Jennie menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Jisoo. Rosé menatap pada rumah Jisoo dan ragu untuk turun. Meskipun Jennie mengatakan bahwa Jisoo masih hidup, tapi Rosé masih belum sepenuhnya percaya. Jennie tersenyum tipis, kemudian menepuk pelan pundak Rosé seraya berkata, "Turun dan masuklah. Dia menunggumu di dalam."
Rosé memejamkan matanya sejenak, kemudian mengangguk. Setelah itu, dia pun membuka pintu mobil Jennie dan turun. Perlahan namun pasti, Rosé melangkah mendekati rumah Jisoo. Langkahnya terhenti saat dia telah sampai di depan rumah dari Jisoo. Ada rasa gugup saat dia hendak mengetuk pintu rumah Jisoo.
Jennie yang melihat itu dari balik mobilnya pun memutar malas bola matanya. Dia pun keluar dari mobilnya lalu dengan cepat menghampiri pintu rumah dari Jisoo dan mengetuknya. Membuat Rosé membulatkan matanya menatap Jennie.
"Unnie, kau apa-apaan?!"
Jennie menatap malas pada Rosé, "Kau yang apa-apaan?" Jennie menghela sejenak nafasnya, "Kau mau ketemu Jisoo atau tidak?"
Rosé menundukkan kepalanya. Dia memang ingin bertemu Jisoo. Tapi, dia belum siap jika tiba-tiba bertemu dengan kekasihnya saat ini. Karena sudah satu bulan, jadi Rosé merasa ini seperti 1 tahun tidak bertemu dengan Jisoo.
"Chaeyoung-ah, siap tidak siap, kau harus berani." Jennie memegang kedua pundak Rosé, "Unnie sudah susah payah untuk merencanakan ini semua."
Rosé menghela nafasnya kemudian mengangguk. Pintu yang tadi diketuk oleh Jennie perlahan terbuka. Tatapan Rosé jatuh pada pintu yang perlahan terbuka itu. Begitu pintu terbuka sempurna, air mata Rosé langsung menetes. Tanpa berpikir panjang, Rosé langsung memeluk erat kekasihnya itu. Jisoo yang dipeluk erat oleh Rosé pun tersenyum dan membalas pelukan Rosé.
"Bogoshippo, Chaeyoung-ah." Ucap Jisoo disela-sela pelukannya.
Sementara Rosé, dia hanya bisa terisak. Bahagia rasanya bisa ketemu lagi dengan kekasihnya itu. Rosé semakin mengeratkan pelukannya itu. Sementara Jennie, dia hanya tersenyum manis pada pemandangan di hadapannya ini. Walaupun berat, tapi dia harus bisa merelakan. Meskipun dia masih mencintai Jisoo.
Beberapa menit kemudian, Jisoo melepaskan pelukan Rosé. Dia mengusap air mata Rosé dan tersenyum manis padanya. Rasa rindunya pada Rosé begitu besar. Bahkan melebihi besarnya samudera.
"Kau jahat, Jisoo-ah!" Rosé memukul pelan pundak Jisoo. "Kau jahat!"
"Mianhae. Aku harus berbohong padamu."
"Aku kira kau sudah meninggal!" Rosé kembali memeluk Jisoo, "Kau sungguh jahat, Jisoo-ah!"
"Mianhae yeobo. Mianhae." Hanya itu yang bisa diucapkan Jisoo sekarang untuk menenangkan Rosé.
***
Sudah satu bulan sejak Jeongyeon pergi meninggalkan Jennie. Kini, dia sedang menikmati masa liburannya di Bali. Jeongyeon begitu menikmati semilir angin yang bertiup menerpa wajahnya. Jeongyeon telah mengajukan pengunduran dirinya sebagai manajer dari Jennie pada sang produser. Tapi sampai saat ini, sang produser masih belum menangani proses pengunduran dirinya itu. Jeongyeon sedang berada di sebuah kafe di pantai Jimbaran. Dia begitu menikmati pemandangan, hingga tak menyadari seorang gadis cantik datang menghampirinya.
"Jeongyeon-ssi?" Jeongyeong mengalihkan tatapannya pada gadis yang memanggilnya itu.
"Mina-ssi?"
"Kau liburan?" Tanya gadis yang ternyata Mina tersebut.
Jeongyeon mengangguk, "Kau sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Forget(Completed)
FanfictionSegala tentangmu, tidak akan pernah kulupakan.