eps 32

541 99 32
                                    

EPS 32

*

Dahyun pun turun dari mobil untuk memasuki satu toko bunga terkenal. Kalangan teman-teman sesama produsernya terbiasa memesan di sini, entah untuk keperluan syuting program acara mereka, hadiah, perlengkapan acara, dan sebagainya. Dahyun pikir, dia tidak dapat datang dengan tangan kosong.

Di dekat pintu, satu pelayan menyambutnya dengan hangat. Dahyun balas membungkuk seraya mendekati beberapa etalase bertingkat, berisikan vas-vas bunga segar. Pilihannya jatuh pada satu buket bunga peoni serta beberapa bunga mawar berwarna merah muda. Dia menginginkan buket terbesar seraya mengeluarkan kartu kreditnya untuk membayar.

Sebenarnya, Dahyun masih ragu--tapi sampai kapan dia harus ragu? Apalagi, dia sendiri tidak tahu kapan ia punya waktu lagi. Jadi, setelah mendapatkan buket bunga besar sampai dia sendiri takjub, dia kembali masuk ke mobilnya.

Taehyung dan Doyeon mungkin sudah menunggunya.

*

*

Doyeon tersenyum tipis. "PD-nim, terima kasih sudah datang."

"Bagaimana kabar kalian?"

"Baik." Doyeon menoleh kepada Taehyung masih setenang batu. "Taehyung-ssi."

"Apa yang ingin kau bicarakan? Kuharap kau punya bahasan yang tepat. Kau tahu, kami sudah menunggu selama ini demi penjelasanmu," tukas Taehyung seraya menatap lurus Dahyun. Dahyun sempat terkesiap beberapa saat. Taehyung yang dikenalnya nampak berbeda dengan Taehyung yang sekarang. Apalagi dengan tatapan menghunus dan lekuk bibir serius. Taehyung selalu punya sisa canda di wajahnya dan tidak pernah menatapnya dengan tajam bagai pisau.

"Aku minta maaf sebelumnya. Ada beberapa hal yang tidak dapat aku kontrol. Di tahap ini, aku berusaha sekuat mungkin untuk mengembalikan semuanya, program acaraku, kru-ku, penontonku, dan segalanya. Tapi, aku butuh waktu. Soal pernikahan kalian ..."

"Kau tidak menganggap ini hanya lelucon kan? Hanya karena acaramu, kau berpikir kami ..." Taehyung mendesis. "Aku benar-benar tidak habis pikir."

"Dengar, aku minta maaf kepada kalian dan pernikahan kalian. Tapi, aku berani bersumpah, aku tidak pernah mengusulkan hal ini! Aku minta maaf atas nama Park Jimin ataskekacuan yang telah ia perbuat." Dahyun beralih kepada Doyeon yang hanya menundukkan wajahnya. "Aku menyesal kalian perlu terseret sejauh ini."

"Ini ... menyesakkan."

"Kalian dapat menuntut kompensasi atas berbagai tindakan kurang menyenangkan ini, dan aku pastikan aku akan membantu kalian pula setelah aku beres mengurus persidanganku."

Taehyung mengangkat wajahnya. "Lantas apa? Aku jadi duda? Kami dapat hidup seperti sebelumnya?" Dahyun tercekat mendapati suara Taehyung yang menusuk. "Kau tidak bisa berbuat seenaknya seolah segala hal dapat dengan mudah diperbaiki."

"Tapi ... aku sungguh minta maaf ... kau pun ..."

"Aku pikir kau tidak akan berbuat sejauh ini."

"Dan mengapa? Mengapa pula kau menyetujuinya?!" pekik Dahyun mulai tersulut emosinya. Sejak awal dia sudah menduga Park Jimin punya satu ton ide gila yang menunggu detik demi detik bergulir agar dapat diwujudkan. Dahyun tidak habis pikir, Taehyung justru membuat Jimin kesenangan dengan menyetujuinya. Apalagi, menyangkut hal serius semisal pernikahan. Dahyun menunggu dan mengabaikan berbagai asumsi di kepala. Semakin dia pikirkan, semakin pelik keadaannya.

"Karena aku pikir ... aku pikir kau mungkin punya rencana yang sudah kau persiapkan dengan matang."

"Kau sepercaya itu kepadaku?" Dahyun mencelus. "Mengapa? Ini seharusnya keputusanmu!"

starlight channel | park jm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang