Tiga bulan berlalu.
Setelah kejadian saat dimana ia di cium oleh Sande ditempat umum. Ia sudah tidak mengijinkan suaminya itu untuk melakukan hal seperti tiga bulan lalu. Tetapi Sande tetaplah Sande, ia terkadang selalu berhasil mencuri ciuman saat Armila sedang sibuk ataupun terdiam. Sampai keduanya telah larut dalam suasana yang mereka ciptakan sendiri.
Minggu kemarin Sande telah wisuda sedangkan Armila masih menunggu beberapa minggu sambil KKN. Saat KKN pun Sande mengambil alih agar isterinya itu magang di cafe yang ia jalani namun ditolak keras oleh isterinya.
"Emangnya kamu mau magang dimana? Hm?"
"Aku mau coba ke sekolah aku dulu. Kali aja bisa dapet jasa ngajar disana." ucap Armila santai.
"Jadi, kamu tinggal di rumah bunda, gitu?"
"Iya. Mungkin sebulan aku disana atau bisa lebih." ungkap Armila dengan sangat mudahnya.
Ia tak tahu bahwa Sande sudah mengeraskan rahangnya sekaligus kalang kabut karena isterinya mengucapkan itu dengan sangat santainya. Lihatlah, sekarang Armila sedang menikmati duduknya di sofa mini dengan ponsel ditangannya.
"Aku nggak izinin!"
Saat itu juga Armila langsung menengok ke arah Sande yang berdiri tak jauh darinya. Karena postur tubuh Sande besar dan tinggi menjulang membuat Armila mendongak lebih.
"San, sebulan ini aja kamu bisa nggak pengertian sama aku. Aku udah mau beres kenapa kamu halang-halangi." kata Armila tertahan.
"Aku ngertiin kamu tapi kamu yang nggak ngertiin aku."
Armila terkejut mendengar apa yang baru saja Sande ucapkan.
"Kamu egois, San." finish Armila.
"Memang!"
Armila melihat Sande tak percaya.
"Magang di cafe aku atau enggak sama sekali! Hm?"
"Kamu ngancam aku, San." kata Armila tertahan hampir saja teriak.
"Anggap aja seperti itu." ucapnya santai.
"Enggak." kata Armila beringsut bangun dari duduknya ingin pergi namun kalah cepat dengan Sande yang sudah menahan pergelangan tangan kanannya.
"Mau kemana?"
"San, aku nggak ngerti ya sama kamu. Kamu kenapa terlalu ngekang aku. Aku juga mau bebas. Aku punya hidup aku juga, San. Kamu nggak bisa ngatur aku sampe segitunya."
"Inget, aku itu suami kamu—dan kamu itu isteri aku kalo kamu lupa."
"Aku tau, San. Tapi untuk hal kayak gini aja kamu nggak bisa ngertiin aku. Makanya kenapa aku izin—yaitu karena kamu itu suami aku. Aku harap kamu paham dan percaya sama aku."
"Aku percaya sama kamu. Tapi aku nggak percaya dengan diluar sana."
"San, aku isteri kamu. Aku juga tinggal dirumah bunda—rumahku juga. Apa salah?, ayahku juga ada kalo kamu lupa."
"Justru ayah kamu yang pesen aku agar selalu jagain kamu." kata Sande tertahan.
Armila terdiam.
"Jadi, kalo ayahku nggak pesen mungkin kamu nggak akan ngekang aku kayak gini. Ayahku nggak kayak gitu. Ayahku masih memiliki batasan, enggak kayak kamu."
"Memang!, ini semua keinginan aku. Udah tau kenapa kamu masih tanya. Maaf, La, saya memang berhak ngatur kamu dan bagi saya nggak ada yang namanya batasan. Kamu harus nurut sama saya." finish Sande tertahan agar tak membentak isterinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESIF MINE (Completed) [OPEN PO]
Romansa^Blurb^ Kisah ini adalah kisah yang tak pernah terbayangkan. Bagaimana bisa teman lelaki semasa sekolah dasar bisa tahu tentang dirimu. Hingga sebuah kata sakral di lontarkan dengan mudahnya. Sampai pemuda itu tumbuh menjadi pemuda dewasa yang sanga...