Sande tengah memperhatikan isterinya karena sikap ia kemarin yang memukul Lana dengan cara membabi buta yang hampir ingin membunuh Lana. Ditambah lagi waktu menyelamatkan isterinya di apartment Lana. Kini isterinya terus menghindar.
Di ruang tv.
Armila tengah menyibukkan dirinya dengan membenahi sofa di ruang tv. Ia terus mengacuhkan sampai Sande tak tahan lagi.
"Armila, kemari!"
Ada nada perintah yang Armila dengar. Ia pun langsung menghampiri tetapi masih menjaga jarak dengan suaminya itu. Sande yang melihat hanya membuang napas.
"Aku pengin kamu duduk disini." ujar Sande menepuk pahanya bagian atas.
"Mas, kita udah omongin ini. Kita pacaran, kan. Harus tau aturan." cicit Armila.
"Tapi aku sekarang lagi bicara tentang aku yang sebagai suami kamu, Armila." tekannya.
"Aku nggak bisa hidup dengan orang yang sikapnya temprament. Kita udaha—,"
Sande tak ingin mendengarkan ocehan isteri kecilnya ini. Ia tahu kalau ia salah. Ia segera menarik isteri kecilnya itu yang belum kelar berbicara hingga duduk di atas pahanya dengan jarak wajah yang sangat dekat.
"Kamu mau bilang apa tadi?"
Sande berbicara saat wajah keduanya sangat dekat sekali hingga Armila mencoba melepaskan ternyata tubuhnya di kunci serta tengkuk lehernya di tahan oleh suaminya.
"Mas, aku nggak bisa kayak gini. Kita nggak berjodoh—aku tau kamu mencintai aku." ujar Armila sambil mengelus pipi Sande.
"Sangat, Armila. Sangat." ucap Sande memejamkan kedua matanya menikmati elusan dari Armila dalam situasi ini ia mudah menjauhkan diri.
"Makanya aku pengin—,"
Dengan sekali hentakan Armila menjauhkan tubuhnya ia menepis pegangan suaminya. Armila tahu bahwa ini salah. Sande terkejut saat isterinya menjauh, menjaga jarak dengannya. Ia sedari tadi duduk kini berdiri, menatap tajam ke arah isteri kecilnya.
"Kamu bohongin aku?" ujar Sande tertahan yang telah terlena oleh elusan di pipinya tadi.
"Aku nggak nyaman sama perilaku kamu yang kasar itu. Walaupun itu enggak ke aku. Tapi tetep aja aku takut, San, aku takut.
"Apa yang kamu lakuin itu melampaui batas walaupun itu benar. Alloh itu Maha Pemaaf, San. Enggak kayak kamu yang gampang mukul orang di depan orang banyak kayak kemarin."
"Aku nggak bisa, La. Aku tau aku salah tapi itu semua aku lakuin untuk melindungi kamu, isteriku." ucap Sande sungguh-sungguh.
"Tapi aku nggak suka cara kamu, San."
Armila mundur yang membuat Sande maju mendekat.
"Terus kamu mau aku apa?" tanya Sande sedikit menantang.
"Aku mau, kita sampe sini aja, San." jawab Armila berbalik hendak meninggalkan Sande namun dengan cepat Sande menahan lengannya.
Kini posisi mereka Armila membelakangi Sande
"Saya sangat, amat, tidak suka dengan kalimat itu, Armila." tegas Sande
Armila membalikkan badannya mencoba melepaskan pegangan erat dari tangan Sande namun nihil.
"Kenapa?"
Armila bahkan tidak tahu kalau dia sekarang sedang membangunkan raja singa yang sedang kelaparan.
"Sudah dua kali kamu bilang ingin pisah sama saya. Ingat baik-baik, Armila. Sampai kapan pun, saya tidak akan melepaskan kamu." tegas Sande, suaranya pelan namun tajam.
"Sifat kamu ini yang nggak aku suka. Seenaknya kamu. Kamu harus tau, kamu itu egois, Sande. Maaf." ujar Armila menahan segala macam perasaan yang sedikit ragu tak terelakan.
"Ya, memang. Bagus kalau kamu sudah tau. Ingat, Armila. Saya bisa saja melakukan apapun dengan kamu saat ini juga. Melakukan apa saja yang tidak pernah kamu bayangkan." ujar Sande dengan nada santai namun berkesan mengejek.
"Aku mau pulang." ucap Armila mulai takut.
"Kamu sudah pulang, Sayang. Ini rumah kamu."
"Aku mau pulang ke rumah bunda." tegas Armila.
"Enggak, Armila. Saya tidak izinkan kamu."
"Tanpa izin kamu, aku tetep pulang ke rumah bunda." tegas Armila ingin pergi namun pegangan Sande semakin erat.
Armila tahu ia salah. Dan Armila juga tahu bahwa, jika suaminya itu sudah berbicara formal berarti ia sedang menahan marah atau mungkin sudah marah.
Armila meronta saat Sande tak kunjung melepaskannya sampai ia merasa terhuyung saat Sande menggendongnya menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar mereka.
Tiba di kamar Sande langsung menjatuhkan Armila di atas kasur dan buru-buru mengunci pintu kamar agar Armila tidak kabur.
"San!" jerit Armila saat melihat Sande mengunci pintu dan memasukan kunci itu ke dalam saku celananya. "kamu—aku nggak abis pikir kamu bisa lakuin ini. Aku pengin pulang. Aku mau ke bunda." pinta Armila.
Sande mulai menaiki ranjang.
"Aku mau sendiri dulu. Aku mohon, Mas." mohon Armila yang sudah meneteskan air mata.
Gengsz, kira-kira Armila mo di apain ama Sande? 😱
Apa yg harus kita lakukan? 🥺
Apa kita harus menolong jangan? 🤭Ternyata udah sejauh ini Armila belum mencintai Sande hm, apa aku harus tarik cinta pertamanya untuk datang, biar jadi PHO eh 🤭
Gimana gengsz? 🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESIF MINE (Completed) [OPEN PO]
Romance^Blurb^ Kisah ini adalah kisah yang tak pernah terbayangkan. Bagaimana bisa teman lelaki semasa sekolah dasar bisa tahu tentang dirimu. Hingga sebuah kata sakral di lontarkan dengan mudahnya. Sampai pemuda itu tumbuh menjadi pemuda dewasa yang sanga...