BAB X

18 1 4
                                    

Suara piring yang beradudengan sendok mengisi pendengaran Kara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara piring yang beradudengan sendok mengisi pendengaran Kara. Meski dia tidak mau, bisik- bisik dari samping  terus mengganggunya. 

"Kakak mau coba ini?"

"A..hm, makasih."

Ia melirik sejenak ke interaksi dua orang di depan mejanya. Morgan tampak kikuk saat seorang gadis dengan banyak pernak- pernik perhiasan, yang kini Kara tahu namanya adalah Sonia terus menerus memberi perhatian padanya. 

Ini di mulai dari saat mereka semua pergi ke dapur, karena tidak hati- hati gadis itu hampir jatuh terbaring di lantai dan terkena air panas. Tapi Morgan yang cekatan langsung meraih lengannya dan tanpa sengaja membuat adegan romantis saat menyelamatkan sang korban. Kara yakin karena hal itulah Sonia mulai salah paham. Mungkin dia sudah jatuh cinta pada Morgan.  

Kara memakan satu suapan lagi. Jujur saja,  ia tidak bisa fokus pada rasa makanan yang di sajikan. Apa itu enak atau tidak, Kara hanya ingat akhirnya bisameminum kopi hitam kesukaannya. 

Kara merasa aneh. Dia tahu ada sesuatu yang salah sedang terjadi. Sejak dia sampai disini dia terus merasa tidak nyaman. Tidak hanya karena tindakan Kairav, atau Morgan tapi juga hal lain. Kara mengangapnya mungkin karena tekanan yang di berikan dari kejadian di Mall kemarin, atau mungkin karena mimpi buruknya sendiri. 

Pandangan Kara terus tertarik menjauh dari orang-orang di meja makan. Terutama dari dua orang di depannya. Dia mencoba mengabaikan dengan melihat interaksi Leon dan Qiana yang tampak makin akrab akhir- akhir ini. Dan itu agak berhasil. Senyumnya tertarik dan dia hampir lupa tapi panggilan dari depan membuat alisnya berkedut.

"Kara, kamu mau?"

Morgan memberinya sebuah kue kecil yang  tampak seperti terbuat dari tepung beras dan sagu yang diatasnya tertaburi bawang goreng, seledrei dan irisan cabai. Oke, itu agak mengoda. Tapi Kara menolaknya. Terutama saat dia lihat Morgan mendapatkan kue itu dari gadis di sampingnya. Kara sempat bertatapan dengan Sonia yang seolah memelas sampai akhirnya kembali ke piringnya lagi dan memakan dengan suapan besar.

Dia tidak pernah seperti ini. Kara tidak pernah marah pada Morgan meski pria itu terusmengganggunya. Ia tahu Morgan punya hati yang lembut. Bahkan jika dia kadang menyebalkan dan ceroboh, pria itu selalu membantu siapapun. Hanya saja, entah kenapa hari ini Kara begitu terganggu saat gadis bernama Sonia mengalungkan tangannya di lengan Morgan dan memanggilnya dengan nada manja.

Di sisi lain Kara mulai menyadari anak gadis berkaca mata yang duduk di samping Qiana, tengah memperhatikan dirinya. Mungkin dia tahu Kara sedang terganggu.

Kara tidak pernah suka menjadi rawan. Terlebih di saat- saat seperti ini, dia merasa dirinya harus lebih kuat. Sehingga sebelum sesuatu yang tidak ia harapkan terjadi, Kara memilih segera pergi. Menyendiri ke suatu tempat yang sepi dan segar, untuk menjernihkan pikiran.

 Menyendiri ke suatu tempat yang sepi dan segar, untuk menjernihkan pikiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Delta7 TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang