22. Engagement

5.2K 246 16
                                    


Hari kemarin telah berlalu. Dan malam inilah hari pertunangan Armila. Sedari kemarin dirinya terlihat murung. Lihatlah matanya begitu sedih tak terlihat. Dirinya tak kuasa untuk hari ini.

Ia membantu sang bunda membuat kue bolu pisang kesukaannya. Hatinya mulai bahagia saat ibunda berbicara.

"Nak, kamu sama calon imam nanti, kalian itu bukan dijodohin. Tapi, ayah kamu yang minta calon imammu itu buat ngejagain kamu. Tapi juga calon imammu yang datang melamar."

Awal mendengarkan sedikit bingung. Tapi Armila paham. Aneh. Bahkan bundanya terlihat bahagia. Apakah bundanya kenal dengan calon imamnya itu?

"Sayang. Bunda sama ayah ingin yang terbaik buat kamu. Nanti malam dimana kamu dan dia bertunangan. Bunda tau itu sangatlah cepat secepat dua minggu lagi kamu akan melangsungkan pernikahan dengannya. Bunda harap kamu bisa menerimanya dengan baik."

Bundanya membawa adonan kue masuk ke dalam oven.

Armila melihat ada kebahagiaan di wajah milik bundanya. Karena itu Armila harus menerima semuanya.

Semuanya.

**

Setelah selesai sholat isya semuanya bersiap.

Akhirnya yang ditunggu datang dengan suara ketukan pintu rumah milik Armila.

Kedua keluarga ini sudah duduk berbincang diruang tamu. Seandainya kemarin ada tawaran makan malam tetapi ditolak halus karena mereka ingin mempercepat acara. Mungkin hanya makanan ringan dan santapan kue bolu pisang yang dibuat oleh Armila dan bundanya tadi siang.

Pemuda dengan setelan kemeja biru tua yang melekat di tubuhnya terlihat sangat pas. Rambutnya tertata rapih. Senyumannya sangat menawan. Bahkan perempuan manapun yang melihatnya pasti terpana.

Armila yang masih di dalam kamarnya masih tercenung.

"Aku belum siap ya Alloh. Aku harus apa. Jikalau aku tidak pulang hari kemarin apa aku bisa menjauhi mimpi yang nyata ini."

Bahkan pemikiran untuk kabur ada di dalam otak cantiknya Armila.

"Apa aku salah."

"Gimana kalo aku lari. Aku tau ini pemikiran yang nggak bener. Tapi aku nggak mau mimpi nyata ini aku ingin segera terbangun. Bangun, La, bangun, Armila."

Armila terus saja memejamkan mata lalu membuka matanya kembali. Ia melakukannya sebanyak tiga kali.

"Alloh Akbar."

Tak sadar air matanya terjun dengan mudahnya membasahi wajah cantiknya.

"Bunda. Ayah."

Suara ketukan pintu pun terdengar. Ketukan itu sangat lembut serasa dengan suara yang memanggilnya dari luar.

"Sayang. Anak bunda. Bunda yakin kamu bisa. Kenapa pintunya terkunci sayang. Bunda dan ayah sayang kamu."

Ceklek.. .

Armila tak mengusap air matanya yang masih mengalir di pipinya. Lihatlah bundanya Armila tersenyum sangat cantik.

"Sayang, kamu pernah dengar bahwa Alloh bilang, 'sesuatu yang kamu benci bisa jadi itu yang baik untuk kamu begitu dengan sebaliknya'. Kamu percaya dengan bunda. Bunda tau ini sedikit berat karena kamu belum sepenuhnya menerima ini."

"Umur aku masih muda, Bun. Bahkan aku nggak bisa jadi istri-,"

"Jangan ngomong kayak gitu."

Armila yang mendengar penuturan bundanya membuat dirinya lebih membuka mata bahwa ia harus menerima ini.

Setelah memberikan pelukan hangat dari bunda akhirnya Armila mau keluar dari kamarnya.

**

"Ayah, aku ada barang yang tertinggal di mobil nanti aku balik lagi."

Ayahnya hanya menggangguk lalu kembali berbincang.

Pemuda itu keluar lalu dengan cepat menyambar pintu mobilnya mengambil sesuatu.

"Sedikit lagi. Bismillah." ucapnya sendiri sambil melihat kotak cincin pertunangannya.

Sampai kembali ke dalam ia melihat gadis yang ia tunggu tiba dengan wajah yang sedih namun bibirnya tersenyum memaksa. Ia menyalami kedua orang tuanya lalu terkejut dengan ada dirinya dirumahnya kini.

"Bismillah kita mulai saja ya." suara ayah si pemuda.

Pemuda ini melihat gadis itu yang memejamkan matanya lalu menunduk.

"Nak, Armila. Kemarin kita sudah berbincang tentang kalian berdua. Alhamdulillah Alloh melancarkan segala yang kami rencanakan. Semoga nak Armila bisa menerima dengan lapang dada dan hati yang ikhlas. Kami melamarmu, nak. Dan kami akhirnya merencanakan pernikahan dua minggu kemudian. Maka kita ikat terlebih dahulu dengan ikatan pertunangan." jelas ayah si pemuda.

"Mari pak." ujar ayahnya Armila.

Pemuda ini membuka kotak cincinnya lalu menyematkan ke jari gadis yang berdiri di hadapannya.

Setelah itu giliran si gadis yang menyematkan cincin itu ke si pemuda dengan tangan bergetar. Pemuda itu tampak sabar walau sedikit sedih melihat si gadis yang terlihat memaksa.

Setelah itu ucapan 'Alhamdulillah' pun terdengar.

Kedua belah pihak ini pun akhirnya menyantap makanan yang sudah di sediakan.

Armila memainkan ponselnya. Ia mencoba menelpon Niar tetapi nihil. Niar tidak mengangkatnya. Apa Niar sudah tidak percaya lagi padanya?

"Ternyata kamu lebih tertarik sama ponsel kamu ya."
Kemudian,
"Nggak pa-pa." ucap pemuda ini yang berdiri disamping Armila.

"Kenapa kamu-,"

"Mas, panggil saya, Mas."

Keduanya saling menatap satu sama lain. Yang satu menatap sedih, tak percaya dan yang satunya lagi menatap sayang.























Gengs, Armila nya sedih masa, kan acu jadi ikutan sedih. Eh tapi eh tapi, Armila tunangan sama siapa? 😱

Pilih sesuka hati kalian, Armila tunangan sama:

1. Faqih, cinta pertamanya.

2. Samul, yang berjanji akan kembali ke cinta pertamanya.

3. Lana, yang jatuh cinta dengannya.

Atau

4. Sande, yang. Yang apa yak 🤔

^Kenapa aku menomorkan Sande di nomor 4, karna Sande kan sama acu^ ehe 🤭 😌

Aku gantung dulu ya ceritanya biar kayak dia yang pernah gantungin aku eh 😜 🤭

Dan maapkan kalo pendek ceritanya biar kayak dia yang pernah memperpendek jarak sama aku eh 😅

Serta demi kamu apapun akan aku lakukan untuk membuat kamu bahagia, 👻

Eitss!!

Tapi boong 😅

Eh eh maap maap 🤭

Sayang kalian 😘

POSESIF MINE (Completed) [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang