30

963 128 6
                                    

Jennie baru saja selesai membersihkan dirinya. Kini, dirinya sedang berada di ranjangnya. Ditatapnya dua lembar tiket yang ada di tangannya. Helaan nafas lolos begitu saja dari mulutnya. Tentu saja dia tau pada siapa dua lembar tiket itu akan diberikan. Tapi, ada keraguan besar dalam hatinya. Di satu sisi, dia takut jika orang yang diberi tiket ini tidak akan datang ke konsernya. Tapi disisi lainnya, dia sangat ingin memberikan tiket ini.

"Kenapa?" Jennie menjauhkan dua buah tiket dari pandangannya dan tersenyum pada pemilik suara itu. Siapa lagi kalau bukan Park Sooyoung.

"Kau belum pulang?" Tanya Jennie.

Sooyoung menggeleng, "Aku tidak ingin pulang."

"Lho, kenapa?" Jennie bertanya, dengan nada penasarannya.

Sooyoung menghela nafasnya, kemudian menatap Jennie dan memaksakan seutas senyumnya. Jennie tahu, dibalik senyum yang diberikan oleh Sooyoung, tersirat rasa sakit disana. Jennie menarik Sooyoung ke dalam pelukannya. Satu detik kemudian, Sooyoung pun menangis dalam pelukan Jennie.

"Menangislah. Keluarkan semua." Ucap Jennie berusaha menenangkan manajernya itu.

Jadilah malam itu di apartemen, Jennie menenangkan Sooyoung hingga mereka tertidur.

***

Sementara itu...

Jisoo baru saja keluar dari rumah mewah dari Mina. Tangannya terkepal dan berlumuran darah. Tapi, dia tidak memperdulikan itu. Yang pasti, dia sudah melampiaskan seluruh emosinya pada Mina. Jisoo berpikir, dia tidak bisa menyalahkan Joohyun. Karena disini, Joohyun hanya dimanfaatkan oleh Mina. Jisoo tersenyum miring saat melihat beberapa mobil polisi yang berhenti di depan rumah mewah dari Mina.

Jisoo memutar tubuhnya dan menatap Mina yang kini tengah berdiri di depan pintu rumahnya dengan wajah yang berlumuran darah akibat pukulan serta tendangan dari Jisoo. Mina menatap tajam pada Jisoo seraya berkata, "Mati kau di penjara, Kim Jisoo!"

Tanpa melunturkan senyuman miringnya, Jisoo berkata, "Aku tidak takut dipenjara selama aku benar!"

Setelah berkata demikian, Jisoo pun membuka langkahnya mendekati para polisi yang telah siap untuk menangkapnya.

"Kau takkan bisa mengalahkanku, Kim Jisoo! Selamanya takkan bisa!" Mina berteriak agar Jisoo mampu mendengar suaranya.

Jisoo tidak membalas. Dia hanya tersenyum miring dan mengikuti polisi yang memaksanya masuk ke dalam mobil. Setelah memastikan Jisoo duduk dengan benar, salah seorang polisi pun mengendarai mobilnya menjauh dari rumah Mina.

***

Panti asuhan...

Yeji menidurkan tubuh Seulgi ke atas kasurnya. Sebenarnya Yeji telah membujuk Seulgi untuk pulang ke rumahnya. Namun, Seulgi bersikeras tak ingin pulang. Jadilah Yeji membawa Seulgi ke panti asuhan. Yeji menghela sejenak nafasnya, kemudian dia menjatuhkan duduknya di kursi santai yang ada di dalam kamarnya.

Yeji tersenyum saat dia melihat wajah tenang Seulgi saat tertidur. Wajah Seulgi memang menawan, Yeji akui itu. Tapi, dia hanya menganggap Seulgi sebagai seniornya meskipun ada sedikit perasaannya pada Seulgi. Seulgi baik, Yeji mengakui itu. Seulgi juga tampak imut disaat tertentu. Tapi sekali lagi, Yeji tak ingin merusak rumah tangga Seulgi.

"Kenapa kau jahat sekali Joohyun." Yeji tersentak saat mendengar gumaman dari Seulgi yang tertidur.

Yeji melihat ada tetesan air yang mengalir dari kedua sudut mata Seulgi. Pertanda Seulgi sangat sedih. Yeji paham dengan kondisi Seulgi saat ini. Dia berdiri dari kursi santainya dan menghampiri Seulgi. Kedua tangannya menarik selimut hingga menutupi leher Seulgi. Setelah itu, Yeji kembali tersenyum dan duduk kembali di kursi santainya. Karena merasa ngantuk, Yeji pun memejamkan matanya dan masuk ke alam mimpinya.

Never Forget(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang