamat datang, Direktur Park."

"Ah, mengapa kau canggung begitu?" kekehnya santai. "Aku hanya mampir saja." Seketika, ia menjulurkan lehernya. "Ke mana putraku?"

Dahyun hendak membuka suara ketika Jimin akhirnya muncul seraya menyugar rambutnya ke belakang dan tersenyum.

"Astaga, Appa! Mengapa datang sih?"

Direktur Park langsung mendekap tubuh putranya dan menepuk pelan punggung Jimin. Ia masih diliputi wajah ceria dan cepat dipandu Jimin menuju bagian ruang tamu rumah grandprize. Sejujurnya, Dahyun sebal dengan hal-hal semacam ini, seharusnya dia bisa saja tidur—

"Dahyun-ssi, duduklah juga."

"Ak—aku?" tunjuknya dengan bingung. "Mengapa?"

Direktur Park cepat memberi isyarat agar Dahyun bergabung. Mereka duduk bersisian.

starlight channel | park jm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang