eps 24

532 126 90
                                    

EPS 24

Dahyun tidak senaif itu. Dia bahkan sudah melakukan research tidak tertulis bersama Sona di beberapa bulan lalu mengenai bagaimana perilaku tokoh perempuan terhadap tokoh utama laki-laki. Kau mungkin pernah menontonnya terselip di salah satu episode drama yang kau tonton? Ketika situasinya adalah si tokoh utama laki-laki pulang ke rumahnya, kemudian si tokoh utama perempuan sudah menyiapkan kejutan, contohnya makan malam, dan berpakaian seksi sehingga semuanya nampak sempurna... sesungguhnya itu tipuan. Karena makan malam itu hanya "kedok" dan acara selanjutnya adalah bagian yang paling ditunggu.

Yah, kau tebak saja sendiri apa yang terjadi jika keduanya saling menatap kemudian bersentuhan.

Jadi, Dahyun tercekat mendapati "kemungkinan-kemungkinan" ganjil itu terpampang jelas di depan mukanya. Jenna memiliki tubuh idola ribuan gadis, sekarang, dia menggunakan gaun pendek berbelahan rendah yang tentu saja mempertontonkan dadanya yang mulus dan berlekuk tersebut. Dia memakai riasan tipis hingga wajahnya segar. Dahyun sudah mencium aroma-aroma tidak bagus. Apakah dia salah masuk ke dalam drama orang lain?

"Dahyun, tunggu." Jimin cepat menolehkan wajahnya dan menahan tangan Dahyun. Dia menatap lurus. "Jangan pergi."

Dahyun membuang pandangannya dan berdecak pelan. Dia tidak menepis tangan Jimin justru membiarkan Jimin menyingkirkan sejenak Jenna yang tadi masih saja berdekatan dengannya.

"Uh, kupikir ini berlebihan. Ini hanya makan malam kan?"

Jimin sepertinya melihat jelas bagaimana Jenna tampil di malam itu. Dahyun ingin mencibir; Tuh! Dia berdandan untuk menyambutmu? Kalian benar-benar akan makan malam atau bermain-main di ranjang, huh? Dahyun menahan lidahnya agar ucapannya tidak terpeleset begitu saja. Malas juga peduli dengan tampilan wanita lain itu.

"Ayo, masuk, Dahyun-ssi."

Jenna mengerucutkan bibirnya. "Gaunku jelek? Wah, ini gaun kesukaanku." Ia pun mengekori keduanya seraya menutup pintu apartemen Jimin. Suasana itu agak temeram sehingga Jenna menyalakan lampu. Jimin sudah menarik kursi untuk Dahyun dan dirinya. Jenna ikut bergabung di kursi lain. Wajahnya masih agak sebal namun cepat ia tersenyum. "Aku sudah memasak ayam dan banyak lagi. Kau makan yang lahap ya!"

Jimin melirik Dahyun. "Kau mau makan yang mana? Aku ambilkan."

"Hish, diamlah."

Jenna menarik lengan Jimin. "Aku punya hadiah untukmu." Sebelum Jimin menyahut, Jenna sudah melesat meninggalkan ruangan makan tersebut dan kembali dengan satu kotak besar.

"Terima kasih."

Jenna mengangguk. "Ayo, buka!"

Jimin mulai menarik pita biru yang ada kemudian membuka kotak tersebut. Dahyun sempat melirik kecil untuk mengetahui apa yang Jenna kasih tapi sebisa mungkin dia menjaga ekspresi tenangnya, padahal dia sudah ingin mengoceh panjang lebar; Hish! Mengapa cari perhatian sekali sih?! Dia mendadak dihantam realita—dia tidak pernah membelikan Jimin hadiah. Apakah pernah? Dahyun sama sekali tidak ingat. Selama ini mereka hanya jalan untuk makan dan tidak pernah terpikirkan untuk membelikan hadiah apapun. Padahal, Dahyun sadar, Jiminsudah memberikan kalung ini untuknya.

"Suka?"

Jimin tersenyum kecil memandangi kemeja abu tersebut. Sebenarnya, kemeja itu bukan hal yang spesial, hanya saja, Jimin tahu bahwa Jenna menyukai membelikan beberapa pakaian untuknya. Tidak hanya itu, ada mantel hitam yang tebal dan sebuah syal rajutan. "Kau bisa pakai kalau kau keluar untuk syuting." Ia meraih syal tersebut lantas melilitkannya di sekitar leher Jimin.

"Kim, it's too much. Thank you."

Jenna tersenyum lebar hingga memamerkan deretan giginya yang putih bersinar. Dia menunduk untuk merapikan syal tersebut. "Aku juga senang. Kau kan sangat pilih pilih kalau berpakaian, tapi aku tahu seleramu."

starlight channel | park jm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang