"Jangan salahin saya, La. Kalo kamu besok nggak bisa berjalan."
Kini,
Wajah cantik nan manis yang sudah meneteskan air mata itu seketika memucat.
**
Apa yang di dapat oleh Armila selama yang ia lewati bersama suaminya adalah sebuah ketakutan tersendiri baginya. Bagaimana tidak ia menahan segala ketakutannya, dimana saat ia melihat suaminya marah atau dimana saat suaminya itu memperlakukannya.
Sungguh, Armila sangat tahu jikalau suaminya itu melakukan itu semua hanya untuk kebaikannya. Hanya untuk dirinya. Karena suaminya itu begitu sangat mencintainya. Jika ingin seperti itu, perlahanlah. Dirinya bahkan sudah memilihnya, dirinya sudah menerima perasaan anehnya. Dirinya juga bahkan telah menerima semua perlakuan lembut dari suaminya tapi tidak dengan paksaannya.
Seperti sekarang ini, Armila memucat di tempatnya saat mendengar ucapan dari suaminya. Ia takut semua yang ia takuti terulang kembali dimana dirinya dipaksa melakukan 'itu' walaupun mereka sudah sah, tapi dirinya masih belum siap.
Sekarang suaminya memintanya untuk memejamkan kedua matanya. Seluruh tubuh Armila bergetar tak tertahankan. Ia mengikuti semua perintah suaminya. Ia mulai memejamkan kedua matanya. Disamping itu badannya bergetar hebat dengan kedua tangannya memegang erat jilbabnya. Sebelum itu ia sangat melihat dengan jelas jikalau suaminya itu menatapnya tajam dan dingin dengan kedua tangan yang terkepal. Sungguh, ia sangat ketakutan sekali karena takut dengan apa yang akan diperbuat suaminya saat ini.
Tak lama, ia merasakan dekapan yang sangat erat. Tubuhnya seketika berhenti bergetar. Ia mulai merasakan hembusan napas yang teratur, tentram, dan tenang.
Pelukan erat ini sangatlah erat.
Benar-benar sangat erat.
Rasanya Armila ingin menangis.
"Isteriku, sungguh dengan memelukmu saja sudah hilang amarahku. Bagaimana jika lebih dari ini. Aku sangatlah lemah jika berhubungan denganmu maka percayalah denganku. Dengan itu aku merasa aman. Jika harus seperti tadi, aku sangat ketakutan. Aku takut saat kamu mengatakan hal yang sangat tidak kusukai itu. Aku mohon percaya padaku. Kamu adalah satu-satunya dari sebagian diriku. Tanpa kamu aku bukanlah diriku."
Armila terisak.
Ia terisak saat mendengar suaminya menangis memohon dengannya. Ia sangatlah seperti anak kecil. Ia berpikir tidak baik jika masalah diselesaikan dengan cara melarikan diri. Mulutnya ini sangatlah mudah mengatakan kata yang bahkan Rosul pun tak menyukainya.
Armila memeluk erat suaminya. Ia meminta maaf. Bahkan ia rela jika suaminya itu ingin menghukumnya.
"Aku minta maaf, Mas. Aku salah. Aku sangatlah salah. Aku minta maaf."
Armila meloloskan dirinya dari pelukan lalu memegang erat kaki suaminya.
"Maaf, aku sering sekali mengatakan kata yang kamu benci. Maaf."
Sande mengangkat tubuh Armila, membuatnya berdiri lagi.
"Aku minta maaf atas segalanya. Dan aku memaafkan kamu."
"Aku yang minta maaf."
"Jangan di ulangi lagi." jelas Sande lembut.
"Janji." kata Armila berjanji.
Keduanya kembali berpelukan erat dengan senyum yang mengembang.
**
Keesokan harinya. Keduanya sibuk dengan kelas kuliah mereka masing-masing.
Di sore harinya setelah sholat ashar. Keduanya memasuki cafe dengan tenang.
Sampai di dalam.
"Demi Alloh, San. Apa yang lo pikirkan hingga membuat Velin mengandung anak lo. Dia udah cerita segalanya. Apa maksud lo semua ini. Jawab, San?!" marah Rengga.
Sande langsung mendorong Rengga hingga terjungkal kebelakang. Baristanya langsung menengahkan. Untungnya cafe di sore ini cukup sepi. Pelanggan lebih banyak di luar.
"San?"
Rengga terkejut. Ia mengaduh sakit karena dirinya terkena meja barista cafe dan itu di luar perkiraan Sande. Bahkan Sande pun ikut terkejut.
"Gua udah tau semuanya, Ngga. Makasih lu udah nunjukin diri lu yang sebenarnya." ucap Sande tenang.
Rengga begitupun dengan Velin yang berdiri disampingnya saat tergagu.
"San. Dari kecil kita selalu bareng. Dan lo selalu cerita tentang Armila lo itu. Awalnya gue biasa aja tapi lama-kelamaan lo bikin gue penasaran. Sampe dimana lo cerita kalo lo bakal nikah sama dia. Dan gue berpikir begitu mudahnya lo bilang kayak gitu. Awalnya gue nawain lo doang karena lo lucu. Mana mau Armila sama cowo brandalan kayak lo.
Tiba gue disini. Gue ketemu seorang gadis yang gue temui di rooftop cafe. Senyumannya saat liat pemandangan bandung di atas cafe ini, itu manis banget. Sampe gue pikir, gila nih cewe baru ketemu udah bikin gue jatuh cinta. Dan gue berasumsi kalo gue udah jatuh cinta pada pandangan pertama.
Sampe gue kenalan, dia bahkan nggak mau ngasih tau namanya, San. Disitu gue semakin jadi untuk kenal dekat sama dia.
Dan lo meluk dia di depan gue, San. Ternyata gue baru sadar. Kalo cewe yang udah bikin gue jatuh cinta pada pandangan pertama itu, isteri lo." jelas Rengga dengan emosi yang menggebu.
"Gua minta maaf, Ngga. Bagi gua, lu itu adalah teman dekat, sekaligus sodara baik gua. Lu udah dengarin segalanya tentang gua. Tapi maaf, Armila memang harus ada dalam genggaman gua. Karena yang gua mau hanya dia." jelasnya lalu beralih pada Armila.
"Aku akui aku egois, Sayang. Maaf. Maka dari itu aku nggak bosen untuk minta maaf terus sama kamu. Karena apa yang aku lakuin memang salah, aku yang terlalu egois, keras kepala." jelasnya dengan tatapan sendu pada Armila.
Velin menggenggam kedua tangan Armila.
"Gue minta maaf, Armila. Gue terlalu terobsesi sama Sande. Andai dia tau, gue suka sama dia semenjak kita sekelas di kelas yang sama. Dimana Rengga cerita kalo Sande udah punya cewe lain tapi bukan anak sekolah kita. Dari situ gue nggak rela, La.
Tapi sekarang. Gue ketemu langsung sama lo. Gue minta maaf banget, La. Gue ngalah buat lo. Bukan buat Sande. Cukup Sande udah bikin gue sakit hati.
Dan lo jangan."
Setelah menjelaskan itu, Velin melangkah pergi keluar dari Cafe.
Kini.
Rengga masih tak percaya dengan apa yang ia lakukan. Ia melangkah keluar dari cafe dengan perasaan yang sangat berantakan. Sande langsung menghentikan langkah Rengga dan berkata,
"Sebelum lu minta maaf, udah gua maafin. Gua minta maaf, Ngga." ucap Sande sambil terkekeh kecil.
Dan Rengga pun ikut terkekeh.
"Sorry brother. I'm so sorry. Gue menyesal. Maaf, Armila."
Armila pun mengangguk.
Dan keduanya pun berpelukan.
Armila yang melihatnya pun ikut senang.
Karena persahabatan adalah celah dimana jika persabahatan itu dikatakan jika seorang dari mereka melakukan suatu kesalahan namun yang lainnya bisa mendorong agar seseorang itu berubah menjadi baik sedia kala, seperti biasanya. Bukan malah bikin salah malah ditinggalkan. Tapi diselesaikan secara seksama.
Yuuuuuuk hayuuuuuuuuuk, bentar lagi menuju ending gengssss... 🤭
Apa pendapat kalian kalo cerita POSSESIF MINE ini TAMAT (?)
Dan,
Harapan kalian untuk akhir dari kisah cerita cinta mereka yang rumit dengan bumbu konflik lumayan meng-obrak-abrik hati klean, bagaimana zheyenk²nya akuuu 😁
Thank you for vote and comment nya y zheyenk 😘
🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESIF MINE (Completed) [OPEN PO]
Romantik^Blurb^ Kisah ini adalah kisah yang tak pernah terbayangkan. Bagaimana bisa teman lelaki semasa sekolah dasar bisa tahu tentang dirimu. Hingga sebuah kata sakral di lontarkan dengan mudahnya. Sampai pemuda itu tumbuh menjadi pemuda dewasa yang sanga...