58. A Game

3.4K 234 24
                                    

Jum'at malam ini keempat pasangan suami isteri ini berada di cafe milik Sande. Setelah kejadian kamis sore kemarin bersama Rengga, Sande memilih untuk memaafkan semuanya begitupun dengan Rengga. Ia berharap Sande masih mempercayainya.

Pukul setengah delapan ini ketika mereka, Sande, Armila, Niar, dan juga Lana. Mereka berempat sudah duduk di bangku cafe dengan meja yang bundar. Rengga pamit pulang, Sande pun bertanya bukannya ia tidur disini kenapa harus pergi kita kan ingin bermain. Namun, Rengga berkata lembut dan pelan, katanya ia tidak pantas berada disana setelah apa yang sudah ia perbuat. Lana pun terbawa suasana akan hal itu, ia bilang pergi saja deh nggak usah lama-lama disini. Lana terkejut bukan main saat Sande menggelepak kepalanya. Semua yang berada disitu tertawa bebas. Hingga Sande tersenyum sangat menawan membuat Niar melihatnya kagum.

"Dek, abang gigit nih kalo ngelihat Sande kayak gitu." ancamnya.

"Ya ampun, Mas, kagum bentaran doang ih. Kebangetan nih orang udah mulai posesif nih sama aku, La." canda Niar membuat Lana tersipu malu.

"Alhamdulillah deh." kata Sande dengan seringainya bahkan hanya Lana yang dapat melihat itu.

"Aku di ajarin, Yang, sama Sande." elak Lana.

Niar hanya tertawa mendengar elakan dari suaminya itu.

Tiba-tiba,

"Rengga, kalo kamu mau ikut main juga nggak pa-pa. Lagian kita nggak masalah kok."

"Makasih banyak ya, La. Kamu emang orang baik. Yaudah guys gue tetep pamit ya, have fun." kata Rengga pamit dengan tersenyum lembut.

Sande melihat reaksi Armila yang sedikit terkejut. Entah terkejut dengan balasan Rengga atau dengan sesuatu yang lain. Sungguh ia sedang tidak ingin marah ataupun menyalahkan isteri kecilnya itu. Seharusnya dirinya lebih mengerti bahwa isterinya itu adalah seorang yang sangat perhatian. Sande pun membuang napas sedikit kasar. Lana yang ternyata memperhatikan hanya mengusap bahu Sande pelan.

"Okeh, sekarang kita mulai permainannya aja yaa." kata Niar ceria agar tak terlihat tegang sekali karena kejadian barusan.

"Siap sayang. Ini mungkin permainan udah klasik banget. Mungkin diantara kalian berdua udah pernah main ini?" tanya Lana.

"Sewaktu aku SMA." respon Armila.

Sedangkan Sande hanya menggelengkan kepala dan menggedikan bahu.

"Yaudah gue bakal putar botol kecap kesayangannya Sande ini sekarang."

"Enak aja lu!"

Sentak Sande di jawab tawa oleh Lana.

Botol kecap berukuran besar itu telah di putar oleh Lana dan seolah mengerti apa yang dikatakan oleh Lana entah mengapa botol itu berhenti tepat pada Sande yang sedang duduk menyender.

'Gue harap ini berhenti terus di kalian berdua.' kata Lana dalam hati.

"Elo, San! Haha gue bilang juga apa, jangan sok lo jadi orang. Malem ini gue mau balas dendam sama lo karena tadi lo udah ngelepak kepala gue dengan mudahnya." tawa devil Lana meledak.

"Boleh." respon Sande dengan santainya.

"Asal lo tau, permainan ini hanya seorang pengecut yang bakal pilih tantangan dibanding pilih kejujuran."

"Oke. Lu mau apa?, gua bakal pilih jujur."

Armila dan Niar, keduanya seakan sedang menonton serial drama remaja yang sedang bertengkar. Percayalah, bahkan keduanya seperti tak di anggap dalam permainan tersebut.

Lana langsung menarik Niar lalu berbisik kepadanya.

"Gimana?"

"Aku setuju." jawab Niar.

POSESIF MINE (Completed) [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang