Warning! Adegan ini banyak rasa kesel tapi ada manis²nya atau bisa juga rasa kesel tapi ada rasa pengen nampolnya.
Selamat menikmati~
**
Sedaritadi, Sande masih terus tersenyum. Bahkan Armila yang melihatnya begitu muak karena Sande tidak juga berhenti tersenyum. Lihatlah! Ia menyuruh sang isteri untuk duduk manis di sofa di depan tv sedangkan dirinya di dapur sedang mengoseng makanan sambil terus menghadap ke arah isteri.
"Mas, kamu kalo masaknya kayak gitu apa nggak takut gosong?" tanya Armila polos.
Lihatlah! Bukannya menjawab, Sande malah tersenyum bahkan itu seperti tersipu malu. Sande bagaikan gadis yang sedang kasmaran. Armila yang melihatnya lelah, mengapa senyumnya bisa tersipu malu seperti itu mengalahi gadis perawan yang ingin dinikahi oleh pemuda tampan keinginannya.
"Kamu kenapa, si?" tanya Armila sekali lagi karena takut kalo suaminya itu kenapa-kenapa.
Sande terlihat membereskan alat masaknya karena sudah kelar memasak. Ia membawa satu piring berjalan menghampiri sang isteri sambil terus tersenyum tak karuan.
Oh, Sande, apakah kau sedang jatuh cinta?, lagi.
Yang pertama untuk sang isteri.
Apakah ini jatuh cinta untuk yang kedua kalinya?Sande duduk di samping Armila, cukup dekat. Sampai Armila bergeser sedikit memberikan ruang tetapi Sande menolak dan mendekat lagi. Dan Armila mengalah.
"Sayang, kayaknya aku lagi jatuh cinta deh."
"Hah. Maksud kamu, Mas?"
"Kayaknya aku jatuh cinta pada pandangan kedua." Armila berpikir. "yang pertama sama kamu dan yang kedua sama kamu juga."
Armila hanya mengernyitkan dahi.
"Aku sangat bahagia, Armila. Aku udah buat kamu seutuhnya jadi milik aku. Kamu udah nggak bisa kemana-mana lagi, Sayang."
Mendengar itu Armila bergidik. Mengapa dirinya bisa mempunyai suami seperti Sande ini. Awalnya dirinya hanya menerima hukuman apa saja dari suaminya karena ia mengaku salah. Tetapi semua sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur. Rasanya seluruh tubuh Armila sudah diselimuti oleh tubuh Sande.
Keduanya makan masakan yang tadi di masak oleh Sande. Mereka juga sama-sama diam. Tapi Sande tetaplah Sande, ia masih terus tersenyum.
**
Esok paginya.
"Sayang, kamu jangan terlalu cape. Jangan jalan terus. Udah gitu kalo duduk kakinya di lurusin aja. Nanti kalo di ajak main sama Niar jangan pergi. Kamu pokoknya harus sama aku. Dan-,"
"Mas, kita ngelakuin itu kemarin dan sekarang aku udah baik-baik aja."
"Semalem aku mau tapi inget kuliah. Takut kamu sakit."
"Ya, itu kamu tau. Kenapa semalem masih ngerengek minta, huh?!" kesal Armila.
"Emang dari dulu, La. Setiap deket kamu rasanya mau makan kamu terus."
Armila menatap horror suaminya yang sedang menyeringai.
Di kampus.
"Bagus, jangan pake lipstick atau apalah itu."
Armila mendegarnya sebal ia langsung membuka pintu mobil tetapi ada tangan kekar yang menahannya. Armila pun menengok lelah.
"Inget! Jangan dekat-dekat sama lelaki manapun. Aku bisa aja kasih pelajaran ke setiap lelaki yang ngedekatin kamu secara berlebihan." baru saja Armila ingin komentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESIF MINE (Completed) [OPEN PO]
Romansa^Blurb^ Kisah ini adalah kisah yang tak pernah terbayangkan. Bagaimana bisa teman lelaki semasa sekolah dasar bisa tahu tentang dirimu. Hingga sebuah kata sakral di lontarkan dengan mudahnya. Sampai pemuda itu tumbuh menjadi pemuda dewasa yang sanga...