Bab XXIII

20 3 6
                                    

Masih terbaring di atas sofa. Perlahan, Zaemin mengerakan tubuhnya ke arah kiri. Ke sisi lain yang membuat dia lebih leluasa menatap meja kerja Kairav. Tempat itu kini sepi tanpa penghuni. Sudut mata Zaemin mengintip ke arah pintu putih di dekatnya. Toilet pribadi yang letaknya lurus dengan sofa.

Setelah beberapa detik tanpa perubahan, Zaemin akhirnya mengendus lega. Dia mulai menundukkan badan, berhenti pura- pura tidur dan melangkahkan kaki tanpa suara ke sarang teman baiknya.

Sejak tadi Zaemin telah di buat penasaran, kenapa Kairav terus- menerus bermuka lesu dan tegang? Meski Kairav memang sering seperti itu, Zaemin punya firasat yang tidak biasa. Ia merasa perlu tahu apa itu, tapi si mata sipit sama sekali tidak mau berbagi informasi. Jadi, karena itu, Zaemin memutuskan untuk memakai cara ini. Agak kekanakan memang, tapi dia tidak punya cara lain.

"Kara. Aku mengkhawatirkannya."

Kalimat yang Kairav ucapkan terlintas kembali di kepala Zaemin. Bersama dengan itu layar LCD di depan mata kembali menyala terang, menyinari wajah tampannya dengan cahaya silau putih kebiruan. Jemarinya bergerak cepat. Meski tidak sehebat Leon, Zaemin juga punya kemampuan di bidang ini. Selain itu Zaeminlah orang yang menciptakan alat- alat ini untuk temannya. Jadi dia tahu benar dimana dan bagaimana ia bisa menggunakan 'jalan tikus' untuk masuk ke akun Kairav tanpa ketahuan.

Kara. Pertama kali Zaemin mendengar nama itu, dia hanya berpikir Kairav peduli padanya karena kasihan, karena balas budi. Namun nama yang sama makin sering dia sebut tidak hanya saat mereka membahas pekerjaan tapi juga hampir di tiap pertemuan mereka. Ini seperti Kairav punya 'obsesi sesuatu' tentang anak itu. Seperti tanggung jawab? Rasa bersalah? atau entahlah, Zaemin juga tidak terlalu yakin. Tapi karena hal itu juga Zaemin jadi penasaran oleh sosoknya.

'Dia, lumayan' Itu kesan pertama yang Zaemin dapatkan saat bertemu. Cantik, anggun, cukup sopan dan bisa membawa diri. Zaemin hanya tidak menyangka kalau wanita muda itu akan punya banyak sekali masalah. Dia tidak membenci Kara, wanita muda itu terlalu sempurna untuk di benci. Tapi Zaemin juga tidak bisa menyangkal kalau dia khawatir. Terlebih karena ada kemungkinan dimana rekan kerja Qiana itu, akan membuat adiknya terlibat dalam bahaya juga.

Ketika dia berhasil log in, alis Zaemin berkedut karena sambutan yang tidak terduga. Ada dua foto terpampang di halaman yang baru di buka Kairav. Satu sisi dia mengenali sosoknya. Itu Kara, dengan gaun hitam ungu tanpa perhiasan dan senyum tipis yang tampak berkarisma. Satu sisi lain, Zaemin baru pertama kali melihat orang ini.

Pria berambut gondrong yang memiliki tatapan mata tajam. Gaya berpakaian orang ini jauh lebih sederhana, dengan rambut kucir kuda dan kaos berlapis cardigan panjang. Berapa kalipun Zaemin melihat, orang ini punya kesan yang sangat kuat. Seseorang yang berjiwa bebas dan suka berpetualang. Sosok orang yang suka menjelajah, entah alam, entah dunia.

"Apa dia orangnya?" Bisik Zaemin pada dirinya sendiri. Mungkin suaranya tidak terlalu lirih karena setelah satu detik berikutnya Zaemin mendengar suara familiar menginterupsi.

"Ya. Itu dia."

Zaemin langsung mendonggak dari tempat duduk. Alisnya menikuk begitu dia lihat penampilan teman baiknya. Kairav keluar dari kamar mandi dengan rambut setengah basah dan handuk melingkari leher. Pria itu masih memakai baju yang sama, dengan dua tombol atas kemeja yang tampak agak terbuka.

"Kamu.. mandi?" Zaemin bertanya sembari memberinya ekspresi mengejek.

Dia tahu kebiasaan super bersih Kairav, dan terkadang itu masih terasa aneh untuknya. Ini masih jam 2 siang dan temannya menggunakan waktu istirahat untuk mandi? Di kantor? Dia pikir pria itu tengah mengelesaikan bisnis pribadinya yang lain, seperti 'panggilan alam' atau sesuatu. Yang jelas bukan mandi.

Delta7 TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang