03

2.8K 357 6
                                    

Keheningan terjadi di dalam mobil Jennie. Baik Jisoo dan Jennie sama-sama tidak berbicara. Ingatan Jisoo berputar pada Mina yang dengan tiba-tiba mencium bibirnya. Sementara Jennie, dia memandang pemandangan jalanan dari balik kaca mobilnya. Dia kesal dengan wanita yang mencium Jisoo di pusat perbelanjaan tadi.

Tidak mau suasana menjadi canggung, Jennie pun mengalihkan tatapannya pada Jisoo, "Perempuan tadi, siapa?"

Jisoo menghela nafas panjangnya, "Mantan sekaligus musuh berbuyutanku di SMA."

Jennie mengangguk paham, "Oh pantas saja tadi dia tiba-tiba mencium bibirmu."

Jisoo tidak membalas kalimat Jennie. Dia hanya kembali menghela nafasnya dan memalingkan tatapannya ke pemandangan di balik jendela mobil Jennie. Jisoo tidak tahu alasan kenapa Mina tiba-tiba mencium bibirnya. Memang dulu, dia mempunyai perasaan terhadap Mina. Tapi itu dulu.

"Kenapa kau harus datang lagi ke dalam kehidupanku?" Batin Jisoo.

***

Aku memandangi foto kita berdua di ponselku. Ralat, bukan foto. Lebih tepatnya, itu adalah lukisan kita. Lukisan kita pada Dinasti Joseon. Aku masih ingat janji masa lalu yang kau buat. Janji yang masih kupegang sampai sekarang.

Aku senang, saat aku bisa kembali bertemu denganmu di masa sekarang. Kau terlihat lebih cantik sekarang. Wajahmu juga tidak berubah. Aku menyesal pernah menolak cintamu dulu. Kenapa aku bisa sebodoh ini? Kalau saja saat itu aku menerimamu, aku pasti sudah bahagia sekarang.

Mungkin, kamu sudah lupa akan masa lalu kita. Tapi, aku tidak bisa melupakan itu. Bagiku, masa lalu kita adalah hal yang paling indah untuk dikenang. Dan aku juga yakin, suatu saat nanti, kau juga pasti akan mengingat masa lalu dan janji kita.

***

Jennie menghempaskan dirinya di ranjang. Kejadian di pusat perbelanjaan tadi, membuat moodnya sedikit rusak. Rasanya, dia sangat malas melakukan kegiatannya hari ini. Sesekali terdengar dengusan dari mulutnya. Dia juga tidak membiarkan siapapun untuk masuk ke dalam kamarnya. Termasuk Shin Hye.

Sementara di luar kamar Jennie, sudah ada Shin Hye dan Jisoo yang berusaha membujuk Jennie. Ralat, lebih tepatnya, hanya Shin Hye yang berusaha membujuk Jennie. Namun, usaha mereka tidak pernah berhasil karena Jennie benar-benar tidak ingin diganggu oleh siapapun.

"Hah! Ya sudahlah. Toh, nanti dia juga sudah tidak ngambek lagi." Ucap Shin Hye seraya menghela nafasnya.

Jisoo hanya tersenyum tipis mendengar celutukan Shin Hye. Setelah Shin Hye pergi, Jisoo meletakkan segala belanjaan Jennie di luar kamarnya, seraya berkata, "Nona Kim, belanjaan anda saya taruh di luar ya."

Karena tidak mendengar balasan dari Jennie, Jisoo pun membalikkan tubuhnya dan membuka langkahnya. Namun, sebelum dia melangkah jauh, pintu kamar Jennie terbuka dan Jisoo merasakan sebuah pelukan di perutnya. Jisoo hanya membiarkan Jennie memeluk dirinya.

"Jangan pergi." Jennie menjeda kalimatnya, "Aku ingin kau menemaniku."

Jisoo menghela nafasnya dan melepaskan pelukan Jennie dari perutnya. Lalu, dia pun membalikkan tubuhnya menatap Jennie, "Mianhae, nona Kim. Tapi, saya masih punya banyak pekerjaan."

Jennie mendengus, "Tak bisakah kau meninggalkan pekerjaanmu seharian ini untuk menemaniku?"

Jisoo menggeleng, "Masih banyak tamu yang harus saya tangani."

Dengan terpaksa, Jennie merelakan Jisoo melangkah menjauh. Tanpa Jisoo sadari, air mata Jennie jatuh saat melihat punggung Jisoo yang perlahan menghilang dari pandangannya. Entah apa yang membuat Jennie menangis seperti ini.

Never Forget(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang