eps 12

651 136 18
                                    

EPS 12

Dahyun mirip ikan buntal. Dia pucat dan bagaikan akan meledak karena gemuruh dalam dadanya yang semakin dahyat. Park Jimin! Dia ingin meneriaki pria itu, dengan kurang ajar dan tidak bertanggung jawabnya membuat seluruh wajah Dahyun memerah.

Sementara itu, Jimin justru terkekeh pelan karena Dahyun yang yang menatapnya tanpa berkedip dan seolah siap untuk adegan yang akan terjadi. "Aku tidak jadi melakukannya ah. Ciumanku dapat berharga satu juta dolar."

Dahyun bernapas kasar di tempatnya. "Apa maksudmu?!" Ia menekan dadanya dengan jantung yang hampir melompat keluar, ke lantai yang ada di bawah mereka karena saking Dahyun merasa degubnya tidak normal lagi.

Jimin masih terkekeh jahil sedangkan Dahyun akhirnya menutup laptop tersebut. Dia sudah berniat bangun sesaat Jimin bangkit dan menghalanginya. Kedua pipi Dahyun masih terbakar. "Minggir!"

"Maafkan aku."

Dahyun memalingkan wajahnya. "Tidak lucu tahu!" Dia akhirnya bergegas meninggalkan tempat tersebut. Sona terkesiap mendapati Dahyun menatapnya sinis. Tidak berapa lama, Jimin turut keluar dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku.

"Ada apa dengan Nona Dahyun?"

Jimin tersenyum. "Rahasia."

*

*

Apakah kau tahu bahwa tayangan dua jam yang biasa kau tonton ternyata memerlukan beberapa puluh jam untuk dipersiapkan? Dahyun berusaha mengatur napasnya. Fokus, fokus! Dia sudah mengeyahkan bayangan wajah Jimin tapi rasa jengkel itu masih ada. Sekarang, dia perlu berjibaku dengan skrip dan layar kamera lebar di tangan. Di kursi legendarisnya--dengan sandaran hitam kulit--Dahyun mulai terfokus. Kameramen Jung pun sudah memberikan aba-aba.

"Kita akan mulai dari perkenalan individual. Pada bagian ini, para peserta akan masuk ke ruangan, mengenalkan diri mereka agar mendapatkan vote dari penonton serta menunjukkan keunggulan mereka."

Sona sudah duduk pula di samping Dahyun, mengawasi. Sementara kru kecil Dahyun sudah berkumpul di balik mereka, ikut memperhatikan jalannya syuting tersebut. Dahyun membetulkan setelannya dan terduduk lebih tegap.

"Action!"

Seseorang turut terduduk, menarik kursi lain di sisi Dahyun. Sontak saja, Dahyun terkejut, melebarkan mata tetapi dia berusaha teguh di tempatnya. Jimin menarik cengiran. "Jahat sekali! Kau bilang ruangannya tidak jadi di sini tadi!" gerutunya pelan.

Satu persatu peserta laki-laki memperkenalkan dirinya, membungkuk penuh hormat, tersenyum kemudian menunjukkan bakat mereka. Ada ahli bermain alat musik, ada yang pandai bernyanyi, ada yang dapat menjadi komedian, bahkan ada yang pandai memasak pula.

Dahyun memperhatikan dengan takjub. Jika dia bisa memberi nilai untuk setiap season, mungkin season ini yang paling bagus karena berisi banyak wajah dengan beragam talen di tangan mereka.

"Peserta selanjutnya!"

Sosok tersebut masuk dengan senyuman. Dia membungkuk hormat seraya menghadap ke arah Dahyun yang masih berusaha menjaga ekspresi teguhnya. "Silahkan perkenalkan dirimu," gumam gadis itu, agak ketus.

Taehyung pun mengganguk. Sebelum Taehyung sempat memperkenalkan diri, Jimin sudah terlebih dahulu menyenggol lengan Dahyun. "Dia pandai menggoda wanita-wanita genit bukan?"

"Hish, diam kau!"

Taehyung mengulum senyuman kemudian mulai berdeham pelan. "Aku akan membawakan satu lagu untuk orang yang pernah spesial untukku. Meskipun dia mungkin tidak memiliki perasaan apapun lagi kepadaku, tapi ... aku ingin sekali meminta maaf kepadanya. Dia berhak bahagia." Taehyung sempat menunduk, sebelum akhirnya mengangkat wajahnya dan bernyanyi dengan nada sendu.

"But I still want you ...."

Dahyun menatapnya berkaca-kaca. Dahulu kau bernyanyi itu di sisiku bukan? Dia berusaha menggeleng, mengeyahkan bayangan, ingatan, bahkan kenangan yang mulai mengalir di kepalanya.

Kau pernah bilang mencintaiku dengan tulus.

Jimin menyadari diamnya Dahyun. Dia pun menoleh kecil, mendapati Dahyun hanya tercenung dengan tatapannya yang lurus. "Kau masih merasakannya?"

"Uh?"

"Rasa sayang itu?"

"Ti--tidak..." Ia mengangkat dagunya tinggi, membiarkan Taehyung di sana meneruskan beberapa lirik. Bahkan Sona pun terperangah takjub dengansuara berat pria tersebut. Tetapi, Dahyun hanya melirik Jimin yang masih menatapnya. "Apa? Dia punya suara bagus."

"Kau memang payah," gerutunya. "Semua pria juga bisa bernyanyi seperti itu."

"Oh ya? Kupikir kau tidak bisa, Tuan Sombong." Dahyun mendengus. Perasaan haru dan gundah yang tadi menyelimutinya mendadak lenyap bagaikan asap tertiup angin. Si Park Jimin ini memang gemar merusak suasana! "Aku tidak mau bicara denganmu."

"Kau marah karena aku tidak cium."

"Ya!"

Dahyun tergelak mendapati semua orang memperhatikan mereka, bahkan Taehyung pun ikut terkesiap karena di tengah ia bernyanyi ada pekikan nyaring di hadapannya. Dahyun tergagap beberapa saat. "Ma--maaf, silahkan lanjutkan." Ia melirik tajam ke arah Jimin dan mendengus pelan.

Hah, pengacau!

-

starlight channel | park jm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang