BAB XXI

16 3 4
                                    


Morgan menatap ke atas. Bagunan berlantai lima yang sudah dia hafal betul bentuk dan letaknya gara- gara paksaan sang partner, Jun. Dia telah berkeliling tempat ini, memeriksa dari sudut depan sampai belakang. Bangunan bertembok tinggi yang sangat sulit di lewati bahkan oleh seseorang setinggi dirinya.

Dia juga sudah memeriksa ruang guru dan para staff. Hampir semua karyawan ada di satu ruangan bersama kecuali beberapa orang saja. Mulai dari Kepala sekolah, Wakil kepala sekolah, guru BK, dokter UKS dan guru panitia acara. Baiyu adalah salah satunya.

Guru UKS sedang berkumpul dengan rekan sesama guru yang lain seusai makan siang. Dia punya alibi yang sangat kuat. Sementara empat yang lain. Mereka sama sekali tidak terlihat di hari itu.

"Mungkinkah..." Morgan menduga- duga saat dia lihat pria di lantai dua menatap ke sekeliling halaman, tepat ke arah anak- anak yang bermain di bawah. Tak lama pria itu menemukan keberadaannya. Dia melambai sejenak pada Morgan sembari menampakkan senyum ramah.

"Itu tidak mungkin." Morgan terus berbisik pada dirinya sendiri sampai Baiyu menghilang dari jendela dan kembali masuk ke dalam ruangan.

***

Zaemin berbalik ke belakang setelah melakukan panggilan dengan Leon. Senyum di wajahnya merekah sangat ceria.

"Kamu tidak bertanya apa- apa?"

Pria di kursi kerja hanya menjawab acuh, tanpa memalingkan muka. " Buat apa?"

Mata Zaemin menyipit tersinggung saat dia mendekat. Tapi sebelum dia sampai ke tempat targetnya dan membuat perhitungan, Kairav telah lebih dulu memberi penjelasan.

"Itu berarti aku tidak meragukanmu!" Kairav menarik nafas panjang, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi putar berukuran besar yang tampak elegant. "Sebenarnya sampai kapan kamu mau disini?"

"Kenapa? Kamu terganggu?" Zaemin berkata seolah tersinggung tapi penuh ekspresi mengejek.

Kairav tidak menjawab. Dia kembali mengendus lalu berkutat dengan layar besar di depannya. Tindakan itu membuat Zaemin kebingungan, tidak biasanya Kairav seperti ini. Setidaknya pria itu akan terus meladeninya bahkan jika itu hanya pertengkaran tidak ada gunanya.

Zaemin berjalan mendekat ke arah temannya. Dengan hati – hati dia kembali bertanya, "Apa ada yang menganggumu?"

Kairav menoleh ke arah pria di samping. Dia mengendus pasrah lagi lalu menyandarkan kepalanya ke belakang. Ia menutup mata lelah saat menjawab Zaemin.

"Kara. Aku mengkhawatirkannya."

***

"Hanya itu?"

Alis Kara mengerut begitu dia mendapat balasan dari Jun. Ia tidak meragukan perkataan rekannya. Hanya saja, Kara tidak menyangka pesan yang di tinggalkan Natha akan melenceng jauh dari dugaan.

"Ya. Tidak ada yang lain. Hanya satu gambar. Screenshot cctv. Ini juga tidak terlalu jelas. Aku sudah memperbaiki resolusinya tapi, hmm... tidak banyak yang berubah. Kamu yakin ini petunjuk?"

Alih- alih menjawab, Kara justru mengangguk- angguk sendiri di kursinya. Matanya berpaling dari pemandangan di luar jendela ke arah lemari dan rak penuh barang di belakang meja kerjanya.

UKS kembali sepi. Setelah kepergian anak bernama Natha, Amy dan Kevin juga menyusul tak lama kemudian.

Kara berdiri dari tempat duduknya, berjalan perlahan mendekati lemari yang tertutup rapat, dan memeriksa kembali sesuatu yang sempat dia lihat disana. Sebuah benda besi tipis ia temukan di area sudut baris kedua. Di letakkan begitu saja, hampir tanpa perlindungan.

Delta7 TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang