" Ko kerumah sakit sih bun,bukan nya kita mau makan siang?"
Frasta bertanya sambil mengikuti bundanya yang berjalan tergesa di kolidor rumah sakit.
Bukan nya menjawab bundanya malah terus terusan merafalkan Istighfar dan mempercepat langkahnya,sesampai mereka di depan ruang rawat bunda langsung membuka pintu,saat masuk mereka melihat seorang gadis terbaring dengan alat bantu pernafasan yang menangkup di sebagian wajahnya,selang infus di tangan kirinya,perban yang membalut di sepanjang tangan kanannya dan di pelipis mata kanan yang sedikit di tutupi kain kasa.Pandangan mereka lalu beralih ke seorang yang sedang terisak di sisi bangkar yang di tempati gadis itu.
Seorang perempuan seusia bunda terlihat menggenggam tangan anak nya sambil menangis tertahan."Dinda...."
Panggilan bunda mengalihkan perempuan itu ke arah mereka,kemudian bangkit dan langsung menghambur ke pelukan bunda,dengan sigap bunda merengkuh tubuhnya dan keduanya langsung terisak bersama.
"Kamu yang sabar ya,aku yakin anak mu pasti sembuh,dia anak yang kuat"
Bunda mencoba menenangkan sahabat nya yang terus menangis di pelukan nya.Frasta masih belum pahan akan situasi ini,dia hanya menyimpulkan kalau perempuan yang sedang di peluk bunda adalah sahabat bundanya,sampai suara bariton di ambang pintu membuyarkan kesimpulannya,karna apa?
"Bagai mana keadaan nya..?"
Aldrik Putra melangkah cepat menghampiri mereka sambil bertanya dengan nada yang sangat khawatir.
Belum usai ketidak pahamannya Frasta di buat kaget dengan Aldrik yang tiba tiba mengelus punggung perempuan yang di peluk bunda nya.
Frasta melongo melihat ayahnya mengelus punggung perempuan lain di depan istrinya sendiri,dan aneh nya bunda terlihat biasa saja dan malah ikut mengusap punggung perempuan yang bunda panggil namanya Dinda.Frasta semakin di buat melongo saat ayahnya membawa Dinda untuk duduk di sofa dan bunda duduk di kursi yang sebelumnya di duduki Dinda,bukan cuma duduk Dinda juga tertidur di pundak ayahnya,.
"Kamu pulang aja,biar aku yang jaga disini?"Tiba tiba Aldik berucap kepada Vera istrinya yang terlihat lelah karna terus terusan menangis.
"Kamu aja yang pulang,istirahat,kamu pasti capek,biar aku yang jagain Dinda" jawabnya halus ,Vera tahu suaminya pasti sangat khawatir sekali .
"Aku ga tega ninggalin dia,ini pasti berat banget untuk nya"
"Iya sayang,aku juga ga tega lihat dia kaya gini,apa lagi lihat Kirana"
Pandangan Vera teralih ke gadis yang terbaring di brangkar yang Frasta dengar namanya Kirana.
Frasta semakin bingung dengan situasi ini,Aldrik masih setia merangkul Dinda yang tertidur dan Vera juga terliat tidak keberatan sama sekali,apa sebenarnya hubungan mereka?"Apa ada yang mau ngasih tau aku,ini ada apa?"
Suara frasta yang tak terdengar dari sedari dia masuk mengalihkan fokus orang tuanya pada dia,keduanya baru ngeh kalau ternyata ada anak mereka yang tampan menempel didinding seperti cicak yang tak mereka sadari keberadaan nya.
Menyadari ke kepoan anaknya Vera pun bersuara."Itu tante Dinda ,sahabat bunda dari SMP,dulu bunda pernah cerita, kamu pasti lupa,udah lama sekali dia ga pernah pulang,sekalinya pulang malah kaya gini keadaan nya "
Vera terisak kembali lalu melanjutkan ceritanya.
"Bunda sayang sekali sama Dinda dan Kirana,bunda benar benar sedih lihat mereka begini" isakan Vera semakin kencang,Frasta melangkah menghampiri bunda dan memeluknya untuk menenangkannya."Apa ayah juga sayang sama tante Dinda?"
Pertanyaan Frasta sedikit ambigu,apa lagi dia bertanya tanpa melihat ke arah ayahnya.Aldrik cukup peka dengan nada suara anaknya,sepertinya Frasta salah faham,Aldrik sedikit berdehem untuk menetral suaranya.
"Dinda adik ayah Fras..",
Ucapnya menjawab pertanyaan anaknya yang sepertinya salah mengartikan kedekatan dia dan Dinda."Adik..?" beo nya sambil menoleh ke arah ayahnya yang di balas senyuman oleh ayahnya.
"Kamu tahu kan ayah ini anak panti?"
Tanyanya yang di angguki Frasta
"Dinda juga anak panti,dia adik ayah di panti asuhan,dia adik kesayangan ayah"Aldrik berusaha setenang mungkin memberi pengertian kepada anak nya ,mengingat dia tidak pernah menceritakan apa pun kepada Frasta tentang segala hal yang menyangkut kehidupannya dulu semasa di panti asuhan,selain untuk menghindarkan dia dari kenangan masa lalu nya yang di tinggal mati kedua orang tuanya sejak masih bayi,Aldrik juga tidak ingin Frasta tumbuh menjadi anak yang kurang percaya diri karena latar belakang dirinya sebagai anak panti.
Bukan tanpa alasan Aldrik tidak bercerita tentang masa kecilnya pada Frasta,dia pernah memergoki Frasta yang di olok olok oleh teman nya semasa SD dulu karena tidak punya mainan yang sama dengan mereka,salah satu teman nya berkata "ayahnya kan miskin mana bisa dia belikan mainan kaya kita"
Frasta kecil hanya diam dan sampai saat ini Frasta tak pernah menceritakan nya.Aldrik takut anaknya akan merasa minder dengan keadaan nya waktu itu jadi dia tidak pernah menceritakan perihal masa lalunya termasuk tentang Dinda.
Aldrik berfikir,kalau teman teman Frasta tahu kalau dia bukan hanya miskin tapi juga seorang anak panti apa yang akan mereka katakan pada anaknya itu.
Seiring berjalannya waktu bisnis periklanan yang di rintisnya berjalan cukup maju sampai saat ini."Apa ayah tidak keberatan menceritakan nya? Aku jadi penasaran gimana kisah ayah,bunda dan tante Dinda" suara Frasta membuyarkan lamunan Aldrik,yang ketika dilirik sudah siap mendengarkan ceritanya.
-------------
Baru pembukaan,ini cerita pertama ku,bukan cerita yang berat dengan konflik yang bikin kita sekarat membacanya.
Ini hanya cerita biasa yang tercipta dari imajinasiku.Ikuti kelanjutannya..... Nex

KAMU SEDANG MEMBACA
Kirana (Tamat)
De TodoUntuk teman-teman yang sekiranya tertarik membaca cerita saya ini, mohon di perhatikan urutan nya, ga tau kenapa jadi ngacak dan bikin bingung alur ceritanya. Saya sudah coba benerin tapi gitu lagi gitu lagi, maaf atas ketidak nyamanan kalian saat m...