Biro Investigasi Tim-A atau BIT-A adalah sebuah badan mata- mata swasta yang bertugas mencari informasi. Beberapa kasus pembunuhan terakhir yang mereka tangani, di duga berkaitan erat dengan kematian anggota tim Delta7. Tim terbaik dimana Jiang Q...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dalam kegelapan malam yang pekat, pendengaran Morgan menangkap suara langkah kaki mendekat. Ia berbalik waspada, tangan menelusuri saku, merogoh ponsel yang tersembunyi di sana lalu ia gunakan untuk menyinari sekeliling ruangan.
Tab! Tab! Tab!
Suara itu begitu pelan, hampir kalah dari suara gemuruh petir dan hujan badai di luar. Pertama, Morgan menyorot pintu utama. Masih tertutup. Tangannya kemudian bergeser ke arah tangga yang menjadi pertemuan dua lorong di lantai pertama. Tempat itu juga sepi. Morgan kemudian menggeser cahaya redup ke lantai atas. Tidak ada siapa- siapa.
Pria itu menggaruk belakang kepala, merasa aneh karena ia yakin tadi jelas- jelas mendengar langkah kaki. Apa dia salah dengar? Semua orang sudah meninggalkan gedung penginapan itu. Kairav dan Zaemin pergi keluar dengan senter dan jubah hujan. Qiana, Leon dan seorang anak laki- laki juga pergi bertiga berbagi payung untuk memeriksa penginapan, lalu para guru dan murid yang bersama mereka mengungsi ke rumah pemilik penginapan.
'Mungkinkah...' Morgan langsung menggelengkan kepala. Dia meyakinkan diri. Dia tidak takut. Tapi tatapannya terus tertarik ke arah jendela yang tertutup korden. Mayat Pak Wijaya sudah di turunkan. Terbaring di lantai atas.
'Itu tidak mungkin kan?' Morgan mengendus geli.
'Memangnya ada yang namanya hantu?' Ia menyangkal dirinya sendiri yang ketakutan lalu menghadapi Kara. Mengamati wanita yang terbaring di sofa yang berwajah pucat dan penuh peluh. Jemarinya tanpa sadar mengusap keringat di dahi wanita itu.
"!" Morgan tersentak oleh pertemuan dua kulit. Ia terkejut karena suhu tubuh Kara. Sejak kapan Kara demam? Morgan berbalik menatap ruangan di balik tangga. Hatinya bimbang, antara pergi meninggalkan Kara dan mengambil kompres di dapur atau tetap tinggal.
"Ugh!"
Morgan makin cemas. Kara mengeluh dalam tidurnya. Ia tampak tidak nyaman.
"Kara?" Pria muda menunduk bingung, mengusap peluh di wajah Kara yang makin deras. Ia menjadi tidak tega. Setelah memikirkan dengan matang, Morgan akhirnya memutuskan untuk bangkit dan pergi menuju dapur.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.