Biro Investigasi Tim-A atau BIT-A adalah sebuah badan mata- mata swasta yang bertugas mencari informasi. Beberapa kasus pembunuhan terakhir yang mereka tangani, di duga berkaitan erat dengan kematian anggota tim Delta7. Tim terbaik dimana Jiang Q...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku tidak habis fikir. Kenapa orang tua renta harus repot-repot menyembunyikan surat wasiat?"Mata Qiana tak lepas dari Handphone yang ada di tangan kanannya sedangkan tangan yang bebas memegang dagu, tanda ia berfikir keras.
Qiana masih tidak mengerti alasan mengapa ada orang tua yang menyembunyikan surat wasiat untuk anak mereka sendiri.
"Atau jangan-jangan dia memang tidak berniat memberikan rumah ini?" Qiana kembali menggerutu. Ia melangkahkan kakinya menyusuri jalan setapak sempit yang menghubungkan pondok yang satu dengan yang lainnya.
"Aku bahkan tidak menemukan keanehan apapun pada peta ini." Dengan serius Qiana mengamati peta yang tadi dikirimkan oleh Kara padanya. Ia terus berjalan hingga tidak lama kakinya berhenti tepat di pondok penginapan yang berada tidak jauh dari tempat pertemuan mereka tadi.
"Kalau begitu aku akan memulai dari yang terdekat dahulu."
Qiana kembali fokus membandingkan gedung yang ada di depannya dengan gambar peta yang ada di ponsel.
"Jadi ini tugas baru yang diberikan Om Kai?"
"!"Qiana terlonjak kaget dan langsung berbalik badan, saat tiba-tiba suara seseorang terdengar tepat dari belakang tubuhnya.
"Astaga, Leon! Kamu membuatku kaget!" Qiana memandang Leon dengan kesal. Tapi tindakannya hanya dibalas tatapan polos acuh tak acuh oleh Leon.
Tanpa mempedulikan Qiana yang masih menggerutu kesal, Leon mengambil handphone dari tangan Qiana sambil memegang kuping kanannya.
"Ini peta penginapan? Terlihat kuno sekali."
"Iya. Pak Wijaya meminta kami untuk menemukan surat wasiat. Batas waktunya sampai besok lusa."
Leon menganggukkan kepala, tanda mengerti. Pemuda itu langsung berjalan mendahului Qiana memasuki bangunan rumah yang sepertinya tidak sedang di huni. Meski begitu keadaan rumah ini cukup bersih dan terawat.
"Aku akan mencari di ruang tengah. Kita berpencar."
"Huh?" Qiana mencibirkan bibir saat menerima ponselnya kembali dari tangan Leon. Dia tahu anak itu baru saja mengirim gambar peta untuk dirinya sendiri.
"Kenapa kamu jadi sok memberi arahan? Aku agen yang di beri tugas disini bukan kamu-!"
Keluhan Qiana terhenti saat dia melihat senyuman mengejek di wajah Leon, "Sebagai BlackLin, benda itu akan cepat ditemukan jika aku ikut membantu kan?"
Qiana ingin menyangkal pernyataan itu. Sayangnya Leon benar, keberadaan Leon mungkin bisa mempermudah pencariannya.
"Ck, dasar menyebalkan!" Sambil menghentakan kaki, Qiana berjalan menjauhi Leon. Mungkin dia pikir tindakannya itu akan membuat Leon terganggu atau setidaknya tahu kalau dirinya sedang kesal. Tapi bukannya meninggalkan rasa takut, Qiana justru mendengar suara kikik geli dari belakang pungungnya. Leon justru menertawakannya. Ck!