48. Mengulang

5.2K 244 15
                                    


Tak menunggu lama Sande mendorong lelaki jangkung itu sampai mundur ke belakang. Sande menatap tajam lelaki itu sedangkan ia menyeringai.

"Masih inget gue?, Sande." ucapnya mempermainkan.

"Sekali lagi lo coba berhentiin gue buat deket dari Armila. Gue nggak segan-segan cerita semuanya sama Armila. Iya nggak, Sayang."

Sande malas mendengarnya sehingga ia menarik Armila menjauh dari lelaki jangkung yang tingginya hanya beda dua centi di bawah Sande.

"Kamu kenal sama dia? Dia teman aku waktu sekolah menengah atas. Aku nggak nyangka dia bakal dateng ke acara pernikahannya kak Faqih." jelas Armila termenung.

"Kenapa kamu jadi takut gitu?" tanya Sande curiga.

"Sebenernya, dia pernah cerita sama aku tentang, dulu sempet ada anak lelaki dari sekolah lain yang incar aku. Tapi sampe sekarang aku nggak tau siapa lelaki itu."

"Kamu nggak perlu tau. Jangan dekat-dekat sama dia. Dan jangan percaya sama apa yang dia ceritakan ke kamu."

"Tapi, Mas. Waktu itu, dia beneran di pukul sama lelaki itu. Bukan dia aja, bahkan semua temannya. Itu yang buat aku percaya. Dan, kak Faqih juga percaya."

"Apapun alasannya, aku nggak suka kamu dekat sama dia. Kamu cuma perlu percaya sama aku. Paham!"

"Mas, kamu seakan menyembunyikan sesuatu. Please tell to me, do not until I don’t believe you anymore."

"Semuanya baik-baik aja. Kamu jangan berpikir buruk tentang aku."

"Kamu bahkan nggak sadar udah ngancam dia. Padahal kamu nggak kenal sama dia."

"Sekarang aku tanya, kenapa dia tau nama aku?"

Untuk sesaat Armila terdiam. Mengiyakan bahwa itu benar, mengapa dia bisa tahu nama Sande. Padahal sebelumnya mereka belum pernah bertemu.

**

Hari ini acara pernikahan Faqih berjalan dengan lancar mulai dari ijab kabul sampai sore hari ini semua tamu yang datang sedang menikmati hidangan yang tersedia.

Faqih berusaha agar membuat Sande tenang. Karena ini adalah hari pernikahannya dan bukan ajang bela tinju. Ia ingat ketika adik kelasnya membuat onar sehingga berhasil membuat singa terbangun dari tidurnya. Sande terus menatap tajam saat isterinya terus bercengkrama dengan teman sekolahnya dulu.

"Kabar kamu gimana, La. Kayaknya baik ya. Alhamdulillah aku seneng sama keadaan kamu sekarang. Udah punya pacar?" tanyanya to the point membuat Armila terkejut.

"Iya, Alhamdulillah. Aku juga seneng kamu baik-baik aja kayak sekarang ini."

"Aku lagi nggak baik. Lebih tepatnya hati aku, La."

"Hati kamu kenapa?"

"Hati aku pergi ninggalin aku dan sekarang dia udah ada di hadapan aku. Kamu mau tanggung jawab atas hal ini? Sebelumnya aku minta maaf, La, karena udah lancang ngomong kayak gini sama kamu.

Jujur, semasa kita sekolah menengah atas dulu. Aku sangat menyukai kamu, La. Tapi aku nggak bisa bilang karena kamu bukan wanita sembarangan dan aku sangat menghargai kamu.

Selama itu, La. Aku harus keluar negri dan aku bersikeras untuk pulang dan kuliah di indonesia. Setahun akhirnya aku bisa kuliah disini, La. Doa aku si maunya bakal satu univ sama kamu ternyata, kita tetanggaan.

Tahun kedua aku berhasil ketemu sama kamu, La. Tapi ada satu hal yang buat aku penasaran. Lelaki itu, La. Lelaki yang incar kamu. Dia ada di gedung yang sama kayak kamu.

Sampe dimana satu titik aku sama dia bertemu. Dan dia buat aku hancur lagi, La." jelasnya sambil menatap ke arah Sande.

"Shit!"

"Istighfar, San. Armila bakal marah kalo liat kamu kayak gini. Tahan, saya bakal bantuin kamu. Saya yakin kamu sebenarnya orang baik hanya cinta kamu aja yang berlebih terhadap Armila. Saya paham. Karena saya pernah ada di posisi kamu." usap Faqih pada bahu Sande.

Sande merasa tenang untuk hal ini. Ia mencoba menyerahkan segalanya dengan Robb nya.

"Aku nggak bisa jalan sampe sebulan, La. Sama laki-laki yang incar kamu itu. Apa sekarang kamu percaya kalo lelaki itu Sande."

Bagai angin semilir di hari pernikahan kakak kelasnya ini. Ia terkejut mendengar apa yang di sampaikan oleh teman setingkatnya.

Sande. Lelaki misterius yang membuntuti dia selama ini.

"Kamu yakin?" tanya Armila mencoba tenang.

"Dia suami kamu, kan. Aku udah tau semuanya, La." jelasnya termenung.

Armila sangat merasa sedih untuk mendengarkan hal ini.

Bagaimana?

Apa yang harus dia lakukan?

Kini, Armila menatap Sande dari jauh. Ia melihat Sande menahan segala amarahnya. Ia sangat terlihat tegar.

Ooh Alloh. Tolong aku. Batin Armila.

Armila memilih pergi dari keramaian. Dengan gaunnya yang siapapun yang melihatnya sangat mempesona. Lelaki yang bersama Armila, Sande, dan Faqih pun terkejut melihat Armila pergi.

Sande melihat itu cepat mengejar sampai tak melihat setiap orang yang ia tabrak.

"Maaf,

Maaf,

Maaf." kata Sande sambil mengejar Armila yang kian menjauh.

Ia akan sangat marah besar jika Armila ingin lari darinya.

Lebih tepatnya,

Putus asa.

**

"Aku harap kamu menyerah dan pilih aku, La." katanya.

*

"Saya berharap dia pilih sesuai dengan isi hatinya." gumam Faqih.

***






Ada salam dari Armila. Kata dia, kira-kira kalian suka nggak sama ceritanya Hara? 😁

 Kata dia, kira-kira kalian suka nggak sama ceritanya Hara? 😁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Gimana nih, kok aku jadi ikut sedih liat Armila yang bingung harus percaya sama siapa atau siapa yang sekarang harus jadi sandaran nyata dari Robb nya 😥

Kalian udah bisa tebak lelaki itu siapa, yang ngobrol sama Armila? Jawaban kalian yang part sebelumnya SALAH zheyenk 🤭

Kutunggu vote+commentnya kalo bisa yang banyak biar aku cepet update lagi. See you~ 😘

💋💋💋






POSESIF MINE (Completed) [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang