14

1.3K 206 6
                                    

Jisoo menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tamu rumahnya. Dia baru saja sampai ke rumahnya. Tiba-tiba, hidungnya mencium sesuatu dari dapur. Seperti bau kue. Jisoo pun berdiri dan langsung berlalu ke dapur. Disana sudah ada sang Ibu dan Lisa yang tengah sibuk membuat kue. Jisoo tersenyum, lalu mendekati Lisa serta Ibunya. Jisoo mengusap puncak kepala Lisa yang duduk di kursi roda. Membuat Lisa menoleh dan tersenyum pada Jisoo.

"Lagi bikin apa sih?" Tanya Jisoo penasaran.

"Lisa mau belajar bikin kue katanya." Sang Ibu mewakilkan Lisa untuk menjawab pertanyaan Jisoo.

"Wah," Jisoo menatap Lisa dengan wajah berbinar, "Benarkah itu, Lisa-ya?"

Lisa mengangguk, "Unnie harus menjadi orang pertama untuk mencobanya."

Jisoo dan sang Ibu tertawa. Lalu Jisoo pun ikutan nimbrung bersama Lisa dan sang Ibu untuk membuat kue. Sebuah keluarga yang bahagia.

***

Asan Medical Center, Seoul

Jeongyeon dengan setia menemani Jennie yang tengah dirawat akibat perbuatannya sendiri. Beruntung, tali yang mengikat leher Jennie tidak terlalu erat. Jadi, Jennie tidak akan meninggal. Hanya saja ikatan tali itu meninggalkan bekas hitam di leher Jennie. Jeongyeon juga sudah menelpon sang produser dan Shin Hye, memberitahukan kondisi dari Jennie.

Jeongyeon terus menghela nafas kasarnya. Dia mengusap wajahnya untuk menghilangkan rasa kantuk yang menghampirinya. Pandangannya teralihkan oleh pintu kamar Jennie yang dibuka oleh Shin Hye. Shin Hye datang mengunjungi Jennie.

"Bagaimana kondisinya?" Tanya Shin Hye saat dia menjatuhkan duduknya di samping Jeongyeon.

"Kondisinya stabil, Park Imo." Jawab Jeongyeon.

Shin Hye mengangguk. Kini, matanya menatap Jennie. Jennie yang dulu ceria, kini terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Shin Hye cukup terkejut saat Jeongyeon menelponnya dan mengatakan jika Jennie melakukan percobaan bunuh diri. Shin Hye tahu permasalahan Jennie. Dia juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Jisoo. Bagaimanapun, Jisoo berhak bahagia dan menentukan kebahagiaannya.

"Mianhae, Imo. Aku gagal mencegah Jennie." Ucap Jeongyeon dengan nada penyesalan yang terdengar.

Shin Hye menggeleng pelan, "Bukan salahmu."

Setelah itu, tidak ada lagi pembicaraan. Yang terdengar di ruangan Jennie hanyalah bunyi pendeteksi jantung.

***

Jisoo keluar dari kamar mandi. Dia baru saja selesai membersihkan dirinya. Setelah berpakaian ala rumahan, Jisoo pun melangkah ke arah ruang keluarga. Jisoo mengecup pelan puncak kepala Lisa, lalu duduk di samping Ayahnya. Appa Kim menatap Jisoo dan tersenyum. Beberapa jam lagi, Jisoo akan bertambah usia. Tapi, kecantikannya tidak berubah.

"Jisoo-ah." Jisoo menoleh ke arah Ayahnya.

"Wae, Appa?"

Appa Kim mengangkat tangan kirinya dan mengusap lembut puncak kepala Jisoo, "Besok adalah hari ulang tahunmu." Appa Kim menjeda kalimatnya, "Apa yang kau inginkan di hari ulang tahunmu?"

Jisoo tampak berpikir sejenak, lalu berkata, "Aku tidak butuh apapun, Appa." Jisoo tersenyum, manis sekali. Lalu dia pun menatap Lisa, "Melihat Lisa sehat, itu sudah menjadi kado terindah buatku, Appa."

Appa Kim melebarkan senyumannya. Lalu, dia pun menarik Jisoo ke dalam rangkulannya. Dia bahagia memiliki anak perempuan seperti Jisoo. Diam-diam, Lisa yang mendengar ucapan Jisoo, meneteskan air mata bahagianya. Dia bersyukur bisa dipertemukan dengan keluarga Jisoo yang sangat menyayanginya.

Never Forget(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang