eps 30

734 92 27
                                    

EPS 30

*

Dahyun menaruh botol minumnya. "Apakah pernyataanku kurang jelas?" tanyanya, agak jengkel.

"Tidak, Nona. Itu sesuai dengan yang mereka inginkan."

"Lantas mengapa terus menahanku di sini? Astaga, aku seperti tersangka! Aku bahkan tidak tahu tuh ke mana uangnya, atau bahkan, uang itu masuk ke rekeningku. Semuanya aku fokuskan kepada acaraku! Jika ada yang berani menaruh bangkai seperti ini lagi ke hadapanku ... aku yang akan menonjoknya!"

Sementara Pengacara Yoon berusaha untuk menekuni berkas-berkas di tangannya, Dahyun sudah mencebikkan bibir. Dia menyampirkan selimut di punggungnya lagi. Rasa kantuk itu sudah merasuk ke matanya, hingga Dahyun bisa saja terkantuk-kantuk dengan mata yang memberat. Padahal, dia bisa saja mengambil jeda istirahat untuk tidur tadi, mengapa dia gunakan dengan baik.

Dahyun menumpu satu dagunya. "Ini kemungkinan terburuk, tapi, apakah acaraku akan benar-benar dihapus?"

"Mari berharap tidak demikian."

Ia memberenggut. "Kau payah! Aku sudah membayarmu mahal, aku tidak mau acaraku dihapus begitu saja!"

Pria itu mengangguk. "Saya pastikan ini tidak akan sampai sejauh itu. Lagipula Nona, kalau publik begitu menginginkannya, mereka yang akan bertindak."

"Ya! Itu tidak akan mengubah apapun. Mereka berdemo pun itu tidak akan menembus meja hijau. Aku akan tetap jadi korban di sini. Jika saja ada cara agar acaraku tetap baik, aku pasti lakukan apapun. Ini tidak adil."

"Tapi, yang membuat saya penasaran adalah, anehnya, mengapa pihak pelapor itu tetap bersembunyi saja? Seharusnya dia bertanggung jawab atas tuduhan sebesar ini, meskipun polisi benar-benar menggeledah, dan ditemukan bukti terkait. Bukankah, maksud saya dari sudut Anda sebagai orang awam, bahwa kasus ini seperti "ditonjolkan" seolah memang ditunggu untuk dimunculkan? Paham maksud, saya?"

"Kalau kau bilang ada orang-orang yang memang sebusuk itu—menunggu kita naik untuk menjatuhkan—wah, aku harap mereka benar-benar hidup dengan tidak baik!"

"Yah."

Dahyun bersunggut-sunggut, gemas. Dia kurang makan maupun kasih sayang. Dia juga kurang tidur, rasanya seperti separuh tubuhnya sudah menua dari yang sewajarnya. Apakah ini normal?

*

*

Sona tersenyum kecut di kursinya. "Ini persis seperti dahulu. Ketika Nona Dahyun pertama kali mengajukan ide acara ini ke depan Ketua kemudian dicibir setengah mati. Katanya tidak masuk akal, akan membuat banyak perdebatan dan berbagai opini publik. Bahkan dia dibilang menyesatkan karena membuat "gagasan hubungan ideal" yang dia tampilkan di acara. Katanya, itu tidak mencerminkan budaya berpacaran di sini. Aku dan Nona sontak saja tertawa."

Jimin memandang lurus, mendengarkan dengan seksama. "Begitukah?"

"Kemudian kami membicarakan bahwa inilah bisnis, orang-orang yang mencibir itu sebenarnya karena mereka peduli. Mengapa repot-repot berkomentar jika tidak peduli? Dan tanda seperti itu sudah cukup bagus. Ada porsi perhatian yang dicurahkan kepada kita. Seperti ungkapan jangan terlalu membenci sesuatu karena itu bisa jadi satu hal yang kau sukai di masa depan ... itu ada benarnya.

"Sekarang siapa sih yang tidak kenal acara Nona Dahyun ini? Dia terus dibicarakan, diperdebatkan, namun dengan itu, acara terus mendapatkan rating, karena untuk beberapa orang lain tayangan ini seperti .. nyentrik? Mengunggah? Pikirkan, orang waras mana yang mau dijodohkan dengan orang asing?"

"Tapi faktanya, ada orang semacam itu. Perjodohan?"

Sona mengangguk. "Mungkin, tapi tidak terekspos seperti yang ada di sini dan tidak sedrama yang kami sajikan. Ah, rasanya, itu masa-masa emas. Saya bahkan tidak teringat kapan saya merasa begitu "penting" sampai Nona Dahyun mengadakan project ini dan saya jadi bagiannya. Seperti punya anak yang dahulu dirundung habis-habisan tapi meningkat dewasa, dia jadi dipuja-puja bahkan digilai. Anak emas."

starlight channel | park jm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang