eps 39

539 78 5
                                    

EPS 39

Cincin itu biasa. Tapi desas-desus yang mengelilinginya jelas tidak biasa. Kim Dahyun sudah tidak sendirian! Kim Dahyun sudah melepas masa lajangnya! Dahyun perlu menulikan telinga serta membentak satu dua kali kepada mereka.

"Apakah mereka mau pindah ke program gosip? Aku akan mengurus kepindakannya, sungguh," gertak gadis itu sesaat dia memasuki lantai tempat dia bekerja. Beberapa pegawai pun mendadak senyap sesaat Dahyun sudah menyipitkan matanya sengit—bagaikan kucing liar yang akan menerkam siapapun. "Sona ..."

"Ya, Nona?"

"Jadi, kapan kita akan mulai ke lokasi? Siang ini, aku dan Jimin—maksudku, aku dan Tuan Park hendak mendiskusikan beberapa hal—kurasa lebih cepat aku mengecek ke sana akan lebih baik."

Sona mengangguk. "Dua jam dari sekarang? Bagaimana? Anda ada rapat sebentar dengan tim redaksi dan Tuan Jeon Jungkook, Nona."

"Baik, siapkan mobil."

"Uh? Aku tidak ikut?"

Dahyun mendecih. "Kau ... mau ikut?" tanyanya penuh penekanan. Dan mendengar nada seperti itu, Sona sontak menggeleng. Itu artinya jelas; mereka tidak butuh orang ketiga. Sejujurnya, menjadi orang ketiga di tengah pasangan ini agak terasa canggung dan absurd. Kadang mereka tanpa segan mengomel bahkan berdebat panjang lebar. Ujungnya dapat ditebak entah Dahyun pergi atau Jimin yang mengalah. Perdamaian yang benar-benar mulus jarang terjadi. Seringkali Sona ikut khawatir, tapi Dahyun mengatakan bahwa dia dapat mengontrol sedikit temparamennya.

"Aku mewarisinya dari ibuku, beliau sangat keras. Aku sudah terbiasa mendengar dia berteriak atau membentak ayah kandungku."

Kemudian, Dahyun tidak banyak bicara. Seakan bibirnya terbungkam dan dia memang malas untuk melanjutkan lebih jauh.

"Oke, jadi siapkan mobil dan aku akan berangkat dua jam lagi. Jim ..." Sejenak, Dahyun mengedarkan pandangannya. "Di mana dia? Rapat ini .. bukankah dia harus bergabung juga? Aku tidak suka kalau ada yang terlambat datang ke rapatku—" ocehnya kemudian memasuki ruangan yang sudah dipersiapkan. Tim Limelight sudah berkumpul, seraya menyerahkan buket bungakepadanya.

Bunga lagi. Bunga lagi. Apakah aku ini seperti taman? Mengapa tidak memberiku uang saja? Dahyun hanya dapat tersenyum dan berterimakasih. "Aku hampir lupa bahwa aku bekerja di perusahaan televisi, wah, kalian pasti mendapatkan informasi lebih cepat daripada siapapun kan?"

"PD-nim, kami sangat senang mendengar kabar bahagia ini," ujar satu gadis sepertinya anak magang dibawah asuhan Jungkook. Dia punya rasa percaya diri yang membuncah di matanya. "Aku sudah mendengarmu cukup sering, bahkan kau adalah motivasiku untuk bekerja di sini."

"Kau yakin?"

"Uh?"

"Aku tidak akan mengizinkanmu pulang ke rumah jika produksi dimulai. Aku juga hanya akan menyediakan tenda seadanya, tanpa ranjang ataupun kasur. Buang air? Kau bisa gunakan toilet darurat..." Dahyun tersenyum dalam dan mendekatkan wajahnya. "Masih ingin bekerja denganku?"

"Selamat pagi."

Dahyun menolehkan wajahnya dan tertegun sesaat. Jimin pun menarik senyuman miring seraya berbicara dengan beberapa rekannya. Dahyun berdeham kemudian terduduk dan menaruh buketnya di atas meja. Tentu saja dia cukup peka bagaimana perubahan atmosfer di ruangan itu—semula penuh canda dan tawa berubah kaku dan serius. Dahyun pun mengisyaratkan Jimin untuk duduk di sisinya, sedangkan si gadis magang tadi mengulum senyuman—nampak tidak terusik dengan perkataan Dahyun sebelumnya—dan Dahyun menarik Jimin untuk duduk.

"Ibu."

"Ada apa?"

"Ibumu. Mau bertemu denganmu," ujarnya singkat.

starlight channel | park jm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang