BAB V

39 7 2
                                    

Lagi, seperti dejavu Qiana berdiri didepan pintu masuk gedung BIT-A

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagi, seperti dejavu Qiana berdiri didepan pintu masuk gedung BIT-A. Hanya berselang satu hari sejak ia bekerja,  Qiana merasa sudah melewati banyak hal  dari pengalaman mencari bukti-bukti kasus.  Mulai dari melawan preman, sampai masa lalu yang perlahan terkuak. Qiana merasa,sepertinya ia harus lebih banyak melatih kepekaannya dalam memahami semua yang terjadi di sekelilingnya, agar keberadaannya tidak merepotkan dan justru bisa membantu Kara kedepan.

Tak!

Tak!

Tak!

Qiana berjalan mengekori Kara yang berjalan didepannya dengan langkah lebar. Ia ikut mengangguk dan  tersenyum saat berpapasan dengan agen lain yang  menyapa Kara. Tapi, untuk kesekian kalinya...

"!"  Qiana hampir tersandung kakinya sendiri. Ia tidak terbiasa dengan sepatu berhak tinggi.  Tangan kirinya berusaha keras menarik rok span pendek yang terus naik ke atas saat  ia bergerak. Sementara blezer hitam tanpa kancing yang ia kenakan sama sekali tidak membantu. Pingang rampingnya terlihat jelas, berwarna putih kontras dengan pakaian dalam hitam. 

 'Zhēnshi. Zhè bùshì wǒ de fēnggé! [Serius. Ini bukan gayaku banget!] Dalam hati Qiana mengerutu kesal. Ia menarik lembaran berkas di tangannya yang lain untuk menutupi bagian perutnya yang terbuka. 

"Kenapa berhenti?" 

Suara Kara membuat Qiana yang dari tadi menunduk reflek  mendonggak. Sepertinya Kara langsung berbalik ketika menyadari dirinya berhenti berjalan.

"Hehe.." Qiana tersenyum cangung. "A.. akumerasa tidak nyaman menggunakan pakaian ini." tambahnya sembari berjalan menuju tempat Kara berdiri menunggu. Alis Qiana mengerut saat partnernya hanya diam, memandangnya dari bawah hingga keatas, seperti sedang menilai.

"Kenapa? Menurutku pakaian ini cocok untukmu."

Penyataan Kara langsung membuat Qiana cemberut. 

"Jangan meledekku!" Ia langsung mengerutu saat melihat Kara tersenyum seperti menahan tawa saat melihatnya kesulitan.

"Serius, mau bagaimana lagi? Kamu sendiri-kan yang memilihnya. Tidak mungkin kamu menggunakan pakaianku yang kekecilan, untung saja ukuran badanmu dan Sei tidak beda jauh."

Qiana menggelengkan kepalanya membayangkan dirinya menggunakan pakaian Sei yang lain, celana hot pants  ketat, serta baju terbuka yang memperlihatkan punggung atau pundak. Qiana bergidik ngeri, kenapa Seira bisa terbiasa menggunakan pakaian yang sangat terbuka.

"Sudahlah, ayo cepat. Kita harus segera menyerahkan laporan ini." Kara berniat kembali berjalan sebelum panggilan Qiana menghentikan langkahnya.

"Kara!"

Qiana membuka mulut, tetapi karena tidak ada satu pun kata yang terucap darinya, Kara jadi memandangi Qiana penuh tanya. 

Sejujurnya, Qiana ingin sekali menanyakan banyak hal yang mengganjal dihatinya. Apa yang membuat Qiana terus khawatir, tetapi Qiana bingung harus memulai dari mana hingga akhirnya hanya helaan nafas panjang yang keluar dari bibirnya.

Delta7 TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang