Sande melajukan motor besarnya dan ia mulai membelah jalan raya seperti orang kesetanan. Di hatinya selalu menyebut asma Alloh, ia berdoa agar tak terjadi sesuatu yang sekarang telah membuat dirinya gelisah.Setelah dari rumah sakit, Sande menelpon Niar dan mencari tahu dimana Armila. Awalnya Niar terkejut mengapa Sande ingin tahu dimana sahabatnya itu. Sande tak bisa menunggu lama, ia memaksa bahwa cepat katakan Armila dimana. Akhirnya Niar bilang kalau dirinya terlambat datang ke resto karena tugasnya selesai di waktu yang bersamaan anak-anak kelas bahasa selesai juga. Lalu mereka semua kembali pulang ke rumahnya masing-masing.
Petang ini. Adzan maghrib terdengar dan Sande belum menemukan dimana isteri kecilnya berada.
Sande menenangkan dirinya. Ia sholat di masjid dan setelah itu mulai mencari dimana keberadaan Armila.
"Sayang. Kamu dimana. Ya Alloh, dimana isteriku?"
Sande tak putus asa. Ia sekarang sudah berada di depan apartment seniornya.
**
Setelah melaksanakan sholat maghrib. Lana mengajak Armila untuk makan bersama. Armila sedikit menolak tetapi ia mencoba mengikuti apa kemauan seniornya ini.
"Kamu mau makan apa?, kita mau go-food aja atau mau makan di luar?, aku ikut kamu." tanya seniornya memegang ponsel sambil terus menatapnya.
"Um, aku mau makan di luar. Tapi itu juga kalo Mas, mau." jawab Armila hati-hati.
Ia bahkan menjawabnya dengan menggigit kecil pipi dalamnya.
"Okeh."
Mendengar jawabannya Armila sedikit terkejut tapi ia tutupi agar tak ketahuan. Ia mencoba menahan semua tindakan yang dilakukan seniornya itu walau tindakannya masih sewajarnya seperti memeluknya dan menggenggam tangannya dan yang lebih bahaya tadi seniornya itu memaksa menciumnya tetapi demi Tuhan, Armila menangis saat itu juga. Bahkan saat dirinya dipeluk dan di genggam tangannya saat itu jugalah ia ingin menangis. Tapi ia ingat bahwa dirinya telah terkunci di apartment milik seniornya ini. Dan ia mencoba menahan agar tak terjadi sesuatu yang lebih bahaya lagi dari ini.
'Astaghfirullohal'adzim.' batinnya.
Saat Lana membuka pintu apartmentnya. Saat itu juga ia mendapat pukulan bertubi-tubi. Armila hampir teriak karena melihat pukulan yang datang tiba-tiba.
"Sande." gumamnya pelan.
Saat itu juga dengan sisa tenaga Lana mendorong Armila sangat kuat hingga jatuh tepat dibelakang pintu apartment. Ia menggapai gagang pintu agar Armila terkurung di dalam. Tetapi kalah cepat dengan Sande yang melempar tubuh Lana hingga terjungkal ke depan. Buru-buru Sande menggenggam Armila lalu mendekati motor.
Lana tak tinggal diam. Ia mengejar Armila. Armila melotot saat lengan kirinya di gapai Lana. Ia tak habis pikir. Lana masih bisa terbangun saat dirinya sudah dipukul dengan sangat membabi buta oleh suaminya, Sande.
Sande menyesal telah membawa motor yang sangat mudah jika ingin menangkap seseorang. Ia mendorong Lana dengan kakinya. Armila yang melihatnya histeris.
"Ambisi aku lebih besar ketimbang bocah tengil ini. Dan yang lebih pentingnya lagi milikku lebih besar dari dia, Sayang." ujar Lana sambil menyeringai.
Kata terakhir yang di ucapkan oleh Lana mengandung kata ambigu, apa yang ia maksud dari kata 'milikku lebih besar dari dia'.
Hell!
Sande memukul Lana hingga terkapar. Armila melihat tubuh keduanya yang sama besarnya dan sama tingginya. Okeh, mungkin yang dimaksud seniornya itu adalah tubuh mereka. Tetapi kalau dilihat mereka memiliki tubuh yang sama besarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESIF MINE (Completed) [OPEN PO]
Romance^Blurb^ Kisah ini adalah kisah yang tak pernah terbayangkan. Bagaimana bisa teman lelaki semasa sekolah dasar bisa tahu tentang dirimu. Hingga sebuah kata sakral di lontarkan dengan mudahnya. Sampai pemuda itu tumbuh menjadi pemuda dewasa yang sanga...