Akhirnya pada pukul 11 malam sudah mulai berberes.
Setelah acara yang sangat membahagiakan semua orang apalagi dengan si pengantin baru. Para pekerja membereskan segala yang ada di acara pernikahan tersebut.Ternyata tanpa diketahui oleh Armila. Dirinya telah diharuskan tidur sekamar dengan suaminya, Sande. Bagaimana tidak, toh mereka sekarang memang sudah sah menjadi pasangan suami dan isteri. Apa boleh buat. Armila bahkan meminta berbeda kamar tetapi malah diceramahi oleh sang ayah sampai pukul 12 malam ini.
Di kamar Armila. Pukul 12.15 malam.
Sande telah selesai berbenah. Kini dirinya telah keluar dari kamar mandi dengan sudah memakai pakaian tidur lengkap. Dirinya sekarang duduk di kasur sambil menggosok rambutnya dengan handuk kecil karena sehabis keramas.
Armila yang masih duduk terdiam setelah bertengkar dengan ibundanya. Karena gaun yang dirinya pakai sulit untuk dilepas sendiri tetapi ibundanya menyuruhnya meminta tolong agar suaminyalah yang akan membantunya.
Dan itu ditolak oleh Armila.
Kini Armila masuk ke dalam kamar mandi dengan sedikit lelah. Sungguh, jikalau dirinya berbeda kamar mungkin Armila tidak akan mandi dan lebih memilih tidur.
Sande melirik sang isteri dengan gemas betapa lucunya Armila jika sedang merajuk seperti itu. Ya, dirinya melihat Armila memohon dengan bundanya agar berbeda kamar dan diceramahi oleh ayahnya. Ia tertawa saking tak kuat menahannya. Tertawa tanpa suara. Lucunya!
Sepuluh menit akhirnya Armila keluar dari kamar mandi dengan baju tidur lengan panjang tak lupa dengan jilbabnya.
'Armila, kamu memperlihatkan rambutmu itu tak masalah karena kamu sedang berada bersama suamimu.' maki diri Armila.
Armila sekarang sedang duduk membelakangi suaminya yang sedang sibuk memperhatikannya. Dirinya tidak tahu kalau sedang diperhatikan tiba-tiba suara ponsel miliknya berbunyi tanda bahwa ada panggilan masuk. Ponselnya yang berada di atas mengharuskan dirinya berdiri dan mengambilnya. Saat ia memencet tombol menerima,
"Ha-," ponsel itu langsung direbut oleh suaminya, Sande.
"Kamu kenapa?" tanya Armila sambil mengeryit.
"Aku nggak suka ada hal lain diantara kita."
"Itu telpon dari temenku."
"Laki-laki?" tanyanya tak sabar.
"Niar. Teman dekat aku."
Seketika Sande mendekatkan ponsel Armila ke telinganya dan benar saja disana ada suara Niar yang sedang bertanya ada apa. Saat itu juga Sande memberikan ponsel isterinya.
Sande memperhatikan sang isteri sampai selesai bertelpon.
"Yaudah, senin kita bicarain lagi." setelah mengucapkan itu panggilan pun terputus.
Armila sudah menaiki kasurnya tapi terkejut melihat Sande yang sudah tidur dalam posisi miring sambil menatapnya. Saat itu juga Armila berdiri sambil menatap Sande dengan masih memegang bantal guling ditangannya.
"Kamu kenapa berdiri, sayang? Ayo tidur. Besok kan kita balik ke Bandung buat kuliah.
Hm?" ujar suaminya yang kini tengah menatapnya.
"Aku, aku, aku tidur di sofa aja." responnya bingung.
Melihat Armila berjalan mendekat ke arah sofa buru-buru Sande menarik lengan Armila dengan sangat kuat membuat sang empunya terkejut bukan main.
"Kamu itu isteri dari aku. Dan apa yang udah diajari oleh Islam. Kamu harus mematuhi semua perintah suami kamu. Paham."
Berada di dekat Sande sampai sedekat ini membuat dia belum terbiasa dengan semuanya. Tetapi apa yang diucapkan Sande memang benar. Dirinya harus menerima bahwa Sande adalah suaminya. Akhirnya Armila bergerak tetapi pegangan ditangannya belum terlepas dan berusaha melepaskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESIF MINE (Completed) [OPEN PO]
Romance^Blurb^ Kisah ini adalah kisah yang tak pernah terbayangkan. Bagaimana bisa teman lelaki semasa sekolah dasar bisa tahu tentang dirimu. Hingga sebuah kata sakral di lontarkan dengan mudahnya. Sampai pemuda itu tumbuh menjadi pemuda dewasa yang sanga...