Shin Hye membaringkan Jennie ke ranjangnya. Shin Hye menghela nafasnya saat melihat Jennie yang telah tertidur. Sebelum keluar dari kamar Jennie, Shin Hye mengecup kening Jennie. Setelah itu, Shin Hye melangkah keluar dari kamar apartemen Jennie dan menghampiri Sooyoung. Shin Hye tersenyum pada Sooyoung seraya berkata, "Kau sudah bekerja keras di konser Jennie kali ini."
Sooyoung membalas senyuman Shin Hye seraya berkata, "Ini juga berkat kerja keras Jennie selama ini."
Shin Hye mengangguk, "Geurae, kalau begitu, Imo pulang dulu ya."
Sooyoung juga ikut mengangguk, "Ne, Imo. Hati-hati di jalan ya."
Setelah Shin Hye menghilang dari hadapannya, Sooyoung pun masuk ke dalam kamar Jennie. Dia menghela nafas kasarnya kemudian menghampiri ranjang Jennie dan menarik selimut untuk menutupi tubuh Jennie. Sepanjang perjalanan pulang tadi, Jennie terus menangis tanpa henti.
"Aku mengerti rasa sakitmu, Jennie-ah. Karena aku juga mengalami hal yang sama." Batin Sooyoung.
***
Jisoo baru saja pulang ke rumahnya setelah tadi Rosé mengantarnya ke rumah sakit untuk mengobati lukanya. Jisoo tersenyum saat melihat Lisa yang tengah tertidur di ruang tengah. Dia pun menghampiri adik perempuannya itu lalu mencium keningnya. Setelah itu, Jisoo mendorong kursi roda Lisa ke kamarnya. Sesampainya di kamar Lisa, Jisoo pun mengangkat tubuh Lisa dan membaringkan adik perempuannya disana.
"Cepat sembuh ya? Unnie sayang kamu." Jisoo bergumam seraya mengecup kembali kening Lisa sebelum keluar dari kamar Lisa.
Jisoo meringis saat merasakan rasa sakit akibat luka di kepalanya. Perlahan, dia pun membuka langkahnya menuju ke kamarnya. Sesampainya di dalam kamar, Jisoo memandangi dirinya sendiri di cermin dalam kamarnya. Jisoo melihat kepala serta bagian tubuh yang diperban. Jisoo tidak mengerti kenapa dia bisa mengalami kecelakaan parah seperti itu.
Setelah puas memandang dirinya di cermin, Jisoo pun memutuskan untuk tidur agar bisa menyambut hari esok dengan lebih cerah lagi.
***
Pagi dengan cepat kembali menyambut. Seluruh warga kota Seoul telah bangun dari tidurnya. Termasuk Jennie. Tapi, Jennie tampak tidak bersemangat hari ini. Matanya masih kelihatan sembab. Sooyoung tampak sangat mengkhawatirkan kondisi Jennie. Jennie kembali seperti dulu. Sarapan di depannya tidak disentuh sama sekali. Selera makan Jennie hilang begitu saja.
"Jennie-ah," Jennie menatap Sooyoung dengan tatapan sendunya, "Makan ya?"
Jennie menggeleng, "Aku tidak lapar, Sooyoung."
Sooyoung menghela nafasnya. Kondisi Jennie benar-benar mengkhawatirkan. Tadi, dia sudah mengirimkan pesan pendek pada Jeongyeon. Selaku senior yang pernah menjadi manajer Jennie, tentu Jeongyeon lebih berpengalaman. Tak lama kemudian, Sooyoung mendengar dering bel pintu. Sooyoung tahu itu Jeongyeon. Dengan segera, Sooyoung pun membuka langkahnya ke arah pintu dan membukanya. Dia tersenyum saat melihat Jeongyeon yang berdiri di depan pintu dengan sebuket bunga di tangannya.
"Masuk saja, Jeongyeon sunbaenim." Sooyoung mempersilahkan Jeongyeon untuk masuk, "Jennie ada di dalam."
Jeongyeon mengangguk, lalu masuk ke dalam. Dia tersenyum saat melihat Jennie yang tengah duduk di meja makan dengan kondisi yang buruk. Jeongyeon sudah bisa memastikan bahwa Jennie sedang patah hati. Dengan perlahan, Jeongyeon pun membuka langkahnya mendekati Jennie. Dia menyodorkan buket bunga yang ada di tangannya ke hadapan Jennie. Jennie menatap bunga yang ada di depannya, kemudian menatap orang yang memberikan bunga itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Forget(Completed)
FanfictionSegala tentangmu, tidak akan pernah kulupakan.