Hari-H pertunangan Seokjin.
Mata Seokjin dari tadi mencari keberadaan seseorang, yang tentunya tidak akan datang. Seharusnya kalau Sowon bisa melepas Seokjin semudah itu, wanita itu akan datang, pikir Seokjin.
Seokjin menatap adiknya yang juga kelihatan gelisah. Lalu, memandang Yongsun yang juga kelihatannya mencari-cari kedatangan seseorang. Dia memang mengundang orang yang ia sukai. Pokoknya acara ini hanya mengundang beberapa orang tertentu saja.
Jisoo menyenggol pelan siku kakaknya. Lalu ia memandang ke arah pintu kedatangan. "Aku jamin dia tidak akan datang. Kau sih, bisa- bisanya-"
"Shh, diam. Padahal kalau dia datang mungkin saja pertunangan ini akan batal."
Jisoo menghela nafas. "Sebenarnya kau bisa mengenalkannya langsung pada ayah dan ibu setahun yang lalu! Apalagi saat dia sedang naik daun! Sekarang juga keadaan ekonominya sudah baik."
Seokjin mengernyit. "Hanya masalah uang? Permasalahannya bukan hanya karena uang, kau tahu. Tapi juga di investasi."
"Investasi itu uang," ucap Jisoo, cukup ragu.
Seokjin mendengus. "Tetapi keuntungan yang diperoleh akan lebih besar dan lebih menjamin. Jadi perjodohan ini sebenarnya bukan hanya soal status sosial, tapi tentang laba dan tujuan-tujuan lainnya."
Jisoo memutar bola matanya malas. "Aku mana tahu? Aku yakin kerjaanku nanti hanya jadi asisten suamiku kelak dan jadi ibu-ibu sosialita." Jisoo berdecak. "Aku benci perjodohan."
Seokjin kini menyeringai. "Kau bisa jemput Sowon sekarang tidak?"
"Oppa, memperkenalkan Sowon di depan orang-orang ini adalah ide buruk. Percaya padaku. Kau susat TELAT!"
Seokjin lagi-lagi pasrah. Sekarang otaknya bekerja lebih ekstra untuk membatalkan acara ini, bagaimanapun juga. Hingga satu ide terlintas.
Semua orang tampak bahagia, kecuali Seokjin dan Yongsun, begitu pula dengan Jisoo yang ikut-ikutan cemas. Kalau ibu Seokjin dan ibu Yongsun juga ikut senang saja, tapi pasti ada pikiran yang membuat mereka tak tenang pula.
Kata sambutan diawali dengan ayah dari Seokjin sebagai calon mempelai laki-laki. Semua berjalan cukup lancar, samoai akhirnya Seokjin berdiri dari kursinya dengan menggebrakkan meja. Semua pasang mata tertuju padanya sekarang.
×××
Sowon datang ke acara itu, akan tetapi dia hanya sampai ke halaman gedung. Ia menatap bangunan luas itu cukup lama, sampai akhirnya seorang satpam menegurnya dan bertanya.
"Ada yang bisa ku bantu?" tanyanya.
Sowon tersentak mendengar pertanyaan itu, dia langsung menggeleng dan tersenyum pada satpam tersebut.
"Kenapa anda melihat ke sana terus?" tanya sang satpam yang kira-kira sudah berusia empat puluhan tahun.
Sowon menghela nafas. "Bisakah aku ke rooftop?"
"Rooftop?" tanya satpam. Ia agak kaget dan curiga dengan Sowon. Jangan-jangan dia mau mengakhiri hidupnya. "Astaga nona, hidup masih sangat panjang. Jangan disia-siakan, apalagi mati dengan membuat nama baik tempat orang lain rusak."
Sowon mengerjapkan mata berkali-kali. Ia bahkan tidak pernah berpikiran sampai ke sana. Kenapa satpam ini malah sampai mengira bahwa dirinya akan bunuh diri di sini?
"Oh bukan. Saya merasa rooftop adalah tempat yang bagus untuk mencari inspirasi." Sowon menunjukkan buku sketsa dan alat gambarnya pada sang satpam. "Lagipula lantai di sini tak begitu tinggi, hanya ada tiga lantai."
![](https://img.wattpad.com/cover/185621292-288-k296883.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
sculpture | sowjin ✓
Fanfictionbangchin area Kim Sojungㅡ Sowon, seorang pelukis yang mendapat kesempatan untuk melukis wajah Kim Seokjin, the most sculpted face. 🖌️start: 21 Mei 2019 🎨end: 12 Januari 2020