Kemacetan di pagi hari yang cerah ini tak membuat gadis manis berjilbab pashmina coklat muda masih setia duduk di angkot yang lumayan pengap.Bandung adalah pilihan kota yang gadis ini sukai. Dari lingkungannya sampai cuaca hari ini yang cerah luar biasa.
Ia melihat jam di tangannya. Jari telunjuknya mengetuk layar ponsel. Kenapa pagi ini macet sekali. Ah~ ia melihat jam di tangannya masih baik-baik saja.
Tapi tak lama ponselnya berdering.
"Halo, Assalamu'alaikum."
"..."
"Ya, aku masih di dalam angkot."
"..."
"Apa?!"
"..."
Sekali lagi ia melihat jam di ponselnya.
"Ya Alloh, jam tangan aku ngaco." ucapnya lalu terhempas dari ponselnya yang masih ia genggam.
"Bang, ini macet ada apa ya?"
"Itu kayaknya ada anak sekolahan yang tawuran, neng."
Ia hanya bergumam lalu mengambil uang setelah itu keluar dari angkot.
Ia menyusuri pinggir jalan yang masih dipenuhi oleh mobil dan motor. Menemukan kost-nya yang berjarak kurang lebih 15 menit dari kampus yang membuatnya harus menaiki angkot atau menebeng dengan teman kampusnya. Itu pun kalau ada.
Jalan kaki adalah pilihan dia jika bangun terlalu pagi yang menghabiskan waktu 20 menit dari kost-an sampai ke kampusnya.
**
Ruangannya sudah sepi. Hanya dirinya. Sudah beberapa hari ini menjadi anak baru membuatnya mulai tahu dimana semua letak ruangan di kampus yang ia tempati.
Ia terduduk, tertinggal di kelas disaat dilanda tidur larut dan akhirnya bangun kesiangan sampai tak sadar kalau jam di tangannya pukul 8 yang nyatanya sudah pukul 10.
"Oi, neng. Shubuh-shubuh." kata gadis yang masuk kelas lalu duduk disampingnya.
"Itu si tepat waktu. Abis shubuh tidur lagi. Alhasil kesiangan." jawabnya lesu.
"Lagian, beli kek jam dinding. Liat jam di ponsel, kan juga bisa."
"Lupa."
"Dasar, Armila." cubit pelan pipi Armila bak squishy.
Temannya bernama Niar memakai jilbab pashmina merah terang. Ia membagi catatan matkul yang sudah tertinggal karena topik jam ngaco.
Armila hanya memotret catatan tersebut.
"Yakin, jelas?" tanya Niar menggoda.
"Yakin." respon Armila mulai mencatat.
"Oke deh, kalo gitu aku tinggal ya. Nungguin aku juga nggak apa. Nanti aku kelar jam 12-an ya cinta."
"Iya, Mak Niar." canda Armila.
"Oke bye."
Hanya suara deheman yang terdengar oleh Niar.
**
Sudah satu jam Armila mencatat rangkuman matkul. Saat sedang mencatat sebelum pergi Niar selalu saja menganggunya.
Akhirnya Armila keluar dari kelas. Setelah itu ia mencari dimana ruang kelas Niar. Sesaat ingat kalau tadi Niar tidak memberi tahu dimana dia masuk kelas.
Sambungan pun terhubung.
"Halo."
"..."
"Iya, tapi, "
"..."
Saat Armila ingin menjawab. Armila terdorong dari belakang sampai buku-buku yang ada di tangan kanannya berjatuhan. Dengan sembarang ia mengapit ponselnya pada telinga dan bahunya. Lalu berjongkok seraya mengambil buku-buku sampai tak sadar kalau ada yang membantunya untuk merapihkan semua bukunya.
"Makasih." ucapnya sambil berdiri masih membelakangi dan belum melihat siapa seseorang itu.
"Assalamu'alaikum, Armila." salamnya yang berada di hadapan Armila saat ini.
Suara itu.
Suara disaat seseorang dulu yang pernah ada di hidupnya. Senyali Armila menengok ke arah sumber suara dan melihat siapa pemilik suara tersebut.
"Sande."
**
Armila mematung saat Sande kini duduk berhadapan dengannya dengan senyum yang membuat di sekitarnya mencuri pandang padanya.
Dia menggunakan kemeja army dan celana levis. Rambutnya tertata rapih tapi sedikit agak berantakan saat tadi tak sengaja tertiup angin.
Semilir angin itu juga ternyata membuat jilbab yang digunakan Armila sedikit koyah dan membuat rambutnya terlihat beberapa helai.
"Rambut kamu kelihatan sedikit. Tapi aku bakal tanggung jawab."
"Hah." kaget kecil Armila membuat yang mendengarnya gemas melihat wajah lucu Armila.
"Kabar kamu gimana?"
"Alhamdulillah baik. Dan semoga kamu juga. Aamiin." balas Armila.
"Aamiin. Apalagi ditambah sama kamu. Aamiin." jelas Sande membuat yang mendengarnya bertanya apa maksudnya.
"Kamu lucu banget, si, Armila kalo lagi mikir. Bikin aku gemas." ucap Sande lalu terkekeh kecil.
Belum sadar apa yang dikatakan Sande tiba-tiba sudah dilontarkan pertanyaan.
"Kamu inget nggak, dulu kita pernah duduk bareng?"
"Enggak." respon Armila mulai canggung karena tahu betul kalau dulu Armila yang tidak ingin sebangku dengannya.
Sande hanya tersenyum. Sangat tampan.
"Nggak pa-pa kalo kamu nggak inget. Biar aku sendiri aja yang inget."
Armila yang merasa situasinya tidak enak. Hatinya mulai menyuruhnya untuk pergi.
"San, aku mau ke temenku dulu." ucap Armila membereskan buku-bukunya sambil berdiri.
"Aku temani." ucap Sande berdiri juga sambil merapikan buku Armila.
"Nggak apa, nggak usah. Aku bisa sendiri."
"Okeh."
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Sande melihat gadis itu pergi dengan tatapan tajam.
Itu gadisnya.
Miliknya.
Hoamm, ngantuk aku tuuu. Tapi ada yang minta double up. Udah dikasih tuh hm 😌
Hati-hati, Sande bisa mencuri hati kalian diam-diam.
Mulai panik dengan kemunculan Sande.
Tenang 😎
Yaudah.
Jadi.
Sekarang.
Mulai.
Saatnya.
Tidur.
😴
Mimpi indah sayangkuh 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESIF MINE (Completed) [OPEN PO]
Romans^Blurb^ Kisah ini adalah kisah yang tak pernah terbayangkan. Bagaimana bisa teman lelaki semasa sekolah dasar bisa tahu tentang dirimu. Hingga sebuah kata sakral di lontarkan dengan mudahnya. Sampai pemuda itu tumbuh menjadi pemuda dewasa yang sanga...