Minggu ini Armila maupun Sande sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Sampai Sande yang ingin bertemu dengan isteri kecilnya itu harus menahan segala apa yang sekarang ada di hadapannya kini.
Sebagai seorang asdos, Sande telah absen terhitung seminggu full. Lihatlah bahkan ia seperti tak bermasalah dengan hal itu. Dosen semua memang mengakui bahwa sikap dingin dan sombong yang dimiliki oleh Sande adalah salah satu hal terkecil selain dari otak pintarnya yang menjadi satu hal yang besar.
Sande begitu mudahnya mengerjakan segala tumpukan kertas yang ada di mejanya. Hingga di berkas ke lima ia mulai mengingat betapa indahnya saat kemarin bersama sang isteri. Rasanya ia ingin cepat membereskan soal sampah ini.
What!
Soal sampah?
Fiks!, Sande adalah mahasiswa ter-brilliant yang sangat angkuh.
*
Di tempat lain.
Armila dan Niar sedang mencatat matkul hari ini di papan tulis. Niar begitu cerewet hingga sudah satu jam ia tak berhenti bicara. Ia menceritakan malam pertamanya dengan suaminya.
"Niar. Itu nggak boleh diceritain. Ya ampun, nih anak." kesal Armila sekedar canda.
"Sengaja. Ingin menggoda." jelasnya tertawa kencang.
Sungguh, Niar sangat tertawa kencang. Tetapi Armila malah mengingat saat kemarin bersama suaminya.
Ia bahkan tak sadar tersenyum.
"Hayoo, kamu kenapa senyum. Tuh, kan. Liat! Aku menang udah sukses godain kamu."
"Niar." kata Armila agar Niar berhenti untuk menggodanya.
"Gimana kalo kita bulan madu ke Maldives. Gimana-gimana setuju nggak?"
**
"Enggak!"
Armila dan Niar sama-sama menutup kedua telinganya. Bagaimana tidak suara Sande sangat menggelegar di dalam ruangan kosong, sunyi, ini. Bahkan Lana mengusap pelan dadanya.
"Santai, Bung. Bini gue." kata Lana sambil menarik Niar agar menjauh dari Sande.
"Lagian kamu ngapain si, bangunin singa molor?" tanya Lana kesal.
"Singa molor?" ucap Armila dan Niar bersamaan.
"Kasian tuh Armila nanti abis di makan sama dia."
"Maksudnya apa, si?" tanya Niar kebingungan.
"Udah yuk, kita pulang. Ayo sayang, malam ini kita mau masak apa? Hhee." tawa renyah Lana ia lemparkan pada Sande yang menggeram.
"Ayo, Sayang. Kita ke cafe, aku kenalin cafe terfavorit yang terkenal di bandung ini." sinis Sande pada Lana yang masih menatap sinis ke arahnya.
"Aku pulang ya, Sayang." kata Niar pada Armila.
"Sayang-sayang, dia tuh sayangnya aku tau." dumel Sande seperti anak kecil membuat Armila yang melihatnya terkekeh kecil.
Saat Niar dan Lana sudah menjauh. Sande menarik Armila ke parkiran.
"Mas, ini di kampus, kamu nggak bisa gini sama aku." ucap Armila takut.
"Emang kenapa si?, kamu malu punya suami kayak aku. Kenapa? Emang aku jelek. Banyak loh yang ngejar aku. Kamu nggak tau aja." dumel Sande yang masih seperti anak kecil.
Armila tersenyum kecil.
Di parkiran.
Di dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESIF MINE (Completed) [OPEN PO]
Romance^Blurb^ Kisah ini adalah kisah yang tak pernah terbayangkan. Bagaimana bisa teman lelaki semasa sekolah dasar bisa tahu tentang dirimu. Hingga sebuah kata sakral di lontarkan dengan mudahnya. Sampai pemuda itu tumbuh menjadi pemuda dewasa yang sanga...