Sial.
Sowon tidak telat. Ia datang tepat pukul 7 pagi ke taman dengan menggunakan bus umum. Akan tetapi, orang yang membuat janji tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
Sowon gelisah dan memandangi jam tangannya terus menerus.
Rambutnya yang tergerai panjang itu berhembus bersamaan dengan tiupan angin pagi hari.
Cuacanya sangat sejuk dan menenangkan, akan tetapi Sowon tidak merasa nyaman.
"Kim Seokjin, jangan bilang kau membohongiku."
Sowon tak habis pikir dengan pria satu ini. Bagaimana mungkin sosok pria berwibawa sepertinya telat, bahkan mengingkar janji? Sekarang ia sudah hampir menunggu selama sejam.
"Maaf aku telat."
Suara itu membuat Sowon yang sudah marah menjadi semakin marah lagi. Ia kemudian membuka suara tanpa memandang ke belakang.
"Bisa-bisanya kau telat! Siapa yang membuat janji? Kenapa malah kau yang telat?" tanya Sowon marah.
Seokjin menghela nafas dan duduk di bangku di sebelah Sowon. Sowon tetap tidak memandang pria itu.
"Begini caranya berbicara dengan seseorang? Kau bahkan tidak melihat kondisi wajahku?"
Sowon akhirnya menoleh ke arah Seokjin dan kaget melihat beberapa luka lebam dan tergores yang menghiasi wajah tampan pria itu. Seokjin terlihat sangat... Kesakitan.
"Apa yang terjadi padamu!? Kau seperti baru ikut tawuran siswa SMA saja!"
Seokjin tersenyum miring. "Kalau memang aku menjadi korban di sana bagaimana?"
Sowon mengernyit. "Kau tidak bercanda?"
Seokjin menghela nafas dan berdiri dari duduknya. Ia memandangi Sowon yang tengah mendongak.
"Sowon-ssi, apa aku kelihatan bercanda?"
"B-bagaimana bisa kau di pukuli mereka?"
"Yah, seperti biasa. Sok-sokan menjadi pahlawan kesiangan, akhirnya aku yang babak belur." Seokjin lagi-lagi mendengus miris.
Sowon berdesis dan ikut berdiri. "Ayo kita cari toko obat dulu."
"Andwaeyo, aku baik-baik saja."
"Apa? Kau mengatakan padaku kalau puluhan orang melawan satu orang itu baik-baik saja?"
Seokjin tersenyum. "Kalau memang benar aku baik-baik saja, bagaimana?"
Sowon menggeleng. "Tetap saja, minimal bersihkan dulu lukamu." Sowon menunjuk ke arah ujung bibir Seokjin yang sedikit tergores dan mengeluarkan darah. Sowon ngilu sendiri melihatnya.
"Kau perhatian padaku?"
Sowon berdecak kesal. Ia benar-benar tidak ingin bercanda sekarang. Awalnya ia ingin marah soal keterlambatan Seokjin, tapi melihat kondisi sekarang, Sowon jad tidak bisa marah.
"Kenapa kau mau mengambil resiko seperti itu?" tanya Sowon.
"Aku hanya kasihan saja melihat sala satu orang sudah jatuh dan hampir diinjak oleh yang lain. Jadi aku turun tangan. Aku kira mereka akan berhenti ketika melihat pria dewasa melerai, ternyata aku salah."
Sowon menghela nafas. "Baiklah, kaja. Aku akan mencoba mencari apotek terdekat." Sowon pun meraih pergelangan tangan Seokjin dan membawanya ke arah toko-toko yang letaknya di seberang taman. Cukup jauh, namun kendaraan tidak terlalu banyak, jadi mereka bisa menyebrang dengan aman.
Setelah membelikan alkohol, Sowon segera menyerahkannya pada Seokjin. Ia melipat tangannya di depan dada dan membuang muka dari Seokjin.
Seokjin memegang peralatan itu dan memandang Sowon. Ia mendengus dan menggelengkan kepalanya. "Aneh sekali, aku kira kau akan menolongku. Kau tahu kan, kita tak punya cermin sekarang. Apa kau mau aku memakaikan alkohol ini ke seluruh wajahku?"

KAMU SEDANG MEMBACA
sculpture | sowjin ✓
Fanfikcebangchin area Kim Sojungㅡ Sowon, seorang pelukis yang mendapat kesempatan untuk melukis wajah Kim Seokjin, the most sculpted face. 🖌️start: 21 Mei 2019 🎨end: 12 Januari 2020