BAB XXII

16 3 0
                                    

Terlihat sinar keemasan dari surya yang akan terbenam, menembus masuk melalui jendela ruang kelas yang tertutup kordeng tipis. Hal itu membuat ruangan sepi yang hanya dihuni oleh seorang pemuda, dihiasi oleh warna jingga. Pemuda itu berdiri di depan kelas, jari-jarinya yang panjang dengan lincah bergerak diatas layar hologram.

"BlackLin, tampilkan biodata lengkap siswa bernama Mahawira Natha!"

Kerutan hadir di antara kedua alis Leon, 'Mahawira Natha? Untuk apa Qiana meminta semua data tentang orang itu?' Gumam Leon dalam hati.

Meskipun terasa jangal dan sangat penasaran, Leon hanya diam. Dia tetap mengerjakan apa yang Qiana pinta padanya.

Mencari latar belakang seseorang bukanlah hal yang sulit untuk Leon. Sebagai BlackLin, dia hanya memerlukan waktu singkat sampai hologram dihadapan Leon memunculkan beberapa foto Mahawira Natha beserta data pribadi pemuda itu. Semua terpampang lengkap, tanpa melewatkan sedikitpun informasi yang ada.

"Kirimkan semua data pada agen Q"

Tak lama setelah Leon mengatakan itu, Qiana sudah lebih dulu mengakhiri sambungan BlackLin mereka. Membuat Leon kembali terdiam. Ia memikirkan kemungkinan-kemungkin alasan kenapa Qiana meminta data seorang Natha kepada dirinya.

Semakin memikirkannya, Leon makin dibuat penasaran. Di tambah lagi Leon memang sudah merasa ada yang aneh dengan Natha. Setiap kali pandangan mereka bertemu, Natha pasti selalu tersenyum menyebalkan. Seakan pemuda itu mengetahui sesuatu tentang Leon.

Merasa tidak ingin berlama-lama. Leon segera mengambil telepon gengam miliknya yang ia letakkan diatas meja lalu langsung menghubungi Qiana.

"Ck, Si bodoh ini benar-benar. Kenapa tidak mengangkat telepon dariku?"

Dengan kesal Leon kembali menghubungi Qiana untuk yang kedua kalinya dan langsung kembali berdecak sebal saat lagi-lagi Qiana tidak mengangkat panggilannya.

"Kemana dia sebenarnya?"

Leon mengambil nafas dan kemudian memerintah alatnya lagi.

"Aktifkan BlackLin!"

Suara Leon sedikit mengema di kelas yang sepi. Bibir Leon tersenyum sedikit saat BlackLin dengan cepat menuruti perintahnya. Sepertinya ia harus kembali berterima kasih kepada kak Zaemin yang sudah membuat dirinya bisa lebih leluasa mengunakan alat ini.

"BlackLin, beritahu aku dimana posisi agen Q saat ini."

Suara robot membalas perkataan Leon, lalu sebuah hologram muncul di depan Leon, menampilkan garis-garis acak yang kemudian membentuk denah yang tidak asing lagi bagi Leon. Denah sekolah ini beserta sebuah titik berwarna merah yang berkedip- kedip yang tengah bergerak menuju suatu tempat.

"Si bodoh itu, mau kemana dia?"

Alis Leon menukik tajam saat ia melihat titik yang berkedip itu berhenti bergerak.

"Itu kan?"

Mata Leon membola saat ia mengetahui dimana keberadaan Qiana. Tempat yang seharusnya tidak boleh gadis itu datangi.

"Apa yang mau dia lakukan disana!"

Tanpa menunggu waktu lama, Leon bergegas merapikan semua barang bawaannya dan berlari dengan kecepatan penuh meninggalkan kelas, menuju tempat Qiana berada.

***

"Hah, hah, hah! Kemana si Natha itu?"

Qiana mengatur nafasnya yang sedikit tak beraturan karena banyak berlari. Gadis itu sudah mencoba menyelusuri tempat-tempat yang memungkinkan untuk di datangi Natha. Tetapi sosok dan keberadaan pemuda itu sama sekali tidak Qiana temukan.

Delta7 TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang