Sowon tertidur di meja yang ada di lesnya. Ia kelelahan karena harus menyelesaikan lukisan yang akan ia pamerkan di pameran seni lusa.
Eunwoo adalah satu-satunya murid yang belum pulang. Padahal jam pulangnya adalah sejam yang lalu.
Eunwoo menuju meja yang di tempati Sowon sekarang. Lalu ia menatap Sowon yang tertidur pulas.
"Kau pasti lelah sekali, noona. Kenapa kau memaksakan diri?" tanya Eunwoo. Ia mengelus kepala Sowon pelan dan menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Sowon. Ia memandangi wajah polos itu sembari berkata, "Kenapa kau masih saja memikirkan pria itu? Aku ada di sini buatmu, noona."
Jantung Eunwoo kemudian berdetak begitu kencang. Pandangannya jatuh pada bibir Sowon. Ia mengulum bibirnya sebentar. Sekuat tenaga ia berusaha untuk menghilangkan nafsunya itu. Akan tetapi, Eunwoo tetap melakukannya.
Ia mendekatkan bibirnya dengan bibir Sowon. Hingga bersentuhan.
Seketika itu, Sowon terbangun.
×××
"Es krim ini akan mencairkan suasana," ucap Seokjin.
Sowon menerima eskrim itu dengan heran. Ia menatap ke area taman yang kini ramai dengan pengunjung. "Maaf, mencarikan suasana? Kau sengaja membuat suasana panas?"
Seokjin mengangkat bahu. "Aku sudah bilang, aku suka padamu. Tapi tetap saja pria itu mendekatimu."
Sowon diam. Ia kemudian menatap eskrim vanila yang hampir meleleh itu.
"Tapi, kau juga tidak bisa melalukan itu seenakmu. Kau tidak tahu seberapa lelahnya aku menggambar wajahmu? Kau tidak tahu ya kalau wajahmu itu sulit di gambar?"
Seokjin mendengus. "Tentu saja aku tahu. Wajah sempurna seperti ini, memang pasti susah sekali di gambar. Bahkan pelukis seperti dirimu tidak bisa menggambarnya dengan tepat."
Sowon mendengus juga. Lalu ia memakan eskrim yang dibelikan Seokjin.
"Aku serius soal kejelekan gambarnya. Gambar ulang besok. Jam 10 pagi, datanglah ke rumahku."
Sowon menghela nafas. Kemudian mengangguk lesu.
"Oh, kita bertemu lagi ternyata." Eunwoo tiba-tiba muncul. Lagi.
Sowon terkaget, Seokjin juga. Seketika itu Seokjin memandang Eunwoo tidak suka. Terlebih, Eunwoo juga membeli eskrim vanila yang sama dengan Sowon.
"Kita belum pernah berkenalan 'kan sebelumnya?" tanya Eunwoo padan Seokjin.
Seokjin memandang tangan Eunwoo yang terulur dengan tak bersahabat. Ia menerima uluran tangan itu dengan tangannya yang terkena lelehan eskrim. Kemudian Seokjin tersenyum miring. "Seokjin."
Eunwoo tertawa. Kemudian salaman tangan mereka terlepas. Eunwoo segera meraih tisu di meja dan memberinya pada Seokjin. "Tanganmu terkena lelehan eskrim."
"Ya benar. Maaf karena tanganku, tanganmu juga ikut terkena," ucap Seokjin dengan senyum yang menyeramkan.
Eunwoo menghela nafas dan memandang ke langit-langit. "Ah apa kau kekasih Sowon noona?" tanya Eunwoo.
Sowon panik.
"Belum, tapi dia milikku."
Sowon makin panik.
"Oh, ku kira sudah. Karena.." Eunwoo memandang Seokjin dengan tatapan meledek. "Aku sudah duluan menjadi first kissnya."
"Ap-"
"Oh? Lalu kenapa? First kiss atau bukan, kalau akhirnya Sowon akan menikahiku, semua akan sia-sia juga kan?" tanya Seokjin.
"A-"
"Benar. Tapi aku dengar anak dari perusahaan ternama itu dijodohkan denganmu? Kalian sudah bertunangan bukan?"
"Tidak usah sok tahu" jawab Seokjin.
"Aku tidak sok tahu, aku memang tahu, karena aku tahu dari artikel. Tidak mungkin mereka menerbitkan berita palsu kan?"
Seokjin berdiri dari kursi. Sowon panik setengah mati. "Ah, aku rasa sudah cukup Eunwoo. Kau agak kelewatan.." Sowon ikut berdiri.
Seokjin meninggalkan tempatnya dan berjalan entah kemana. Sebelumnya, ia membuang es krim itu ke tong sampah.
Sowon menutup matanya erat dan mengepalkan tangannya. "Eunwoo, apa maksudmu mengatakan itu?"
"Apa? Apa aku mengatakan berita yang buruk? Bukankah itu berita bagus?"
Sowon menggelengkan kepalanya. Lalu ia mengejar Seokjin. "Seokjin!"
Seokjin menghidupkan mobilnya. Dan masuk ke dalam. Sowon membuka pintu mobil yang ada di sebelah Seokjin. Lalu ia duduk di sebelah pria itu. "Kenapa.."
"Buang dulu eskrim nya."
"Tapi-"
"Buang!"
Sowon terkejut mendengar bentakan Seokjin. Ia mengangguk dan keluar dari mobil, lalu membuangnya di tong sampah. Kemudian masuk lagi.
Tak pakai basa-basi, Seokjin langsung menancap gasnya, pergi dari taman itu.
Sowon memandang Seokjin yang menatap tajam ke arah jalanan.
"Seok-"
"Diam."
"Tapi-"
Seokjin menghela nafas kasar. Helaan nafas itu membuat Sowon bungkam.
Mereka tidak berbicara selama perjalanan pulang. Hanya terdengar suara mobil dan lalu lintas di jalan raya Seoul. Di mobil bahkan tidak dibuka radio.
"Kau tidak mau dengar lagu?" tanya Sowon. Ia menjulurkan tangannya ke radio mobil. Bertepatan dnegan lampu merah, Seokjin menghentikan mobilnya dan langsung mencengkram tangan Sowon dan menariknya ke arah dirinya. Tak hanya itu, ia juga menempelkan bibirnya ke bibir gadis itu. Sowon kaget bukan main. Jantungnya berdetak begitu cepat.
Mata Sowon kemudian tertutup.
Tittt tittt!!
Suara klakson mobil membuat Seokjin membuka matanya perlahan. Begitu juga dengan Sowon yang masih kelihatan syok. Seokjin melepas cengkraman tangannya pada Sowon lalu melajukan mobilnya lagi.
"Maaf," ucap Seokjin. "Setidaknya, aku menjadi second kiss mu."
×××
A/N
Part kali ini pendek ya? :")
Tapi... Ngebaperin gaa nihh?
Maaf kalau cringy :((
×28 September 2019
![](https://img.wattpad.com/cover/185621292-288-k296883.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
sculpture | sowjin ✓
Fanfictionbangchin area Kim Sojungㅡ Sowon, seorang pelukis yang mendapat kesempatan untuk melukis wajah Kim Seokjin, the most sculpted face. 🖌️start: 21 Mei 2019 🎨end: 12 Januari 2020