Qiana memasuki kamar penginapan yang terletak dilantai dua dan hal pertama yang dilakukannya adalah langsung menjatuhkan tubuh terlentang ditempat tidur, ia benar-benar lelah setelah harus melewati suatu hal yang paling dibenci oleh dirinya.
"Bereskan barang-barangmu dan segera turun pemilik sudah menyiapkan sarapan untuk kita"
Qiana hanya menatap malas Kairav yang membawa masuk koper milik Kara.
"Qiana"
Suara tegas kapten Kairav akhirnya membuat Qiana dengan malas menduduki dirinya dikasur.
"Siap kapten"
Setelah melihat Kairav pergi dengan bibir mengerucut Qiana membuka koper dan menata seadanya barang-barang yang ia bawa. Lalu berjalan membuka jendela kaca panjang geser yang langsung menuju balkon yang meembuat ia menatap takjub pemandangan alam diluar kamar.
"Waahhh... indahnya"
Dari lantai atas pemandangan luas dapat terlihat, Mata Qiana berbinar senang melihat pemandangan yang tersaji dihadapannya pohon pinus hijau yang tinggi dan rindang serta bukit yang jauh terlihat begitu mempesona.
Sambil memejamkan mata Qiana menghirup udara sejuk yang membuat hatinya tenang walaupun Jogja masih terbilang sejuk dibandingkan jakarta tetapi Jogja saat ini sudah mulai padat akan kendaraan bermotor, sedangkan dijambi udaranya masih benar-benar asri. Ia jadi rindu masa-masa kecilnya saat tinggal di jambi tanpa sadar bibir Qiana melengkungkan senyum saat kenangan manisnya mulai bermain diingatannya.
"Ckckckc, Dasar Bocah! aku sudah mengetuk sampai tanganku sakit, malah melamun saambil senyam-senyum sendiri kaya orang setres"
Hanya mendengar suara meyebalkannya saja Qiana sudah dapat menebak siapa yang datang menghampirinya.
Qiana mendengus kesal "Untuk apa kamu kesini?" lalu melirik tajam Leon yang mulai berdiri disampingnya.
"Ya! aku sudah berbaik hati mau menemuimu, paman Kairav yang memintaku untuk memastikan kamu tidak tidur lagi"
Qiana cemberut menatap pria paling menyebalkan yang saat ini sedang ikut memandang pemandangan seperti dirinya. Ngomong-ngomong Qiana sama sekali belum mengucapkan terima kasih pada Leon soal tadi saat dijembatan. Qiana berdehem untuk menarik perhatian Leon yang masih asik menatap kedepan.
"Leon"
Suara pelan Qiana membuat Leon menatapnya penasaran
"Untuk yang tadi terima kasih" Qiana tersenyum tulus membuat Leon sedikit merona, tetapi hanya sesaat karena setelahnya Leon tersenyum miring.
"Aku tidak menyangka cewek bar-bar seperti kamu ada yang ditakuti juga"
Qiana kembali berdecak sebal Leon selalu bisa membuat dirinya jengkel "Aku tidak takut hanya sedikit tidak suka"
Leon kembali menatap Qiana penasaran"Kenapa?"
"Dulu waktu kecil aku pernah tergelincir dan hampir tenggelam disungai saat bermain sama kak Zaemin"
Leon menganggukan kepalanya mengerti lalu tanpa sadar meremas tangannya yang tadi digunakan untuk menggengam tangan Qiana.
"Besok-besok kalau takut lagi..." Leon tersenyum jahil sebelum melanjutkan perkataanya "Kamu bisa melihat wajah manisku".
"Tidak akan, manis dari mana"
"Tapi kamu jadi tidak takut lagi kan"
Tentu saja Qiana tidak akan mengiyakan perkataan Leon meskipun memang berkat Dirinya dan kakaknya Qiana menjadi lupa akan traumanya, tapi sampai kapan pun Qiana tidak akan mengakuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delta7 Team
حركة (أكشن)Biro Investigasi Tim-A atau BIT-A adalah sebuah badan mata- mata swasta yang bertugas mencari informasi. Beberapa kasus pembunuhan terakhir yang mereka tangani, di duga berkaitan erat dengan kematian anggota tim Delta7. Tim terbaik dimana Jiang Q...