side story: kiss & us [warning]

1K 122 32
                                    

WARNING! Dapat menyebabkan halu berkepanjangan.

...

Di kursi depan meja rias tersebut, Dahyun berusaha menyamarkan kantung hitam yang bergelayut di bawah matanya. Ah, sial. Dahyun tidak habis pikir dengan banyak kejadian yang menimpanya, tulang pipinya jadi lebih menonjol dan tegas daripada yang ia ingat. Padahal jika Ibunya tahu bisa-bisa ini jadi masalah; Kau ini! Kerja terus! Jaga kesehatan itu penting! Kau mau aku bawa ke dokter langgananku?

Aduh, membayangkannya saja sudah membuat Dahyun pusing lagi.

Beberapa waktu belakangan, Dahyun sengaja mematikan ponselnya. Bukan apa-apa, Ibunya pasti sudah tahu dan akan memborbardirnya padahal Dahyun sendiri belum siap harus menyatakan kejelasan maupun penjelasan seperti apa untuk Ibunya tersebut.

Jimin muncul dan mengecup puncak kepala Dahyun. Pagi itu, seusai mereka mandi, Jimin sudah bersiap dengan kemeja dan celana hitam senada, menyiapkan sarapan dengan sukarela sedangkan Dahyun masih bertahan di kamarnya, duduk di depan meja rias dan mengutuk kantung mata itu.

"Ibuku. Bagaimana aku perlu bicara dengannya?"

"Dia pasti sangat panik."

Dahyun mengangguk. "Aku tahu, tapi kalau dia menghubungiku pun dia pasti makin panik."

"Uh? Bagaimana bisa?"

"Dia tidak akan mengizinkanku bicara dan pasti menceramahiku terus menerus," ujar Dahyun kemudian mulai menyapukan concealer di bawah matanya. Dia berdecak. "Toh, Ibu pasti sudah tahu apalagi banyak temannya juga yang seolah merangkap menjadi informan gelapku."

"Tapi tetap saja, kau harus bicara dengannya."

"Ya, ya, aku akan bicara nanti."

Jimin mendekap tubuh Dahyun, mengejutkan perempuan tersebut. Dahyun menolehkan wajahnya miring, ketika Jimin sudah menumpu dagunya di bahu Dahyun. "Tapi kau tidur dengan nyeyak kan?"

Dahyun merasa wajah memanas. "Ten .. tentu saja." Ia berusaha tidak memikirkan hal tersebut dan fokus ke depan cermin. Dia menyapukan sedikit bedak padat dan blush on yang cerah. "Mengapa bertanya?"

Jimin menelengkan wajahnya. "Jangan membuatnya seolah aku memaksamu."

"Ya! Apa maksudmu? Kita hanya berpelukan semalaman ... sudah begitu saja ..."

"Dan berciuman."

"Ckck, itu kecelakaan."

Jimin tergelak. "Masih mau menyangkalnya sebagai kecelakaan?" Jimin cepat mengecup bibir Dahyun lagi. "Ini kecelakaan?" Ia mengecupnya bertubi-tubi sampai Dahyun menjerit kecil. "Kecelakaan? Huh?" Dahyun cepat bangkit, hendak menerkam Jimin yang beraninya membuat wajahnya terpanggang, sedangkan Jimin sudah tertawa pelan dan berlarian di kamar tersebut.

"Sini kau!"

Dahyun langsung mendorong Jimin, membuat tubuh mereka bertindingan di atas kasur. Jimin menarik senyuman jahil, dan mengecup bibir Dahyun lagi. Ia menatap sepasang mata hitam itu intens. "Aku mencintaimu."

"Hm."

"Katakan seperti itu juga."

"Tidak mau." Dahyun terkekeh. Ketika dia hendak bangun, Jimin sudah menahan sikutnya. Pria itu justru memerangkap tubuh Dahyun, membuatnya berguling ke satu sisi hingga tubuh Jimin yang berkuasa di atas tubuhnya kemudian mulai memanggut bibir bawah Dahyun perlahan. Dahyun terkesiap, namun ia cepat mengalungkan tangannya, memejamkan mata, dan balas menerima ciuman tersebut, memperdalamnya hingga Jimin mulai meremas sisi pinggang Dahyun.

starlight channel | park jm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang