"Di dunia ini segalanya berubah kecuali perbuatan baik dan perbuatan buruk: semua ini mengikutimu seperti bayangan yang mengikuti tubuh."
Bhikkhu Bodhi
***
Malam ini hujan turun dengan deras. Disertai badai dan kilat yang menyambar. Padahal tadi siang, langit tampak sangat cerah. Kara tidak mengerti perbedaan cuaca disini, begitu ekstim dan tidak terprediksi.
'Mungkin karena pergantian musim.' Bisiknya dalam hati, menebak- nebak. Dia agaknya mulai memikirkan jembatan kayu dengan tali tua yang tadi mereka lewati. Melamun jauh, menatap ke luar jendela pondok, sembari menikmati secangkir rasa unik kopi liberika khas jambi yang baru di buat Zaemin.
Kara tidak tahu kakak Qiana pandai meracik kopi. Dia pikir, pria itu hanya membual di depan Kairav, tapi hasilnya tidak seburuk yang Kara bayangkan. Untuk beberapa saat dia tersenyum, kembali mengingat wajah aneh partnernya saat mencicipi minumannya.
"Kamu bisa meminum ini?"
Dari belakang, Kara mendengar Qiana masih mengerutu pada kakaknya yang masih sibuk di meja bartender kecil yang di sediakan pemilik penginapan. Entah kenapa Leon juga ikut- ikutan berdebat dengannya. Dia ingin berbalik untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi, karena dari pantulan kaca sosok mereka terhalangi oleh Morgan yang berjalan bolak- balik sembari menempel ponsel di telinga.
"Ck! Kenapa tidak bisa!" Gerutuan lain datang dari Morgan. Mereka sudah kehilangan kontak dengan Jun saat memasuki hutan dan sejak saat itu Morgan terus menerus mencoba menghubunginya.
Kilat yang menyabar terdengar sangat keras dan dekat. Tiba- tiba Kara merasakan firasat buruk. Ia merasa seperti ada yang sedang memperhatikannya. Dengan penasaran Kara menyipitkan mata, memeriksa ke arah dahan- dahan pohon di pondok depan yang gelap. Namun ia tidak menemukan apapun. Kecuali gerutuan kesal Qiana dari belakang yang masih bertengkar dengan Leon dan Zaemin.
Kara mengendus geli, menertawakan dirinya sendiri yang bergitu parno dalam situasi seperti ini. Dengan langkah ringan, ia menarik gorden tipis untuk menutupi jendela pondok. Kemudian berbalik belakang menuju sofa panjang tempat Kairav berbincang dengan penghuni yang lain.
Namun sesuatu menghentikan langkahnya. Kara terhenti dan cepat kembali menarik gorden dalam sekali sentakan. Kilat menyambar lagi, tapi kali ini ada benda besar mengantung di depannya. Cahaya dari langit memperlihatkan bentuknya dengan jelas, mata melotot dan tubuh kaku, menatap penuh dendam.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!"
Teriakan terdengar keras, tapi itu bukan dari mulutnya. Sebaiknya Kara justru tersungkur mundur ke belakang karena seseorang yang langsung menerjangnya dengan pelukan erat. Tatapan Kara masih terpaku di tempat yang sama, saat ia mendengar suara Kairav dan Zaemin yang memerintah.
Ia baru menoleh saat tangan dingin dan besar menakup pipinya sembari bertanya khawatir.
"Kamu baik- baik saja?"
Itu Morgan. Orang yang memeluknya adalah Morgan. Bernapas tak beraturan dengan ekspresi cemas yang jelas terlihat.
"Aku.." Kara mencoba menjawab. Tapi sebelum kalimatnya terucap semua, pandangannya menjadi buram dan kakinya terasa lemah. Kara pingsan.
***
2 hari sebelumnya.
Morgan bermimpi, mimpi yang terasa seperti Dejavu jika di pikirkan. Dia berdiri di depan meja kerja pemimpin BIT-A, mendengarkan dengan seksama tugas rahasia yang di berikan sang Kapten.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delta7 Team
حركة (أكشن)Biro Investigasi Tim-A atau BIT-A adalah sebuah badan mata- mata swasta yang bertugas mencari informasi. Beberapa kasus pembunuhan terakhir yang mereka tangani, di duga berkaitan erat dengan kematian anggota tim Delta7. Tim terbaik dimana Jiang Q...