Gebrakan meja itu membuat semua orang melayangkan pandangan ke arahnya. Seokjin tahu tindakannya gila, ayahnya bisa saja membunuhnya.
Seokjin menutup matanya rapat, lalu meneguk ludah karena gugup. Dia berusaha menghindari kontak mata siapapun, dan berjalan ke panggung dengan cukup santai, padahal jantungnya sudah berdegup kencang dan dirinya sudah merasakan keringat dingin.
Semua memandangnya dalam diam. Seokjin terus saja menatap ke bawah. Ia hanya memegang mic dan mengarahkan benda itu ke dekat mulutnya.
"Aku Kim Seokjin, putra dari tuan Kim yang kalian sangat hormati. Aku akan menjadi pewaris perusahaan ayahku, dan aku akan menikah sebentar lagi. Tapi..." Seokjin meneguk ludahnya. "Bagaimana kalau ini bukanlah yang aku inginkan?"
Pertanyaan itu membuat pengunjung jadi bersuara. Tentu saja dengan senjata andalan, yaitu berbisik-bisik.
Seokjin berdehem. "Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada kalian semua yang sudah hadir di tempat ini. Tapi, aku ingin meminta maaf atas pernyataan yang akan ku umumkan sekarang."
"Seokjin—'
"Aku tidak akan menikah dengan Yongsun."
"Apa?" Suara bisikan makin terdengar, malah sekarang mereka tidak berbisik lagi.
"Mungkin kalian akan menganggapku gila, anak durhaka, atau tidak tahu malu. Tapi sekarang aku hanya memperjuangkan hakku.—
Setiap kita memiliki kesempatan untuk mencintai seseorang. Kesempatan untuk bertemu, memilih, mendekat dan untuk mencintai. Setiap kita sudah diberi hak untuk itu. Seharusnya kita bisa menjalankannya tanpa ada paksaan pihak manapun.
Maka dari itu, aku menentang perjodohan ini. Bukan karena aku tidak menghormati keputusan orang tuaku dan orang tua Yongsun, tapi karena aku ingin mendapatkan hak yang seharusnya didapat setiap oranh. Hak untuk memilih pasangan yang hendak ku nikahkan sendiri.
Pernikahan bukanlah permainan. Itu juga bukan alat pencetak uang, dan kemakmuran. Pernikahan adalah untuk kebahagiaan semua pihak, terlebih pasangan suami istri itu sendiri. Pernikahan itu untuk saling melengkapi satu sama lain, saling menerima dan membangun dalam kasih.
Kalau rumah tangga antara pasangan suami istri dipaksakan, dan tak berlandaskan cinta, semua akan sia-sia. Kosong. Hampa.
Aku tidak mau jadi gila kekuasaan juga saat aku besar hanya karena aku dijodohkan seperti ini. Aku tidak mau dikekang, dan aku ingin menjalani semua ini. Mungkin kalian berpikir, cinta bisa saja ditumbuhkan dalam rumah tangga nanti, tapi menurutku itu rumit dan sulit, apalagi kalau aku sudah punya wanita pilihan sendiri. Apalagi kalau sekarang masih ada wanita yang mengisi hatiku.
Orang itu Kim Sojung, mungkin beberapa dari kalian mengenalnya, namun sebagian juga asing dengan nama yang baru ku sebut tadi. Percayalah, dia bukan gadis biasa. Ija baik, cantik, ramah, dan terlebih dia sangat ku cintai. Kalau kalian tanya alasannya, aku juga tidak tahu. Karena cinta itu tidak butuh alasan, kan? Mungkin sekarang dia tidak ada di sini, tapi aku ingin memberitahu pada kalian. Kalau aku sangat mencintainya.
Sekali lagi aku minta maaf, pada keluarga Yongsun, pada keluargaku, dan pada semua yang hadir di sini. Aku berterima kasih atas waktu yang telah kalian luangkan untuk datang kemari. Namun... aku harus jujur pada perasaanku sendiri. Jika kalian tanya apa aku menyesal atau tidak... Maka jawabannya adalah tidak. Aku akan lebih menyesal kalau tidak mengatakan ini sekarang. Terima kasih."
Setelah melakukan pidato panjang itu, dia meletakkan mic kembali ke holdernya. Awalnya tak ada suara, namun sang adik berdiri dari kursi dan bertepuk tangan. Tak lama setelah itu, Yongsun berdiri, dan diikuti oleh beberapa pengunjung yang hadir. Mereka bertepuk tangan dan bersorak.

KAMU SEDANG MEMBACA
sculpture | sowjin ✓
Fanfictionbangchin area Kim Sojungㅡ Sowon, seorang pelukis yang mendapat kesempatan untuk melukis wajah Kim Seokjin, the most sculpted face. 🖌️start: 21 Mei 2019 🎨end: 12 Januari 2020